Menanti kelahiran sang buah hati tentu menjadi momen yang sangat dinanti. Setiap orang tua akan menyiapkan berbagai keperluan bagi bayinya kelak. Sekian banyak persiapan fisik dan nonfisik tidak luput dari pikiran. Tak terlupa, salah satu hal penting yang disiapkan adalah nama.
Beragam cara pandang orang tua ketika hendak memberi nama sang anak. Ada yang saking kagumnya, orang tua hendak menjadikan nama seorang selebritas—artis, tokoh politik, atau pemain bola terkenal—sebagai nama anaknya. Ada juga orang tua yang merasa kurang sreg kalau memberi nama anaknya dengan nama yang Islami sehingga ia memilih nama yang kebarat-baratan. Alasannya bisa jadi karena orang tua ingin menunjukkan luasnya wawasan dan pemikirannya yang modern. Bisa jadi pula, sebabnya ialah krisis jati diri. Minder jika nama anaknya terkesan “tradisional” karena berbau Islam. Ini satu kutub.
Ada pula sekelompok lain yang berprinsip, “Apalah arti sebuah nama. Mau dinamakan apapun, kalau mawar tetaplah wangi,” persis seperti ucapan seorang pujangga kafir Eropa di era pertengahan yang gelap. Mereka tidak peduli akan nama anaknya. Dari mana diambil, apa artinya, baik atau buruk maknanya, dia tidak ambil pusing. Anak lahir, beri nama seadanya dan semaunya; selesai. Toh namanya anak tetaplah anak, esensinya adalah anak manusia. Mau diberi nama apa pun, dia tetap manusia. Ini kutub yang lain.
Pembaca Qonitah yang budiman…
Kedua kutub di atas tentu saja keliru dan sama-sama memprihatinkan. Bagaimanapun, nama menunjukkan pemiliknya. Nama mengandung harapan dan doa. Nama yang baik akan memberi sugesti yang positif, baik bagi si pemilik nama maupun bagi orang yang mendengarnya. Demikian pula sebaliknya.
Orang tua tentu merasa senang ketika anaknya dipanggil dengan nama terbaik yang telah dia pilihkan untuknya. Muncul sebersit rasa senang terhadap keputusannya memberi nama pilihan untuk anaknya di masa silam.
Namun, ketika yang terjadi adalah sebaliknya, tegakah orang tua ketika kelak si anak dipanggil dengan nama yang buruk, padahal dia sendiri yang telah menyematkannya? Orang yang mendengar saja sudah risih, bagaimana halnya dengan si pemilik nama yang setiap saat menyandangnya?
Oleh karena itu, kita sangat perlu mengetahui bagaimana sebenarnya tuntunan Islam dalam hal pemberian nama anak. Dalam Islam, ada nama yang paling disukai oleh Allah, ada nama yang baik, ada nama yang makruh, dan ada nama yang tidak boleh dipakai. Hati-hati dan cermatlah memilihkan nama untuk ananda tercinta.
Mengingat pentingnya pembahasan ini, kami tampilkan pembahasan tentangnya secara ringkas pada rubrik Buah Kasih edisi ini. Selamat membaca!