Risalah fi Ba’dhi Al-Ahkām Al-Latî Tata’allaqu Bil Mudhahhi Wal Udhhiyyati (Bagian Ketiga)
Pasal:
Wajibnya mengikhlaskan niatnya karena untuk Allah Jalla wa ‘Alā pada sembelihannya untuk kurban dan pada seluruh ibadah-ibadah dalam keadaan mengharapkan dengan hal tersebut wajah Allah Tabāraka wa Ta’ala tidak riya (pamer) dan sum’ah (ingin didengar).
Sungguh Allah Tabāraka wa Ta’ala telah memerintahkan terhadap para hamba-Nya untuk mengikhlaskan seluruh ibadah-ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah 98:5)
Dan Allah Jalla wa ‘Ala juga berfirman :
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Hajj 22:37)
Al-‘Allāmah Al-Mufassir ‘Abdurrahman bin Nāshir As-Si’di rahimahullah ta’ala berkata dalam tafsir beliau: “Pada pada ayat ini terdapat motivasi dan anjuran untuk ikhlas dalam menyembelih dan agar niatnya hanya mengharapkan wajah Allah semata, tidak karena :
Demikian juga seluruh ibadah-ibadah lainya, jika tidak diiringi dengan ikhlas dan ketakwaan kepada Allah maka itu seperti kulit biji yang tidak ada isinya dan seperti jasad yang tidak ada ruhnya.”
Selesai ucapan beliau dengan sedikit penyesuaian.
Ikhlas ini adalah syarat dari syarat-syarat diterimanya amalan ibadah. Demikian pula mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada segala ucapan-ucapan dan amalan-amalan, apabila hilang satu syarat saja dari syarat-syarat ini maka amalan tersebut tertolak bagi orang yang mengerjakannya yakni tidak diterima.
Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu anhā, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang baru pada ajaran kami (yakni agama islam) yang tidak ada asalnya darinya maka perbuatan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat Muslim :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak asalnya dari ajaran kami, maka alamat tersebut amalan tersebut tertolak.”
《Risalah fi Ba’dhi Al-Ahkām Al-Latî Tata’allaqu Bil Mudhahhi Wal Udhhiyyati》
فصل :
وجوب إخلاص نيته لله جل وعلا في ذبحه للأضحية، وفي جميع العبادات قاصدا بذلك وجه الله تبارك وتعالى لا رياءً ولا سمعةً.
فقد أمر الله تبارك وتعالى عباده بإخلاص جميع العبادات له وحده لا شريك له قال تعالى:
{وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ(5)}، [سورة البينة].
وقال جل وعلا: {لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرْ الْمُحْسِنِينَ (37)}
[سورة الحج].
يقول العلامة المفسر عبد الرحمن السعدي رحمه الله في تفسيره :
” ففي هذه الآية ترغيب وحث على الإخلاص في النحر وأن يكون القصد وجه الله وحده لا فخرا ولا رياء ولا سمعة ولا مجرد عادة وهكذا سائر العبادات إن لم يقترن بها الإخلاص وتقوى الله كان كالقشر الذي لا لب فيه والجسد الذي لا روح فيه”. انتهى بتصرف.
WhatsApp Salafy Cirebon
Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
Website Salafy Cirebon : www.salafycirebon.com
Menyajikan artikel Faidah ilmiah