Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

syirik saat letusan merapi dan corona

5 tahun yang lalu
baca 5 menit
Syirik Saat Letusan Merapi dan Corona

Syirik Saat Letusan Merapi dan Corona (Tathoyyur dengan Wajah Eyang Semar dalam gumpalan Asap Merapi)

Pertanyaan:

Beberapa hari terakhir ditengah meningkatnya penyebaran wabah Corona di Indonesia, kita mendengar berita erupsi gunung Merapi yang cukup besar.Setelah beberapa kali erupsi, tersebar di Medsos tulisan; “Eyang semar sudah menampakan diri, pagebluk segera berakhir” Disebutkan dalam tulisan itu: Menurut kepercayaan orang Jawa-Mataram. Jika gunung merapi menyaburkan awan panas menyerupai wajah (Eyang Semar) tokoh pewayangan Jawa, itu pertanda bahwa bencana (Pagebluk) yang melanda Nusantara akan segera berakhir. Mohon nasehat tentang artikel ini.

Jawaban:

Subhanallah, Maha Suci Alloh. Ucapan diatas jelas merupakan kebatilan. Statement di atas adalah statement kesyirikan.

Tidakkah kita ingat bahwa kebaikan dan kejelekan semua di tangan Alloh ? Dan hanya kepada Alloh kita bertawakal ?

Alloh Subhanahu wata’ala berfirman:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗ قُلْ اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ اَرَادَنِيَ اللّٰهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كٰشِفٰتُ ضُرِّهٖٓ اَوْ اَرَادَنِيْ بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكٰتُ رَحْمَتِهٖۗ قُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ ۗعَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُوْنَ

Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Kalau begitu tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka mampu menghilangkan bencana itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?” Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nyalah orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (QS Az Zumar : 38)

Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa segala sesuatu di Tangan Alloh. Jika Alloh berkehendak menimpakan Corona atas umat manusia, tidak ada siapapun dari makhluq dan sesembahan selain Alloh mampu mencegahnya. Sebaliknya ketika Alloh berkehendak mengangkat kejelekan itu tidak ada yang mampu menghalanginya.

Hanya kepada Alloh lah kita bertawakal, menyerahkan diri kepada-Nya. Bukan kepada Nyai Roro Kidul, bukan kepada Habib Fulan, Wali Fulan, Mbah Fanani, atau siapapun.

_________ Baca: Mbah Fanani bukan Wali (Fenomena Kesyirikan di dataran Tinggi Dieng).

Dahulu, musyrikin Quraisy ketika melihat burung terbang ke arah tertentu, mereka kaitkan apa yang mereka lihat itu dengan nasib yang akan mereka terima.

Jika musyrikin Quraisy melihat burung terbang ke arah kanan… Ini pertanda keberuntungan, merekapun melanjutkan aktifitas. Sebaliknya jika burung terbang ke arah yang lain ini pertanda kerugian dan kebinasaan, atas dasar inilah dahulu mereka melakukan safar atau berdiam di rumah.

Inilah tathoyyur, dan ini adalah kesyirikan, sama seperti mereka yang melihat kepulan asap Merapi yang mirip dengan Eyang Semar dijadikan pertanda selesainya wabah Corona, dengan melihat wajah itu berbahagialah hati, dan menggantungkan asa/harapan kepada apa yang dilihat.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah berkata, “Tathayyur adalah beranggapan sial dengan sesuatu yang terlihat, terdengar, atau sesuatu yang telah maklum. Yang terlihat seperti terbangnya burung, yang terdengar seperti suara burung dan sejenisnya, serta yang dimaklumi yakni sesuatu yang tidak terdengar dan tidak terlihat, seperti beranggapan sial dengan hari tertentu, dengan bulan tertentu, dan lainnya.”

Seorang yang bertathayur sungguh telah menyelisihi tauhid dari dua sisi,

Pertama: Dia memutuskan tawakalnya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan bersandar kepada sesuatu selain-Nya, (dalam hal ini kepada burung, hari atau kepulan asap. Pent-)

Kedua: Menggantungkan hati kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya. (diringkas dari al-Qaulul Mufid Syarah Kitab at-Tauhid)

Asy-Syaikh Abdurahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, “… Tiyarah (tathayur) adalah syirik karena terkandung perbuatan menggantungkan hati kepada selain Allah Subhanahu wata’ala.” (Fathul Majid)

DALIL HARAM DAN SYIRIKNYA TATHAYUR

Banyak dalil yang menunjukkan haramnya tathayur, bahkan tathayur adalah satu macam kesyirikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثلاَثًا

Tiyarah adalah syirik, tiyarah adalah syirik (beliau ucapkan tiga kali)….” (HR. Abu Dawud no. 3910, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh Albani)

TATHOYYUR DENGAN WAJAH SEMAR

Sungguh menyedihkan keadaan kebanyakan manusia, terkhusus penduduk di negeri ini.

Di satu sisi mereka tidak mengenal manusia terbaik, Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam, juga tidak mengenal generasi terbaik, para shahabat Nabi. Sebaliknya justru yang dipelajari adalah nama dan tokoh-tokoh fiktif, yang penuh khurofat dan kesyirikan dalam cerita tokoh tokoh fiktif itu. Sebut saja tokoh tokoh pewayangan Semar, Petruk, Gareng, Bagong dan yang lainnya. Betapa senang manusia mempelajarinya, sementara sejarah Manusia terbaik dan generasi terbaik dilupakan. allohul Musta’an

Dalam Wikipedia desebutkan bahwa Semar adalah tokoh punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana dari India. Meski demikian, nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa Sanskerta), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa. (Sumber: Wikipedia)

Lebih menyedihkan lagi manakala tokoh fiktif, karangan tulen pujangga Jawa ini kemudian dijadikan sebagai pertanda akan terangkatnya wabah Corona ?

A’udzubillah minasy syirik. Ya Alloh Kami berlindung kepada-Mu dari kesyirikan,, Ya Robb, tolonglah bangsa ini… Sungguh keyakinan ini lebih membinasakan dari Corona.

Keyakinan bahwa munculnya wajah Semar pertanda akan selesainya pageblug, adalah keyakinan Syirik. Sebagaimana dulu penduduk Dieng menjadikan perginya Fanani dari Dieng adalah pertanda akan adanya banjir di Dieng atau semisal itu.

Ujian Corona benar-benar nyata sebagai ujian, agar tampak siapa yang menggantungkan harapannya hanya kepada Alloh, siapa yang bertawakal hanya kepada Alloh dan siapa yang menggantungkan harapannya kepada selain Alloh, menggantungkan kepada Semar, atau gambar Semar, atau kepulan asap Merapi yang diimajinasikan sebagai wajah Semar.

Alloh letuskan Merapi agar manusia takut, namun karena kerasnya hati, justru disikapi dengan kesyirikan. A’udzubillah min dzalik.

Apakah belum datang saatnya manusia takut kepada Alloh ??

Oleh:
Abu Ismail Rijal