Pernahkah kita berpikir, hewan-hewan yang ada di sekitar kita mengenal Allah ‘azza wa jalla dan suka memuji kepada-Nya? Dari kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ini, kita ketahui bahwa ternyata hewan juga mengenal Allah ‘azza wa jalla sebagai Rabbnya dan mereka suka bertasbih kepada-Nya. Yaitu dari kejadian burung Hud Hud yang melihat peribadatan Ratu Saba’ dan rakyatnya, yang tidak ditujukan kepada Allah ‘azza wa jalla, tetapi menyembah matahari.
Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman ‘alaihimassalam adalah nabi-nabi utama dari kalangan Bani Israil. Allah ‘azza wa jalla himpunkan bagi keduanya nubuwwah (kenabian) dan hikmah serta kerajaan yang besar dan kuat.
Nabi Dawud ‘alaihissalam sebelumnya adalah seorang prajurit dalam pasukan Thalut yang telah dipilih oleh salah seorang Nabi dari Bani Israil sebagai raja mereka. Thalut dipilih karena keberanian, kekuatan serta luasnya ilmu pengetahuan tentang pemerintahan dan siasat perang.
Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
“Dan Allah menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (al-Baqarah: 247)
Ketika mereka berhadapan dengan Jalut serta tentaranya, pasukan Thalut bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dawud ‘alaihissalam ternyata melampaui keberanian mereka. Segera dia menghadapi Jalut dan membunuhnya, sehingga sisa pasukannya menderita kekalahan. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menolong Bani Israil.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengangkat Dawud menjadi Nabi dan memberinya hikmah serta kerajaan yang kuat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah.” (Shad: 20)
Allah subhanahu wa ta’ala telah memberinya kekuatan dalam beribadah dan ilmu pengetahuan. Bahkan mensifatkannya dengan dua sifat ini, yang merupakan ciri kesempurnaan seseorang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan. Sesungguhnya dia seorang yang awwab.” (Shad: 17)
Di sini Allah subhanahu wa ta’ala sifati beliau sebagai seorang yang memiliki kekuatan besar dalam melaksanakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Dan beliau adalah seorang yang awwab karena begitu sempurna pengetahuannya tentang Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menundukkan burung-burung dan gunung-gunung agar bertasbih bersamanya. Beliau telah pula diberi anugerah oleh Allah berupa suara yang merdu yang belum pernah diterima oleh manusia sebelumnya.
Nabi Dawud ‘alaihissalam biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur lagi pada seperenamnya. Beliau biasa berpuasa sehari dan sehari berbuka. Apabila bertemu dengan musuh, maka siapa pun akan melihat keperkasaan beliau yang menakjubkan. Allah subhanahu wa ta’ala telah pula melunakkan besi baginya dan mengajarinya bagaimana membuat baju besi, perisai dan alat-alat perang lainnya. Beliaulah orang pertama membuat semua alat tersebut.
Allah subhanahu wa ta’ala pernah menegur beliau dengan mengutus dua orang malaikat sebagai dua orang yang sedang bersengketa. Kedua malaikat itu menemui Nabi Dawud di mihrab, sehingga beliau merasa terkejut, karena mereka masuk pada waktu yang tidak diizinkan seorang pun masuk ketika itu dengan cara memanjat dinding mihrab.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menceritakan hal ini,
“Jangan takut. Kami dua orang yang berselisih. Salah seorang dari kami berbuat zalim terhadap yang lain. Maka berilah keputusan di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.” (Shad: 22)
Kemudian salah seorang menerangkan keadaan mereka, katanya, “Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai 99 ekor kambing—yang dimaksudkannya adalah wanita (istri)—sedangkan saya hanya mempunyai satu ekor. Lalu dia (saudaraku ini) berkata, ‘Serahkanlah kambingmu kepadaku,’ dan dia mengalahkan saya dalam perdebatan. Artinya, alasan dia lebih kuat sehingga mengalahkan pendapat saya.”
Lalu Dawud ‘alaihissalam berkata, sebagaimana diceritakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
“Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan amat sedikitlah mereka itu.” (Shad: 24)
Akhirnya Nabi Dawud ‘alaihissalam mengetahui bahwa dialah yang dimaksud dalam kasus tersebut, beliau pun tersadar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan Dawud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka dia pun meminta ampun kepada Rabbnya, menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni kesalahannya dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Shad: 24—25)
Akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala menghapus dosa beliau dan keadaannya jauh lebih baik daripada sebelum kejadian itu. Beliau mendapat tempat yang sangat dekat di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan kesudahan yang baik.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi. Maka berilah keputusan dengan adil di antara manusia. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Ka25rena hawa nafsu itu akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Shad: 26)
Bersambung…
Ditulis oleh al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar
Sumber : Asy Syariah Edisi 015, Ibrah