Salafy Temanggung
Salafy Temanggung oleh Abu Hafshah Faozi

pelit terhadap diri sendiri

2 bulan yang lalu
baca 3 menit
Pelit Terhadap Diri Sendiri

Kebakhilan adalah sifat yang tidak disukai dan tercela dalam pandangan manusia apalagi menurut tinjauan syariat. Orang yang bakhil menahan hartanya dan enggan mengeluarkan untuk kebaikan, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, maupun orang lain. Kebakhilan ini tidak hanya merugikan orang lain tetapi sebenarnya juga merugikan diri sendiri.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan,

وإذا كان بخيلاً فإنه لا ينفعه بخله؛ لأن البخيل إذا ادخر المال من أجل هذا الخلق الذميم، فإن المال سيورث بعده شاء أم أبى، فلماذا يبخل على نفسه هو الآن؟ إذا بخل بماله فقد بخل عن نفسه في الواقع؛ لأن هذا المال لابد أن ينتقل إلى غيره بعد موته

“Jika seorang suami bakhil (pelit kepada istri), maka sifat bakhilnya tersebut tidak akan bermanfaat baginya. Karena jika suami yang bakhil itu menyimpan hartanya karena akhlak yang tercela ini, maka sungguh mau tidak mau hartanya tetap akan diwariskan sepeninggalnya. Lantas kenapa sekarang dia bakhil terhadap dirinya sendiri? Sejatinya jika dia bakhil dengan hartanya, maka dia telah bakhil terhadap dirinya sendiri. Sungguh hartanya itu akan berpindah ke orang lain setelah kematiannya.” Silsilah Fatawa Nur alad Darb, kaset nomor 286

Setiap orang akan meninggalkan hartanya ketika meninggal. Harta yang disimpan dengan sifat bakhil tidak akan memberikan manfaat setelah kematian, karena akan diwariskan kepada orang lain. Orang yang bakhil menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati hartanya selama hidup. Dia menahan diri dari menggunakan hartanya untuk kebutuhan dan kesenangan yang halal, sehingga kehilangan kebahagiaan dan kenyamanan.

Sejatinya, kebakhilan adalah bentuk kezaliman terhadap diri sendiri. Dengan tidak memanfaatkan harta yang dimiliki, seseorang tidak memberikan manfaat terbaik bagi dirinya. Padahal, harta yang digunakan dengan baik bisa membawa kebahagiaan, kenyamanan, dan bahkan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Islam mengajarkan untuk bersikap dermawan dan menggunakan harta dengan bijaksana. Harta yang dikeluarkan untuk kebaikan, seperti sedekah, membantu keluarga, dan kebutuhan diri sendiri, akan membawa berkah dan manfaat yang besar.

Menggunakan harta untuk kebaikan akan mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap sedekah dan kebaikan yang dilakukan akan dihitung sebagai amal shaleh. Bersikap dermawan menumbuhkan kebaikan dalam diri dan lingkungan sekitar. Orang yang dermawan akan dicintai dan dihormati oleh orang lain.

Allah Ta’ala juga menjanjikan bahwa harta yang dikeluarkan untuk kebaikan akan digantikan dengan yang lebih baik. Ini adalah janji Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru menambahkannya.

Sifat bakhil tidak memberikan manfaat bagi siapa pun, termasuk diri sendiri bahkan akan merugikannya. Sebaliknya, bersikap dermawan dan bijaksana dalam menggunakan harta akan membawa kebahagiaan, keberkahan, dan pahala yang besar. Oleh karena itu, hendaknya kita menjauhi sifat bakhil dan belajar untuk bersikap dermawan dalam kehidupan sehari-hari. Allahu a’lam

Oleh:
Abu Hafshah Faozi