Saudaraku…
Membaca kembali lembaran-lembaran hidup di hari-hari yang telah berlalu, tentu akan mengundang tangis. Seolah tiap langkah tiada selamat dari perbuatan salah. Seakan setiap saat dikotori oleh maksiat. Waktu terbuang sia-sia dan kesempatan pun hilang. Namun, tiada tangis seindah tangis tanda pertaubatan.
Tiap orang mampu menakar dan menghitung diri sendiri, jika ia mau. Ada qalbu dan pikiran yang dipunyai. Mata untuk melihat, telinga demi mendengar, juga jiwa guna merasa. Tiap-tiap hamba tentu bisa menimbang-nimbang, ”Manakah yang lebih sering aku perbuat, dosa ataukah ibadah?”
Lain hal jika qalbu telah mati. Tiada ruh di dalam jasadnya yang kasar. Ia tak lagi dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan. Bagai gelas yang terbalik, semua nasihat dan peringatan sudah tiada lagi berarti. Semua tertolak tiada yang membekas. Shahabat mulia, Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه, mengingatkan kita dengan penuh kasih dan cinta,
“Hisablah¹ diri kalian sendiri! Sebelum kalian akan dihisab nantinya. Timbanglah diri kalian sendiri! Sebelum kalian akan ditimbang kelak. Sungguh, melakukan hisab saat di dunia terhadap diri sendiri lebih ringan dibandingkan hisab pada kiamat nanti. Hias-hiasilah diri kalian untuk menyambut hari pertunjukkan akbar. Hari itu kalian akan dihadapkan kepada Allah, tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi bagi Allah.”²
Benar, saudaraku… Sungguh benar nasihat Al Faruq di atas! Lakukanlah hisab dan pertimbangan amalmu sendiri selagi masih hidup di dunia.
Muhasabah akan menolong seorang hamba dari jurang kehancuran. Menangislah dan berusahalah untuk menangis. Umar bin Al-Khaththab رضي الله عنه di kedua pipi beliau ada dua garis menghitam yang membujur sebagai tanda tangisan.
Muhasabah akan membantu seorang hamba dalam menemukan dosa dan kesalahan yang ada pada dirinya. Sehingga ia akan mengambil langkah nyata untuk menghapus dan memperbaiki kesalahan tersebut.
Muhasabah akan menggiring seorang hamba untuk mencari kekurangan dan cela yang ada pada dirinya sendiri. Agar ia bisa menutup dan menggantinya dengan amalan kebaikan.
Hias-hiasilah diri! Dengan ibadah dan ketaatan. Jangan kotori dengan dosa dan kesalahan. Sebab, kita akan menghadap Allah Rabb sekalian alam. Kita akan berdiri bersama-sama, bersama seluruh makhluk sejak Adam diciptakan hingga makhluk terakhir yang diciptakan-Nya. Pada hari itu tiada sesuatu yang tersembunyi. Pengadilan dan keadilan Allah benar-benar maha sempurna.
“يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.”
[Q.S. Al Zalzalah:6-8]
Sumber :
[Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifai]
Majalah Qudwah Edisi 02/2012 89