Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang sering kali memandang nikmat Allah Ta’ala hanya terbatas pada urusan duniawi, seperti makanan, minuman, dan kesehatan fisik.
Pemahaman ini, meskipun benar dalam konteks yang terbatas, sesungguhnya sangatlah sempit jika dilihat dari sudut pandang Islam. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,
“Siapapun yang memandang bahwa nikmat Allah Ta’ala kepadanya hanyalah makanan, minuman, dan kesehatan badan, maka sejatinya dia orang yang tidak berakal sama sekali. Karena nikmat Allah Ta’ala yang berupa Islam dan iman, ditariknya seorang hamba untuk mendekat (taat) kepada-Nya serta rasa nikmat dalam mentaati-Nya merupakan anugerah Allah Ta’ala yang terbesar.” Madariju as-Salikin 1/277
Islam dan iman adalah nikmatnya terbesar yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya. Keduanya menjadi jalan untuk mencapai kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Tanpa Islam dan iman, manusia kehilangan arah hidup yang benar dan tidak mampu mengenali tujuan penciptaannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Lebih dari sekadar kewajiban, ketaatan kepada Allah Ta’ala adalah sumber ketenangan jiwa dan kebahagiaan batin. Menjalankan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir bukan sekadar rutinitas, melainkan sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menekankan bahwa keterikatan hati kepada Allah Ta’ala dan kenikmatan dalam taat adalah puncak dari nikmat yang harus disyukuri.
Tidak ada yang salah dalam menikmati nikmat dunia seperti makanan, minuman, dan kesehatan selama tidak melampaui batas. Namun, penting untuk menyadari bahwa semua itu bersifat sementara. Kesehatan bisa hilang, rezeki bisa berkurang, tetapi nikmat iman dan Islam adalah sesuatu yang kekal jika dijaga dengan baik. Oleh karena itu, bersyukur atas nikmat dunia harus diiringi kesadaran bahwa nikmat Islam dan iman jauh lebih berharga dan tak ternilai harganya. Hanya diberikan kepada hamba-hamba yang terpilih.
Nikmat Allah Ta’ala tidak terbatas pada hal-hal fisik dan duniawi semata. Islam, iman, serta rasa lezat dalam beribadah adalah anugerah terbesar yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat ini dan berusaha menjaganya dengan terus mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, orang yang hanya memandang nikmat dari sisi materi sejatinya belum memahami hakikat kehidupan. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang bersyukur atas seluruh nikmat yang Allah Ta’ala berikan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi. Allahu a’lam