Oleh :
? Al Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed –hafidzahullah–
Diriwayatkan dalam Tafsir Ibnu Katsir riwayat tentang seorang tokoh musyrikin yang ahli dalam bidang syair dan bahasa Arab yaitu Walid ibnu Mughirah Al- Makhzumi ia pernah mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, ketika dibacakan ia terkagum-kagum dan berkata: “Duhai sangat menakjubkan apa yang telah dibaca oleh Ibnu Abi Kabsah (yang dimaksud Ibnu Abi Kabsah adalah Rasulullah -shalallahu’alaihi wa sallam-, namun dia menyebutkan dengan anak tukang kambing untuk menghinakannya – semoga Allah melaknat Walid ibnu Mughirah-) kemudian Walid melanjutkan: “Sungguh demi Allah ini bukan syair, bukan sihir, bukan pula igauan orang gila, sesungguhnya ucapan itu betul-betul dari ucapan Allah”.
Ketika orang-orang Quraisy mendengar pujian Walid terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, maka merekapun berkumpul dan bermusyawarah, bagaimana menghalangi Walid agar jangan masuk Islam. Maka berkata Abu Jahl :“Biar aku yang mengurusinya “.
Maka berangkatlah Abu Jahl kerumahnya kemudian berkatalah Abu Jahl (A) Kepada Walid (W);
A :“Wahai pamanku sesungguhnya kaummu sedang mengumpulkan harta untukmu!”
W :“Mengapa? bukankah aku orang yang paling kaya dan banyak keturunannya di negeri ini ?”
A:“Karena mereka mendapati engkau mendatangi Muhammad dan memuji ucapannya karena ingin mendapatkan keuntungan darinya”.
W :”Bukankah orang-orang quraisy tahu bahwa aku adalah orang yang paling kaya di negeri ini ? “
A :”Kalau begitu ucapkanlah kepada kaummu satu kalimat yang menunjukkan bahwa engkau mengingkari ucapannya dan membencinya!”
W :”Apa yang harus aku katakan ? Sungguh demi Allah tidak ada diantara kalian seorang yang lebih mengetahui syair-syair, rojaznya, qasidahnya, bahkan syiir-syiir jin sekalipun selain aku, namun ucapan dia sungguh tidak menyerupai sedikitpun dari semua yang aku sebutkan. Sungguh ucapannya sangat manis dan indah, dan sungguh aku yakin ucapannya akan mengalahkan semua yang di bawahnya dan dia pasti akan jaya, tak akan terkalahkan”.
A :”Sungguh kaummu tidak akan ridho dengan ucapan itu, hingga engkau mengucapkan suatu kalimat pengingkaran terhadanya”.
W :”Kalau begitu biarkan aku berpikir beberapa saat!”
Maka iapun berpikir untuk menentukan satu kalimat yang tepat agar diridhai kaumnya, kemudian ia berkata :”Sungguh ucapan itu tidak lain kecuali sihir yang mempengaruhiku”.
Maka turunlah ayat Allah -Subhanahu wa Ta’ala- yang memberitakan tentang kekufuran Walid Ibnu Mughirah padahal sudah Allah berikan sekian banyak kenikmatan dunia. Allah berfirman:
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا . وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا . وَبَنِينَ شُهُودًا. وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا. ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ. كَلَّا ۖ إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا. سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا. إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ . فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّر . ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ . ثُمَّ نَظَرَ . ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ . ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ . فَقَالَ إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ . إِنْ هَٰذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ . سَأُصْلِيهِ سَقَرَ
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang telah Aku ciptakan sendiri. Bukankah Aku telah menjadikan baginya harta benda yang banyak. dan anak-anak yang selalu bersama dia. dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan, maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. lalu dia berkata: “(Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari. Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar”.(Al-Muddatstsir:11-26)(lihat Tafsir Ibnu Katsir Juz 4, hal 468)
Kisah tersebut menunjukkan bahwa orang-orang Arab yang mengerti bahasa Arab dan sastranya mereka mengerti tentang kehebatan Al-Qur’an, hanya saja Walid ibnu Mughirah lebih mementingkan hawa nafsunya mengalahkan hati kecilnya.
