Waktu sangatlah berharga, sampai-sampai Allah bersumpah dengan waktu dalam banyak ayat.
“Demi masa.” (al-‘Ashr: 1)
وَٱلۡعَصۡرِ ١
“Demi (waktu) fajar, dan malam yang sepuluh.” (al-Fajr: 1—2)
وَٱلۡفَجۡرِ ١ وَلَيَالٍ عَشۡرٖ ٢
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.” (al-Lail: 1—2)
وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ ١ وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ٢
“Demi waktu dhuha (matahari sepenggalah naik), dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).” (ad-Dhuha: 1—2)
وَٱلضُّحَىٰ ١ وَٱلَّيۡلِ إِذَا سَجَىٰ ٢
Hal ini menunjukkan penting dan besarnya kedudukan waktu. Namun, sangat disayangkan, sebagian besar muslimin tidak peduli terhadap waktu. Mereka membiarkannya begitu saja berlalu. Terlebih anak muda, waktu muda yang paling berharga mereka sia-siakan. Sebagian dari mereka suka nongkrong di pinggir jalan, bergadang semalaman. Sebagian lagi main game online seharian, dan sebagian yang lain menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat, bahkan dengan perbuatan maksiat. Seakan-akan mereka berkata, “Mumpung masih muda, masih banyak waktu untuk bersenang-senang dan berleha-leha.”
Sementara itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Pergunakankanlah lima hal sebelum datangnya lima hal lainnya: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang kefakiranmu (kemiskinanmu), waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan kehidupanmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Hakim no. 7916. Beliau berkata, “Hadits shahih menurut al-Bukhari dan Muslim.” Hadits ini dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 1077)
Berkata asy-Syaikh Muhammad al-Imam, “Masa muda adalah masa yang paling berharga dan paling baik bagi seorang hamba. Ketika pemuda menghabiskan masa mudanya di dalam kecerobohan dan kegilaan setelah melakukan maksiat dan dosa di dalam kelalaian, permainan, dan kesia-siaan, datanglah uban (masa tua, -red.). Ini jika dia hidup sampai tua. Jika tidak, sangat banyak orang yang telah mati tanpa sempat mendapati masa tua setelah mereka melakukan musibah ini (menyia-nyiakan masa muda, –red). Pemuda yang menghabiskan masa mudanya di dalam kemaksiatan dan kesia-siaan, hal itu adalah musibah. Kita berlindung kepada Allah darinya. Jadi, masa muda adalah sebuah kenikmatan. Jangan melewatinya dengan berbuat maksiat yang menyiksa. Masa muda juga merupakan waktu yang amat berharga, maka janganlah menyia-nyiakannya sehingga kalian rugi dan menyesal.” (Khuthab Fadhilatisy Syaikh Abi Nashr Muhammad al-Imam 2/167)
Wahai para remaja, apakah karena masih muda, kalian terlena dan menyangka bahwa umur masih panjang, sehingga kalian bersantai-santai? Bukankah banyak anak muda yang tidak menjumpai masa tua, meninggal terlebih dahulu daripada para orang tua? Jangan sampai kalian menyesal pada saat penyesalan tidak berguna lagi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلۡمَوۡتُ قَالَ رَبِّ ٱرۡجِعُونِ ٩٩ لَعَلِّيٓ أَعۡمَلُ صَٰلِحٗا
“Hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan…’.” (al-Mu’minun: 99—100)
Sobat, perhatikanlah perkataan Ibnu Umar berikut ini, sebagai nasihat untukku dan untukmu. Berkata Ibnu ‘Umar ,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila engkau memasuki waktu sore, (segeralah beramal, –red.) jangan menunggu datangnya waktu pagi. Apabila engkau memasuki waktu pagi, jangan menunggu datangnya waktu sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Bukhari no. 6416)
Al-Imam al-Hasan al-Bashri berkata, “Tidaklah matahari tenggelam pada suatu hari melainkan aku menyesalinya karena berkurang umurku, tetapi tidak bertambah amalku.”
Sebab-sebab yang Mendorong Seseorang untuk Memanfaatkan Waktu
Wahai muslimah, berikut sebab-sebab yang dapat mendorong seseorang untuk memanfaatkan waktu.
Waktu adalah modal utama seorang hamba untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Dengan mempergunakan waktu untuk hal yang bermanfaat (beramal saleh), seseorang akan mendapatkan kebaikan dan kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
خَيرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik manusia ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2330. Beliau berkata, “Hadits hasan.”)
Menyia-nyiakan waktu memiliki banyak dampak jelek bagi orang yang melakukannya. Berkata al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah , “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian, karena menyia-nyikan waktu memutuskan perkara dunia dan akhirat Anda.” (Fawa’id hlm. 385)
Waktu luang adalah kenikmatan yang besar, maka gunakanlah untuk hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Di mana para remaja dari shaf-shaf shalat berjamaah? Di mana para remaja dari menuntut ilmu syar’i? Di mana pula para remaja dari ibadah-ibadah sunnah?!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua nikmat yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6412)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ…
“Pergunakankanlah lima hal sebelum datangnya lima hal lainnya: masa mudamu sebelum datang masa tuamu ….” (HR. al-Hakim no.7916, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Kesadaran bahwa umur ada batasnya insya Allah akan mendorong seseorang untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bahkan, kalau dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu, umur umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sangatlah pendek.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali orang yang melewati umur tersebut.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 757)
Kesadaran bahwa umur harus dipertanggungjawabkan akan membuat seseorang berhati-hati dalam menggunakan umur atau waktunya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidaklah bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia gunakan; tentang ilmunya, apa yang dia perbuat dengannya; tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan ke mana dia keluarkan; dan tentang tubuhnya, untuk apa ia gunakan.” (HR. at-Tirmidzi no. 2417—beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih”—dan dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani)
Teman yang jelek berpengaruh jelek terhadap seseorang. Maka dari itu, jauhilah teman-teman yang mengajakmu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhiratmu. Bergaullah dengan teman-teman yang saleh yang menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.
Tidak ada jalan bagi kita agar bisa mempergunakan sisa umur kita untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita selain meminta pertolongan kepada Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ
“Dan Rabb kalian berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian’.” (al-Mu’min: 60)
Jadi, tidak ada kata “mumpung masih muda” jika kita menghabiskan masa muda untuk bersantai-santai dan bersenang-senang. Akan tetapi, mumpung masih muda, kita gunakan masa yang berharga ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Wallahu a’lam bish shawab.