Al-Ustadz Abu Bakar Abdurrahman
Surga bagi Orang Tua yang Bersabar atas Kematian Anaknya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَائَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا لَا نَقْدِرُ عَلَيْكَ فِي مَجْلِسِكَ، فَوَعِّدْنَا يَوْمًا نَأْتِيْكَ فِيْهِ. فَقَالَ: مَوْعِدُكُنَّ بَيْتُ فُلَانٍ؛ فَجَاءَهُنَّ لِذَلِكَ الْوَعْدِ وَكَانَ فِيْمَا حَدَّثَهُنَّ: مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ يَمُوتُ لَهَا ثَلَاثٌ مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبُهُمْ إِلَّا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Seorang wanita mendatangi Rasulullah lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tidak mampu menghadiri majelis Anda, maka berilah kami waktu dan tempat khusus untuk kami mendatangi Anda.’ Beliau pun menyanggupinya dan bersabda, ‘Tempat kalian berkumpul adalah tempat si fulan.’ Pada hari yang dijanjikan, beliau pun datang. Salah satu pelajaran yang beliau sampaikan kepada mereka adalah, ‘Tidaklah seorang wanita di antara kalian ditinggal mati oleh tiga anaknya, lalu dia mengharap pahala atasnya, kecuali dia akan masuk surga’.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 148)
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, mari kita renungi kandungan hadits di atas yang penuh pelajaran bagi kita. Di antara faedah yang bisa kita ambil adalah:
Mereka bersemangat untuk bermajelis dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam guna menimba ilmu. Ilmu adalah kebutuhan primer bagi setiap orang, melebihi kebutuhan makan dan minum. Sebab, kebutuhan makan dan minum bisa tercukupi dalam sehari dua atau tiga kali, tetapi kebutuhan terhadap ilmu berlangsung sepanjang hari.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah guru bagi ulama umat ini. Para sahabat memahami Islam melalui bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sehingga mengamalkan Islam sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Karena pentingnya memahami Islam melalui seorang pembimbing, para wanita dari kalangan sahabat pun ingin mendapat bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam secara langsung.
Memang, para wanita di zaman Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam telah mendengar Islam dari suami atau mahram mereka yang sudah masuk Islam terlebih dahulu. Selain itu, al-Qur’an turun dengan bahasa mereka. Namun, mereka tidak mencukupkan diri dengan itu semua. Mereka tetap merasa butuh mendapatkan pengajaran dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Atas dasar ini, orang yang ingin memahami dan mendalami Islam dengan benar hendaknya mencari pembimbing yang ahli di bidang agama, baik dari kalangan ulama, dai, maupun ustadz yang telah mengambil ilmu dari ulama.
Saudariku muslimah yang dimuliakan oleh Allah, jangan mencukupkan diri dengan membaca dan belajar sendiri (otodidak), tetapi berusahalah untuk menghadiri majelis ilmu. Pepatah Arab mengatakan, “Barang siapa yang gurunya sebatas buku, kesalahannya lebih banyak daripada kebenarannya.”
Lihatlah sejarah Islam. Salah satu sebab munculnya aliran sesat dalam Islam adalah memahami Islam tanpa bimbingan ulama. Sebut saja kelompok Khawarij yang sesat karena memahami al-Qur’an dengan pemahaman mereka sendiri tanpa merujuk kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat.
Beliau berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ ١٢٨
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri; berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (at-Taubah: 128)
Pada hadits ini juga kita dapati bahwa Rasulullah ` selalu menepati janji. Menepati janji adalah salah satu sifat orang beriman. Sebaliknya, menyelisihi janji adalah salah satu ciri orang munafik. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda munafik ada tiga: apabila berbicara, dia berdusta; apabila berjanji, dia menyelisihi janji; dan apabila dipercaya, dia berkhianat.” (HR. al-Bukhari no. 6095)
Sungguh, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sosok yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Allah memuji beliau dalam al-Qur’an,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ٤
“Sesungguhnya kamu (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam: 4)
Seorang mukmin dan mukminah adalah manusia yang penuh aktivitas dengan beraneka ragam amal saleh. Sejak bangun tidur sampai datang waktu merebahkan badan untuk tidur kembali, dia mengisinya dengan amalan kebaikan.
Seorang mukmin dituntut untuk mengatur waktu guna melaksanakan kewajibannya dan menunaikan hak orang lain yang telah ditetapkan oleh syariat.
Seorang mukminah berkewajiban menunaikan ibadah kepada Allah, dari shalat sampai haji—bagi yang mampu. Di sisi lain, dia berkewajiban menunaikan hak suami, mengurus rumah tangga, dan mengasuh putra-putrinya.
Karena kesibukan yang banyak dan menyita waktu ini, para wanita sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam tidak bisa menghadiri majelis ilmu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Oleh karena itu, mereka memohon kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam agar sudi meluangkan waktu khusus untuk mereka.
Kabar gembiralah bagi wanita yang menunaikan kewajiban-kewajibannya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيْلَ لَهَا: اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, dikatakan kepadanya pada hari kiamat, ‘Masuklah ke surga dari pintu surga mana pun yang engkau kehendaki’.” (HR. Ahmad, dinyatakan hasan oleh pentahqiq al-Musnad (hasan li ghairihi). Lihat Musnad Ahmad no. 1661)
Di samping mempunyai kewajiban, wanita juga memiliki hak. Oleh karena itu, pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam berusaha menunaikan hak para wanita, sebagai pelajaran untuk umat beliau.
