Al-Ustadz Abdul Haq hafizhahullah
Pertanyaan:
Mengapa Ahlussunnah mengingkari demokrasi akan tetapi menerima hasilnya?
Jawaban:
Iya, makanya Ahlussunnah mereka dalam beraqidah, beribadah, bermuamalah, berinteraksi, sampai dengan penguasa itu dibangun di atas bimbingan al-Qur’an dan as-Sunnah dan pemahaman Salaful Ummah, termasuk dalam masalah ini.
Allah Jalla Wa ‘Alla menyebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim:
《 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ 》
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan orang-orang yang mengurusi urusan kalian.” [An-Nisa’: 59]
Seruan dari Allah kepada kaum mukminin, kaum muslimin untuk taat kepada Allah dan taat kepada rasul-Nya.
《 وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ 》 “… dan orang-orang yang mengurusi urusan kalian.”
Baik dalam masalah dunia, demikian pula dalam masalah akhirat, masalah agama.
Masalah agama, berarti di sini, ayat ini menunjukkan wajibnya untuk taat, mengikuti bimbingan para ulama dalam hal kebaikan. Dan juga dari ayat ini juga menunjukkan wajibnya untuk mendengar dan taat, patuh kepada pemerintah yang sah.
Tidak dijelaskan di sini apakah pemerintahnya itu harus yang adil atau yang jahat juga harus ditaati. Apakah pemerintahnya itu kekuasaannya diperoleh dari jalur yang resmi, semua rakyat menyetujui. Ataukah dari jalur kudeta atau yang ada unsur kemaksiatan seperti demokrasi, tidak dijelaskan. Namun ayat ini sifatnya umum, wajibnya untuk patuh dan taat kepada pemerintah.
Namun selama rakyatnya menyetujui, mengakui, ini pemerintahnya sah, ini pemimpin saya. Maka meskipun jalurnya ada unsur kemaksiatan kepada Allah, seperti demokrasi maka tetap kaum muslimin wajib untuk mendengar dan taat.
Oleh karena itu, di dalam hadits Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ta’ala ‘anhu, ketika rasulullah menjelaskan dan berwasiat kepada para sahabat, sekaligus kepada kaum muslimin untuk bertaqwa kepada Allah, kemudian sekaligus:
《 السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ 》 “… mendengar dan taat”
Di antara pesan nabi adalah wajib untuk mendengar dan taat.
《 وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ 》 “meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak Habasyah (Ethiopia).”
Budak, asal hukumnya tidak boleh menjadi pemimpin. Namun ketika menjadi pemimpin, menunjukkan dia mendapatkan kekuasaannya bukan dengan jalur yang sah, mungkin dengan cara kudeta.
Namun, Rasulullah tetap memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mendengar dan taat meskipun mereka pemimpin tersebut mendapatkan kekuasaannya dengan cara maksiat kepada Allah. Sehingga yang dilihat adalah hasilnya, bukan caranya. Ini yang harus dibedakan!
Sehingga ahlussunnah tetap, berjalan bukan dengan hawa nafsu, tapi dengan dalil. Wallahu ta’ala a’lamu bishawab.
📀 // Unduh audionya di:
– https://t.me/ukhuwahsalaf/6006 atau https://goo.gl/2iFxMh
Url: http://bit.ly/Fw390706
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
// Sumber: Dari situs IlmuSyari•Com {https://goo.gl/bC5gWc}
===================≠=====
TURUT PUBLIKASI
📮 WhatsApp Salafy Cirebon
🖥 Join Channel:
http://t.me/salafy_cirebon