Kehidupan dunia adalah kehidupan yang fana dan bersifat sementara. Meskipun manusia sering kali sibuk mencari kekayaan, mengejar jabatan, dan meraih impian duniawi, semua itu pada akhirnya akan ditinggalkan. Setiap tahun yang berlalu membawa manusia semakin dekat pada kematian, sementara istana-istana megah yang dibangun di dunia ini hanya sementara. Al-‘Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah dengan bijak mengingatkan dalam sebuah karyanya beliau mengatakan,
“Setiap tahun yang kalian lalui, akan mendekatkan kalian kepada kuburan setahun, sekaligus menjauhkan kalian dari istana-istana dunia setahun pula.” Adh-Dhiya’ul Lami’ 703
Pernyataan ini mengandung pelajaran mendalam tentang hakikat waktu dan kehidupan manusia. Setiap detik yang kita lalui, sejatinya adalah langkah yang mendekatkan kita kepada ajal. Meskipun manusia mungkin merasa bahwa pencapaian materi seperti rumah mewah, harta, dan kedudukan sosial adalah indikator kesuksesan, semua itu tidak memiliki nilai sama sekali di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan itu barometer kemuliaan di sisi Allah Ta’ala.
Justru, waktu yang dihabiskan untuk mengejar duniawi tanpa memikirkan bekal akhirat adalah bentuk kelalaian yang akan membawa penyesalan. Islam menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara sebelum menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya,
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak.” (QS. Al-Hadid: 20)
Ayat ini mempertegas bahwa kesibukan dengan hal-hal duniawi sering kali menipu manusia, membuat mereka melupakan tujuan sejati penciptaan, yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan mempersiapkan bekal menuju kehidupan akhirat.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengingatkan bahwa setiap tahun yang berlalu berarti kita semakin menjauh dari kenikmatan dunia. Istana megah, harta berlimpah, dan segala kenyamanan duniawi yang dimiliki akan menjadi hal yang tak berguna ketika kematian menjemput. Sebaliknya, yang akan menemani kita di alam kubur adalah amal shalih, ibadah, dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Dalam haditsnya, beliau bersabda ketika ditanya tentang siapakah orang yang paling cerdas,
“Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelahnya.” HR. Ibnu Majah dengan sanad yang sahih
Istana dunia yang kita bangun tidak akan menemani kita di alam kubur, tetapi amal baik yang kita kerjakan untuk Allah-lah yang akan menjadi teman di akhirat kelak.
Pernyataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menjaga prioritas dalam hidup. Waktu yang kita miliki harus dimanfaatkan dengan baik untuk memperbanyak amal shalih, beribadah, dan menyiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Dunia hanyalah persinggahan, sedangkan akhirat adalah tujuan yang hakiki.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam mengejar hal-hal duniawi yang hanya bersifat sementara. Setiap hari, bulan, dan tahun yang berlalu adalah pengingat bahwa umur kita semakin berkurang, dan waktu untuk memperbaiki diri semakin sempit.
Pesan Al-‘Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah tentang makna waktu dan hakikat kehidupan adalah pengingat bahwa setiap tahun yang kita lalui membawa kita lebih dekat kepada kematian dan lebih jauh dari kenikmatan duniawi. Istana megah dan harta benda dunia akan kita tinggalkan, sedangkan yang abadi adalah amal shalih dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Maka, mari kita gunakan waktu yang tersisa dengan bijak, mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Allahu a’lam