Dalam hadits lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
“Sesungguhnya istrimu memiliki hak atasmu yang harus kamu tunaikan.” )HR. al-Bukhari(
Allah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِي عَلَيۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡهِنَّ دَرَجَةٞۗ
“Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada para istri.” (al-Baqarah: 228)
Demikianlah ajaran Islam yang sangat memuliakan wanita, tidak seperti tuduhan orang kafir dan musuh-musuh Islam bahwa Islam tidak adil kepada wanita. Mahasuci Allah dari tuduhan tersebut.
Kaum wanita adalah pengasuh putra-putri mereka. Tentu, pendidikan anak sangat membutuhkan ketabahan dan kesabaran. Selain itu, musibah tidak henti-hentinya menyertai muslim dan muslimah. Jika pengajar mengerti keadaan tersebut sehingga tepat dalam hal menyajikan ilmu dan memberikan kabar gembira kepada mereka, tentu hal ini sangat terpuji.
Lihatlah! Dalam hadits di atas, Rasulullah memberikan kabar gembira dan hiburan bahwa siapa pun yang beriman kemudian ditinggal mati oleh tiga orang anaknya, dia akan masuk surga.
Seorang dai hendaknya memberikan kemudahan dan tidak mempersulit umat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا، بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Berikanlah kemudahan, jangan mempersulit; berikanlah kabar gembira, jangan membuat orang lari.” (HR. al-Bukhari 1/150 dan Muslim no. 1734)
Anak adalah buah hati orang tua sehingga pantaslah dia mendapatkan surga apabila ditinggal mati oleh tiga anaknya.
Al-Imam al-Bukhari (no. 101) meriwayatkan, “Seorang wanita bertanya kepada Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam, ‘Bagaimana jika yang mati dua anak?’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, ‘Dua anak juga (akan menjadi benteng untuknya dari siksa neraka)’.”
Bahkan, kalau ada yang bertanya kepada beliau, “Kalau satu, wahai Rasulullah?”, beliau akan menjawab, “Ya, walaupun satu.” Hal ini seperti yang diucapkan Mahmud bin Labid (seorang tabiin) kepada Jabir bin Abdullah h. Jabir pun bersumpah, “Demi Allah, aku menyangka juga seperti itu.” Maksudnya, jika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ditanya, “Bagaimana kalau satu?”, pasti beliau menjawab, “Ya.” (Lihat al-Adabul Mufrad no. 146)
Anak kecil kaum muslimin yang meninggal sebelum balig akan dimasukkan ke surga. Khalid al-Absi meriwayatkan, “Ketika putraku meninggal dunia, aku merasa sangat kehilangan. Aku bertanya kepada Abu Hurairah, ‘Wahai Abu Hurairah, hadits apa yang Anda dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bisa menenangkan hati kami dari musibah kematian anak kami?’ Abu Hurairah menjawab, ‘Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Anak-anak kecil kalian yang meninggal dunia menjadi makhluk yang senantiasa di surga, tidak akan terpisah dari surga.” (Lihat al-Adabul Mufrad no. 145)
Di antara keutamaan yang lain adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
أَنَّ امْرَأَةً أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَبِيٍّ فَقَالَتْ: اُدْعُ لَهُ، فَقَدْ دَفَنْتُ ثَلَاثَةً؛ فَقَالَ: اِحْتَظَرْتِ بِحِظَارٍ شَدِيْدٍ مِنَ النَّارِ
“Seorang wanita datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam membawa anaknya. Dia berkata, ‘Doakanlah kebaikan untuknya. Sungguh, saya telah mengubur tiga orang anak.’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pun bersabda, ‘Sungguh, engkau telah membentengi dirimu dari api neraka dengan benteng yang sangat kokoh’.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 144)
Anak kecil yang mendahului orang tuanya menghadap Allah subhanahu wa ta’ala akan menanti kedua orang tua mereka di salah satu pintu surga, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ لَهُمَا ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ إِلَّا أَدْخَلَهُمُ اللهُ الْجَنَّةَ وَأَبَوَيْهِمُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ. قَالَ: وَيَكُونُوْنَ عَلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالَ لَهُمْ: اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ، فَيَقُولُونَ: حَتَّى يَجِيْئَ أَبَوَانَا، فَيُقَالَ لَهُمْ: اُدْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَبَوَاكُمْ بِفَضْلِ رَحْمَةِ اللهِ
“Tidaklah dua orang muslim (suami istri, -pent.) ditinggal mati tiga anaknya yang belum balig, melainkan Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga beserta kedua orang tua mereka karena karunia rahmat-Nya. Mereka (anak-anak itu) berada di salah satu pintu surga dan diseru, ‘Masuklah kalian ke surga.’ Mereka menjawab, ‘Nanti, sampai datang kedua orang tua kami.’ Lalu dikatakan, ‘Masuklah kalian dan kedua orang tua kalian karena keutamaan rahmat Allah.” (HR. an-Nasa’i (1/265), dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani. Lihat Ahkamul Janaiz hlm. 34)
Pembaca yang dimuliakan Allah, begitulah rahmat Allah subhanahu wa ta’ala pada hamba-Nya yang beriman. Seluruh keutamaan di atas hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman, bersabar tatkala mendapatkan musibah, dan selalu mengharap pahala dari Allah.
Semoga sekelumit penjelasan ini bisa menjadi wawasan ilmiah bagi para pembaca, khususnya kaum wanita yang mengisi waktu dengan mendidik putra-putri mereka.
Wallahu a’lamu bish shawab.