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya”.(An-Naml:14)
Diantara kehebatan Al-Qur’an lainnya adalah lengkapnya isi Al-Qur’an. Dengan hanya 30 juz, 114 surat, namun berisi segala macam aturan, hukum-hukum untuk segala perkara di semua bidang baik urusan aqidah dan ibadah sampai mengatur urusan keluarga bahkan sampai mengatur permerintahan sebuah negeri, Allah berfirman :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Kitab ini untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(An-Nahl : 89)
Hingga ketika ada seorang wanita yang bertanya kepada Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu- apakah ada dalam Al-Qur’an tentang larangan dan laknat Rasulullah bagi wanita yang di tato dan mencabut bulu alisnya, wanita itu berkata: ”Aku telah mencari dalam Al-Qur’an dari mulai sampul depan sampai sampul belakang dan aku tidak mendapatkan permasalahan itu di dalamnya”, maka Ibnu Mas’ud menjawab : ”Engkau baca lagi dengan teliti maka engaku akan dapati, apakah engkau tidak membaca :
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.(Riwayat Bukhari dalam shahihnya)
Mengapa manusia bersusah-susah untuk membuat undang-undang yang -katanya- adil dan lengkap, padahal Allah telah turunkan Al-Qur’an yang sangat adil dari Allah yang Maha Adil dan sangat lengkap.
Diantara keistimewaan Al-Qur’an yang berikutnya adalah dijadikan oleh Allah -Ta’ala- mudah untuk dihafal dan mudah pula untuk difaham -tentunya bagi mereka yang mau mempelajarinya-. Allah mengulang-ulang di dalam surat Al-Qomar ucapan-Nya;
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Diantara keistimewaan lain dari Al-Qur’an adalah berbicara tentang apa-apa yang belum terjadi dan kemudian terjadi persis seperti yang diberitakan, sehingga semestinya manusia yakin bahwa Al-Qur’an ini dari Allah yang Maha Mengetahui.
Diantaranya ketika turun surat Al-Lahab Allah katakan tentang Abi Lahab :
سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak”.(Al-Lahab:3)
Dalam keadaan Abu Lahab masih hidup, yang masih memungkinkan baginya untuk masuk Islam. Namun Allah telah pastikan dalam ayat diatas bahwa ia tidak akan masuk Islam, mati dalam keadaan kafir dan kelak akan masuk neraka. Dan terbukti benar, Abu Lahab mati dalam perang Badar terbunuh dengan hina.
Contoh kedua ketika Allah turunkan ayat tentang peperangan Romawi dan Persia bahwa beberapa tahun kemudian Romawi akan menang kembali.
غُلِبَتِ الرُّومُ . فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ . فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
“Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan akan menang. dalam beberapa tahun (lagi)…”(Ar-Ruum:2-4)
Ternyata terbukti persis seperti yang telah Allah beritakan.
Oleh karena itu Abu Bakar -radhiallahu ‘anhu- berani mengadakan taruhan dengan kaum musyrikin tentang kemenangan Romawi (hal itu terjadi sebelum diharamkannya taruhan) karena yakin bahwa ucapan Allah pasti benar. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir Juz 3/466, dalam Hadits Hasan Shahih riwayat At-Tirmidzi).
Dengan terbuktinya apa-apa yang sudah terjadi maka semestinya manusia yakin dengan Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- dan bahwasanya apa-apa yang akan terjadi di hari kiamat dan negeri akhirat pasti akan terjadi persis seperti apa yang diberitakan Al-Qur’an.
Sumber :
? Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 23 / th.IV – 08 R a j a b 1429 H / 11 J u l i 2008 M