Oleh :
? Al Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed –hafidzahullah–
Tentunya cinta kepada pribadinya dan cinta pula pada akhlak dan perangainya, serta cinta kepada sunnah dan ajaran yang dibawanya. Sehingga kita dapati seorang muslim yang beriman bahwa Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– adalah utusan Allah pastilah mencintainya.
1. CINTA MEMBAWA SESEORANG UNTUK SELALU DEKAT DENGAN YANG DICINTAINYA
Maka seorang yang cinta kepada Allah dia akan semangat untuk dekat kepada-Nya dengan ibadah dan beramal shalih. Demikian pula orang yang cinta kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– maka ia ingin dekat bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dalam suka dan dukanya. Seperti para Shahabat , mereka rela meninggalkan keluarga dan sanak familinya untuk hijrah ke Madinah bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– . Demikian pula generasi setelahnya dari para Tabi’it-Tabi’in, mereka tidak sempat untuk dekat dan bertemu dengan pribadi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, namun mereka tetap berupaya untuk dekat dengan jalan mempelajari Sunnah-Sunnahnya, mengamalkannya, sebagaimana dikatakan oleh penyair :
Ahlul Hadits adalah golongan Rasul,
Walau tubuh mereka tak bertemu,
Namun jiwa mereka dekat dengannya.
Disamping kedekatannya mereka dengan Sunnah dan ajaran Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– juga seorang yang cinta kepada Rasul pasti akan berharap untuk bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– nanti di Surga.
Maka para pencinta Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– sangat berbahagia dan gembira dengan berita-berita Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang mengatakan :
“Seseorang bersama yang dicintainya”.(H.R. Bukhari dan Muslim)
Yakni seseorang akan di gabungkan di Surga bersama dengan orang-orang yang di cintainya dan mereka semangat untuk mengamalkan perintah-perintah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– terutama yang dikatakan akan mendapat balasan dekat dengan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– di dalam Surga, seperti sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
“Memelihara anak yatim dari kerabatnya ataupun bukan kerabatnya, maka ia seperti ini di dalam Jannah”. Dan Malik (salahsatu perawi) mengisyaratkannya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.” (H.R. Muslim)
Maka para pencinta Rasul pasti akan merasa lezat dengan kehidupan Sunnah, merasa ni’mat dengan mempelajari Sunnah dan terhibur dengan membaca sejarah kehidupan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, sebaliknya mereka akan gelisah ketika jauh dari Sunnah, merasa takut menentang ajaran dan bimbingannya dan merasa tersiksa ketika berada ditengah kebid’ahan.Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:
“Tiga sifat yang jika seseorang memilikinya akan merasakan manisnya keimanan yaitu ; ia menjadikan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari segala-galanya. Menjadikan cintanya kepada seseorang dilandasi karena Allah. Dan ia benci kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan Allah, sebagaimana bencinya ia jika di lemparkan ke dalam neraka ”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2.CINTA MEMBAWA SESEORANG UNTUK MENURUTI APA YANG DIINGINKAN OLEH YANG DICINTAINYA
Namun manusia selain cinta kepada Rasul juga cinta kepada anaknya, isterinya, bapaknya atau orang lain. Sehingga karena cintanya kepada mereka, ia ingin menuruti kemauan mereka yang dicintainya. Maka konsekuensi cinta kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- harus menjadikan cinta kepadanya yang paling tinggi -setelah cinta kepada Allah- dari seluruh cinta kepada manusia lainnya. Kemudian setelah itu berupaya untuk mentaatinya dan mengikutinya dengan penuh cinta. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- :
“Tidak sempurna iman seseorang hingga menjadikan aku lebih dicintai dari anaknya, dari bapaknya atau dari manusia seluruhnya”.(H.R. Bukhari dan Muslim)
Bersambung in sya Allah
Sumber :
? Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 28/th.IV 27 Sya’ban 1429 H / 29 Agustus 2008 M