Salafy Cirebon
Salafy Cirebon oleh Abu Reyhan

mengenal ya’juj dan ma’juj

2 tahun yang lalu
baca 12 menit
Mengenal Ya’juj dan Ma’juj

Ditulis oleh Ustadz Muhammad Umar as-Sewed

Kemunculan sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan serta kerusakan di muka bumi telah ditakdirkan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah mereka?

Di dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan ada sepuluh tanda hari kiamat. Di antaranya adalah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Berita tentang keluarnya Ya’juj dan Ma’juj tidak hanya mutawatir, bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anbiya ayat 96—97.

حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتۡ يَأۡجُوجُ وَمَأۡجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ ٩٦ وَٱقۡتَرَبَ ٱلۡوَعۡدُ ٱلۡحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَٰخِصَةٌ أَبۡصَٰرُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَٰوَيۡلَنَا قَدۡ كُنَّا فِي غَفۡلَةٍ مِّنۡ هَٰذَا بَلۡ كُنَّا ظَٰلِمِينَ ٩٧

“Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata), ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim’.”

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan, “Mereka adalah keturunan Adam alaihis salam dari keturunan Nabi Nuh alaihis salam, dari anak keturunan Yafits, yakni nenek moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng tinggi yang dibangun oleh Dzulqarnain.”

Adapun makna مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ, diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan cepat sembari membuat kerusakan.”

Demikian pula disebutkan dalam surah al-Kahfi ayat 94,

قَالُواْ يَٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّا ٩٤

“Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj merusak di muka bumi, kami akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya engkau membuatkan benteng antara kami dengan mereka.

Adapun kalimat yang menunjukkan bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj sebagai tanda dekatnya hari kiamat adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala pada ayat ke-98,

قَالَ هَٰذَا رَحۡمَةٞ مِّن رَّبِّيۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّي جَعَلَهُۥ دَكَّآءَۖ

“Ini adalah rahmat dari Rabb-ku. Apabila sudah datang janji Rabb-ku, Dia akan menjadikannya hancur luluh….”

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan, “Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa mereka tidak akan bisa melubanginya sedikit pun….”

Adapun makna “jika datang janji Rabb-ku” ialah jika telah dekat hari kiamat, Allah subhanahu wa ta’ala akan runtuhkan benteng tersebut. Demikian dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah.

Ya’juj dan Ma’juj dari Keturunan Adam

Ya’juj dan Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan Adam alaihis salam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya saja, mereka adalah orang-orang yang merusak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah subhanahu wa ta’ala takdirkan kepada mereka, tidak seperti manusia pada umumnya.

Dalil yang menunjukkan bahwa mereka dari jenis manusia keturunan Adam alaihis salam adalah riwayat dalam Shahih Bukhari dalam “Kitabul Anbiya”, “Bab Qishshah Ya’juj wa Ma’juj”, dari Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَقُولُ اللّه تَعَالَى: يَا آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ. فَيَقُولُ: أَخْرِجْ بَعْثَ النَّارِ. قَالَ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ قَالَ : ِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعَ مِائَةٍ وَتِسْعَةً وَتِسْعِينَ، فَعِنْدَهُ يَشِيبُ الصَّغِيرُ {وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌ} قَالُوا: يَا رَسُولَ اللّه وَأَيُّنَا ذَلِكَ الْوَاحِدُ؟ قَالَ: أَبْشِرُوا فَإِنَّ مِنْكُمْ رَجُلًا وَمِنْ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ أَلْفًا…

“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Adam, ‘Wahai Adam.’ Adam menjawab, ‘Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).’

Kemudian Allah berfirman, ‘Keluarkan pasukan penghuni neraka.’ Adam bertanya, ‘Apa itu pasukan penghuni neraka?’

Allah berfirman, ‘Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang.’

Ketika itu anak kecil menjadi beruban, setiap yang hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi karena azab Allah sangat keras.”

Para sahabat bertanya, “Siapa yang satu itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Bergembiralah, sesungguhnya penghuni neraka itu dari kalian satu dan dari Ya’juj dan Ma’juj seribu….” (HR. al-Bukhari dengan Fathul Bari, 6/382)

Dari hadits di atas kita dapatkan beberapa faedah:

  1. Ya’juj dan Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
  2. Jumlah Ya’juj dan Ma’juj sangat besar.
  3. Ya’juj dan Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.

Sifat-Sifat Ya’juj dan Ma’juj

Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar. Ketika mereka turun dari gunung, seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai, dan lain-lain.

Disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad rahimahullah, dari Ibnu Harmalah, dari bibinya, dia berkata,

خَطَبَ رَسُولُ اللّه وَهُوَ عَاصِبٌ إِصْبَعَهُ مِنْ لَدْغَةِ عَقْرَبٍ فَقَالَ: إِنَّكُمْ تَقُولُونَ لَا عَدُوَّ وَإِنَّكُمْ لَا تَزَالُونَ تُقَاتِلُونَ عَدُوًّا حَتَّى يَأْتِيَ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ شُهْبُ الشِّعَافِ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkhotbah dalam keadaan jarinya tersengat kalajengking. Beliau bersabda, “Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai.” (HR. Ahmad)

Ya’juj dan Ma’juj Sudah Ada Sekarang

Ya’juj dan Ma’juj sudah ada dan terus dalam keadaan turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali lahir seribu orang lebih. Hal ini disebutkan dalam riwayat Abdullah bin Amr radhiallahu anhu yang diriwayatkan al-Hakim rahimahullah dalam Mustadrak-nya.

Namun, alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala telah membentengi mereka dari kita. Allah menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya membuat benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا ٩٢ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوۡمًا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلًا ٩٣ قَالُواْ يَٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّا ٩٤ قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيۡرٞ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا ٩٥ ءَاتُونِي زُبَرَ ٱلۡحَدِيدِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ قَالَ ٱنفُخُواْۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِيٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ قِطۡرًا ٩٦ فَمَا ٱسۡطَٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَٰعُواْ لَهُۥ نَقۡبًا ٩٧ قَالَ هَٰذَا رَحۡمَةٌ مِّن رَّبِّيۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّي جَعَلَهُۥ دَكَّآءَۖ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّي حَقًّا ٩٨

“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga ketika dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya ada suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’

Dzulqarnain berkata, ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabb-ku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat) agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi!’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, ‘Tiuplah (api itu)!’

Ketika besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabb-ku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Rabb-ku itu adalah benar’.” (al-Kahfi: 92—98)

Kesombongan Ya’juj dan Ma’juj

Ketika keluar, Ya’juj dan Ma’juj tidaklah melewati sesuatu kecuali dirusaknya. Tidaklah melewati danau kecuali mereka meminumnya hingga habis. Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya. Sampai ketika mereka merasa menang membantai seluruh penduduk bumi, mereka menantang penduduk langit. Inilah kesombongan yang luar biasa dari Ya’juj dan Ma’juj.

ثُمَّ يَسِيرُونَ حَتَّى يَنْتَهُوا إِلَى جَبَلِ الْخُمَرِ وَهُوَ جَبَلُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ قَتَلْنَا مَنْ فِي الْأَرْضِ هَلُمَّ فَلْنَقْتُلْ مَنْ فِي السَّمَاءِ. فَيَرْمُونَ بِنُشَّابِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ فَيَرُدُّ اللهُ عَلَيْهِمْ نُشَّابَهُمْ مَخْضُوبَةً دَمًا

“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu gunung di Baitul Maqdis. Mereka berkata, ‘Kita telah membantai penduduk bumi. Mari kita membantai penduduk langit.’ Lalu mereka melemparkan panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Kemudian Allah kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.” (HR. Muslim dalam “Kitab al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah”)

Maksudnya, mereka mengira bahwa darah tersebut adalah bukti kemenangan mereka melawan penduduk langit. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala membinasakan mereka seluruhnya saat puncak kesombongan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan.

Binasanya Ya’juj dan Ma’juj dengan Doa Nabi Isa

Diriwayatkan dari an-Nawwas bin Sam’an dalam hadits yang panjang, di antaranya sebagai berikut,

إِذْ أَوْحَى اللهُ إِلَى عِيسَى: إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لَا يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ.

Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan kepada Isa alaihis salam, “Sesungguhnya Aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan bagi seorang pun untuk memeranginya. Biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju Thur.”

وَيَبْعَثُ اللهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ: لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ.

Allah subhanahu wa ta’ala mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi. Kemudian mereka melewati danau Thabariyah[1] dan meminum seluruh air yang ada padanya. Hingga ketika barisan paling belakang mereka sampai di danau tersebut, mereka berkata, ‘Sungguh, dahulu di sini masih ada airnya.’

وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ. فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ فَيُرْسِلُ اللهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ.

Ketika itu terkepunglah Nabi Allah Isa alaihis salam dan para sahabatnya. Sampai-sampai kepala sapi ketika itu lebih berharga untuk mereka daripada seratus dinar kalian sekarang ini. Kemudian Isa dan para sahabatnya berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala pun mengirim sejenis ulat yang muncul di leher mereka. Pada pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam waktu yang hampir bersamaan.

ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى الْأَرْضِ فَلَا يَجِدُونَ فِي الْأَرْضِ مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلَّا مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ. فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللهِ فَيُرْسِلُ اللهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللهُ

Kemudian turunlah (dari Gunung Thur) Nabi Allah Isa dan para sahabatnya. Tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Kemudian Nabi Isa alaihis salam berharap (berdoa) kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala lalu mengirimkan burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa bangkai-bangkai mereka kemudian dilemparkan di tempat yang kehendaki[2].

ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ مَطَرًا لَا يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ فَيَغْسِلُ الْأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ وَرُدِّي بَرَكَتَكِ….

Kemudian Allah mengirimkan hujan yang tidak menyisakan satu rumah ataupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Dikatakan kepada bumi, ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah berkahmu…’.” (HR. Muslim)

Wajib Beriman dengan Berita tentang Ya’juj dan Ma’juj

Berita tentang Ya’juj wa Ma’juj adalah berita dari Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya. Karena itu, seorang muslim yang beriman wajib menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah beriman kepada hal gaib yang dikabarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya? Di antara hal gaib adalah apa yang akan terjadi pada akhir zaman, termasuk berita akan keluarnya Ya’juj wa Ma’juj.

Namun, sebagian kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis atau orang-orang yang terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita hadits yang—menurut anggapan mereka—tidak masuk akal. Mereka menganggap hadits-hadits tersebut hanya akan membuat orang lari dari Islam.

Ketika mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi Isa alaihis salam dalam keadaan hidup, lalu beliau akan turun pada akhir zaman, berita tentang Dajjal—yang sudah ada wujudnya dalam keadaan terbelenggu—atau tentang Ya’juj dan Ma’juj yang masih beranak-pinak dan terus-menerus berupaya untuk keluar dari benteng yang dibuat oleh Dzulqarnain, dan lain-lainnya; mereka benar-benar gelisah dan panas dadanya.

Mereka berkata, “Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan? Hadits-hadits ini akan menjadikan manusia semakin jauh dari Islam.” Mereka melontarkan olok-olok, celaan, dan berbagai ucapan penolakan terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis seperti yang dikatakan oleh para ulama tentang ahli bid’ah.

Ahmad bin Sinan al-Qaththan rahimahullah berkata, ”Tidak ada di dunia ini seorang mubtadi’ (ahli bid’ah) pun kecuali akan membenci ahli hadits. Jika seseorang mengada-adakan kebid’ahan, niscaya akan dicabut kelezatan hadits dari hatinya.” (Aqidatus Salaf wa Ashhabil Hadits, hlm. 300)

Abu Nashr bin Sallam al-Faqih rahimahullah berkata, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dan lebih dibenci oleh orang-orang mulhid (sesat) daripada mendengarkan hadits dengan riwayat dan sanadnya.” (Aqidatus Salaf wa Ashhabil Hadits, hlm. 302)

Penutup

Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam masalah ini.

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah menyatakan, “Barang siapa menolak hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dia berada di pinggir jurang kehancuran.” (Thabaqat al-Hanabilah, 2/11 dan al-Ibanah, 1/269, lihat Ta’zhimus Sunnah, hlm. 29)

Imam al-Barbahari rahimahullah menegaskan, “Jika engkau mendengar seseorang mencela riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yang sahih), menolaknya atau menginginkan selainnya, curigailah keislamannya. Jangan ragu kalau dia adalah pengekor hawa nafsu atau ahlul bid’ah.”(Syarhus Sunnah, hlm. 51)

Abul Qashim al-Ashbahani rahimahullah menerangkan bahwa Ahlus Sunnah dari kalangan salaf berkata, “Barang siapa mencerca riwayat-riwayat hadits, sepantasnya untuk dituduh keislamannya.” (al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah, 2/248, lihat Ta’zhimus Sunnah, hlm. 29)

Imam az-Zuhri—imamnya para imam pada zamannya—berkata, “Dari Allah subhanahu wa ta’ala keterangannya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang menyampaikannya. Maka dari itu, kewajiban kita adalah menerimanya.” (Aqidatus Salaf wa Ashhabil Hadits, hlm. 249)

Beliau berkata juga, “Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam tidak akan kokoh kecuali di atas fondasi at-taslim (yakni menerima dan tunduk pada seluruh ucapan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, pent.).” (Aqidatus Salaf wa Ashhabul Hadits, hlm. 200)

Wallahu a’lam.


Catatan Kaki

[1] Danau Tiberias/Galilea, terletak di wilayah pendudukan Yahudi, tepatnya di barat daya Dataran Tinggi Golan. Ia merupakan sumber air tawar bagi warga Yahudi-Israel.

[2] Dalam riwayat lain, dilemparkan ke laut. (HR. al-Hakim dalam Mustadrak-nya, dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya)

Sumber: https://asysyariah.com/mengenal-yajuj-dan-majuj

Oleh:
Abu Reyhan