Cinta… begitulah orang menyebutnya. Perasaan cenderung dan suka kepada seseorang membuat orang yang lemah menjadi kuat dan sebaliknya, orang yang kuat menjadi lemah. Bahkan, terkadang dia siap melakukan apa saja. “Laut akan kuseberangi, gunung akan kudaki untuk bertemu sang dambaan hati,” kata seseorang yang sedang jatuh cinta.
Semakin dalam cinta di hati, semakin rela dia berkorban. Bahkan, sebagian dari mereka nekat mengakhiri hidupnya. Bermunculanlah kasus-kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para remaja karena cinta. Dari 37 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh para remaja pada 2012, hampir 50% akibat putus cinta. Seperti inikah dahsyatnya cinta sehingga seseorang melakukan perbuatan membahayakan diri sendiri, mengakhiri hidup karena cinta?
Fenomena banyaknya kasus remaja yang bunuh diri karena cinta dilatarbelakangi oleh kebodohan mereka terhadap agama dan kekosongan hati dari mengingat Allah. Hal ini menyeret mereka melakukan perbuatan dosa besar, yaitu bunuh diri. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Segala keharaman, baik kekufuran, kefasikan, maupun kemaksiatan, dilakukan oleh seorang hamba karena kebodohannya.” (Majmu’ al-Fatawa 14/22)
Karena tidak mengindahkan atau tidak mengetahui larangan syariat, seperti larangan memandang wanita ajnabiyah (bukan mahram), berduaan, berpegangan tangan, berpacaran, apalagi melakukan hubungan seks di luar nikah, cinta pun semakin menghunjam kuat ke dalam hatinya. Dia ingin selalu bersama sang kekasih. Serasa dirinya tidak ingin berpisah dengan kekasihnya walaupun sejenak. Ketika ada penghalang yang merintanginya untuk senantiasa bersama sang kekasih, bisa jadi seseorang yang jauh dari agama akan melakukan hal-hal yang di luar akal sehat sampaipun harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tidak jarang kita dengar, remaja mati bunuh diri, satu remaja mati setelah melompat dari gedung tinggi, satu lagi mati dengan cara menggantungkan diri di seutas tali, ada pula yang mati karena melempar diri di saat kereta api sedang meluncur cepat. Penyebabnya sama: putus cinta. Sungguh, akhir yang memilukan.
Orang yang memiliki akal sehat pasti akan mengingkari perbuatan bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain, apalagi bunuh diri gara-gara putus cinta. Sungguh, kebodohan di atas kebodohan, keharaman di atas keharaman. Sudah terjatuh pada perbuatan haram pacaran, ditambah terjatuh pada perbuatan dosa bunuh diri.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيمٗا ٢٩ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ عُدۡوَٰنٗا وَظُلۡمٗا فَسَوۡفَ نُصۡلِيهِ نَارٗاۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرًا ٣٠
“Janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian. Barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Hal itu adalah mudah bagi Allah.” (an-Nisa’: 29—30)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ، فَحَدِيدَتُهُ فِى يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِى بَطْنِهِ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ شَرِبَ سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَهُوَ يَتَحَسَّاهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا، وَمَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَهُوَ يَتَرَدَّى فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan besi tajam, dia akan menusuk perutnya dengan besi tersebut di dalam neraka Jahanam, selama-lamanya. Barang siapa meminum racun untuk membunuh dirinya sendiri, dia akan meneguknya di neraka Jahanam, selama-lamanya. Barang siapa menjatuhkan diri dari atas gunung untuk membunuh dirinya sendiri, dia akan menjatuhkan dirinya di neraka Jahanam, selama-lamanya.” (HR. Muslim no. 313)
Melihat fenomena seperti ini, orang tua dan para dai mempunyai tanggung jawab terdepan untuk memberikan pengarahan kepada para remaja muslim dan muslimah serta memerhatikan apa yang sedang terjadi pada mereka. Kebebasan bergaul dengan lawan jenis dan kebebasan mengungkapkan serta menjalin cinta kasih di luar nikah adalah salah satu sebab terbesar para remaja itu nekat melakukan bunuh diri hanya karena putus cinta. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Sepeninggalku nanti, aku tidak meninggalkan pada umatku suatu cobaan/ujian yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada godaan perempuan.” (HR. al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 7121)
Penyebab terbesar lainnya adalah jauhnya mereka dari agama Allah dan kosongnya hati dari zikir mengingat Allah. Oleh karena itu, memberikan pemahaman agama yang benar dan pemahaman tentang haramnya menjalin cinta kasih di luar nikah dapat menjadi salah satu dari sekian banyak solusi yang bisa kita lakukan demi kebaikan mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةٗ وَسَآءَ سَبِيلٗا ٣٢
“Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra’: 32)
Asy-Syaikh al-‘Allamah Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Larangan mendekati zina lebih mengena daripada sekadar larangan berbuat zina. Sebab, larangan mendekati zina mencakup larangan dari segala sesuatu yang mengantarkan dan mendekatkan seseorang kepada zina.” (Taisirul Karimir Rahman, pada ayat ini)
Di samping itu, diberikan pemahaman bahwa dosa bunuh diri adalah dosa besar. Pelakunya akan diazab di akhirat sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya untuk membunuh dirinya di dunia, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam di atas.
Dalam hadits yang lain Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِى الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu di dunia, pada hari kiamat dia akan diazab dengannya (yang dia gunakan untuk bunuh diri, -ed).” (HR. Muslim no. 316)
Solusi lainnya adalah memberikan pemahaman bahwa bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang akan mengakibatkan hancur dan patah hatinya orang-orang yang mencintainya, entah itu orang tua, saudara, ataupun sahabatnya. Ditambah lagi, kedua orang tua harus menanggung rasa malu akibat bunuh diri yang dilakukan oleh anak mereka. Ini adalah bentuk kedurhakaan anak kepada orang tua.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd berkata, “Bentuk-bentuk kedurhakaan kepada orang tua (disebutkan di antaranya) adalah membuat kedua orang tua menangis dan bersedih, entah dengan perkataan, perbuatan, atau apa saja yang dapat menyebabkan hal itu.” (‘Uquq al-Walidain, asy-Syaikh Muhammad al-Hamd, hlm. 9)
Penting untuk disadari, kedua orang tua mempunyai peranan besar dan penting dalam hal membimbing dan memberikan arahan-arahan yang baik kepada anak untuk kehidupannya di dunia dan kelak di akhirat. Adalah kewajiban orang tua mendidik anak, mengarahkannya kepada hal-hal yang baik, melarang dan memperingatkannya dari hal-hal yang membahayakan kehidupannya di dunia dan di akhirat, seperti bunuh diri.
Semoga Allah memperbaiki keadaan para remaja kaum muslimin dan menjaga mereka dari segala sesuatu yang membahayakan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Wallahu a’lam bish-shawab.