TANYA JAWAB KE-50
———————————–
??? TAUHID ASMA’ WA SIFAT
[توحيد الأسماء والصفات]
س: ما هو توحيد الأسماء والصفات؟
Pertanyaan:
✅ Apa yang dimaksud dengan tauhid asma’ wa sifat?
جـ: هو الإيمان بما وصف الله تعالى به نفسه في كتابه ووصف به رسوله صلى الله عليه وسلم من الأسماء الحسنى والصفات العلى،
Jawaban:
? Tauhid asma’ wa sifat ialah beriman dengan asmaul husna (nama-nama yang baik) dan sifat-sifat yang mulia bagi Allah, yang Allah sifatkan untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an dan yang Rasulullah ﷺ tetapkan (di dalam hadits-hadits yang shahih, pent).
وإمرارها كما جاءت بلا كيف، كما جمع الله تعالى بين إثباتها ونفي التكييف عنها في كتابه في غير موضع كقوله تعالى: {يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا} [طه: ١١٠].
? Serta memahami nama-nama dan sifat-sifat tersebut sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya* dengan tanpa bertanya ‘Seperti apa?’.**
? Sebagaimana Allah Ta’ala telah kumpulkan antara penetapan terhadap sifat-Nya dan peniadaan takyif*** di dalam Al Qur’an pada beberapa tempat, seperti firman Allah Ta’ala,
? {Allah mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka dan ilmu mereka tidak bisa meliputi Allah}. QS. Thaha: 110.
وقوله تعالى: {لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى: ١١].
? Allah Ta’ala berfirman,
{Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat}. QS. Asy Syuura: 11.
وقوله تعالى: {لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ} [الأنعام: ١٠٣] وغير ذلك.
? Allah Ta’ala juga berfirman,
{Pandangan-pandangan makhluk tidak ada yang bisa menjangkau Allah dan Allah melihat pandangan-pandangan mereka dan Dia Maha lembut lagi Maha mengetahui}. QS. Al An’aam: 103.
وفي الترمذي عن أبي بن كعب رضي الله عنه «أن المشركين قالوا لرسول الله صلى الله عليه وسلم – يعنى لما ذكر آلهتهم – أنسب لنا ربك، فأنزل الله تعالى: {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ – اللَّهُ الصَّمَدُ} [الإخلاص: ١ – ٢] » والصمد الذي {لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ} [الإخلاص: ٣]؛ لأنه ليس شيء يولد إلا سيموت، وليس شيء يموت إلا سيورث، وإن الله تعالى لا يموت ولا يورث {وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} [الإخلاص: ٤] قال: لم يكن له شبيه ولا عديل، وليس كمثله شيء (رواه أحمد والترمذي).
? Di dalam kitab Sunan Tirmidzi dari sahabat Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah ﷺ -ketika beliau menyebutkan sesembahan-sesembahan mereka-, “Sebutkan kepada kami nasab keturunan Rabb-mu!”
? Maka Allah Ta’ala menurunkan surat Al Ikhlas {Katakan, “Dia-lah Allah Yang Maha esa – Allah adalah tempat bergantung seluruh makhluk”} QS. Al Ikhlas: 1-2.
⛰ Tempat bergantung seluruh makhluk {Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan} QS. Al Ikhlas: 3. Karena tidak ada yang dilahirkan kecuali dia pasti akan mati dan tidak ada yang mati kecuali dia akan diwarisi. Sesungguhnya Allah tidak akan mati dan tidak akan diwarisi {Dan tidak ada satu pun yang setara dengan Allah} QS. Al Ikhlas: 4.
? Beliau ﷺ berkata, “Tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sepadan dengan Allah dan tidak ada satu pun yang sama dengan-Nya.” HR. Ahmad dan Tirmidzi.
==========
?? 200 Soal Tanya Jawab Tentang Aqidah Islam Oleh: Asy Syaikh Hafidz bin Ahmad Al Hakami rahimahullahu ta’ala.
————
* Tidak menakwilkanya kepada makna yang lain, seperti menakwilkan makna اِسْتَوَى yang artinya tinggi di atas dengan اِسْتَوْلَى yang artinya menguasai.
** Yaitu ketika Allah menetapkan nama atau sifat untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an atau Rasulullah ﷺ menetapkannya di dalam hadits yang shahih, maka kewajiban kita ialah beriman dengan nama dan sifat tersebut sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya tanpa menakwilkanya kepada makna yang lain dan kita tidak boleh bertanya ‘Seperti apa?’ terhadap nama dan sifat Allah tersebut. Karena tidak ada yang mengetahui Allah kecuali Allah sendiri dan Rasulullah ﷺ ketika diberi tahu oleh Allah. Sehingga kewajiban kita hanyalah beriman dengan nama dan sifat Allah tanpa menakwilkannya kepada makna yang lain dan tanpa menanyakan ‘Seperti apa?’.
Contoh: Allah Ta’ala berfirman di dalam surat Asy Syuura:11,
{وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}
“Dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat”
Dalam ayat tersebut Allah menetapkan sifat mendengar dan melihat untuk diri-Nya, maka kewajiban kita ialah kita harus beriman bahwasanya Allah mendengar dan melihat dengan pendengaran dan penglihatan yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya, tidak sama dengan pendengaran dan penglihatan makhluk yang sangat terbatas sekali.
Kemudian, kita tidak boleh menakwilkannya kepada makna yang lain dan tidak boleh bertanya ‘Seperti apa mendengarnya Allah?’ atau bertanya ‘Seperti apa melihatnya Allah?’, ini tidak boleh. Karena tidak ada yang tahu tentang Allah kecuali diri-Nya sendiri dan Rasulullah ﷺ ketika diberi tahu oleh Allah, sehingga kewajiban kita hanyalah beriman kepada nama dan sifat Allah tanpa menakwilkannya kepada makna yang lain dan tanpa bertanya ‘Seperti apa?’.
* Takyif adalah bertanya ‘Seperti apa?’ terhadap sifat-sifat Allah ‘azza wajalla Yang Maha mulia. Dan hal ini tidak diperbolehkan.
➖➖➖
? WhatsApp Salafy Cirebon
⏯ Channel Telegram || https://t.me/salafy_cirebon
? Website Salafy Cirebon :
www.salafycirebon.com
? Menyajikan artikel dan audio kajian ilmiah