Problematika Umat
Problematika Umat oleh Abu Ismail Rijal

patokan kebenaran adalah al kitab dan as sunnah

4 tahun yang lalu
baca 4 menit
Patokan Kebenaran adalah Al Kitab dan As Sunnah

Patokan Kebenaran adalah Al Kitab dan As Sunnah

Afwan ustadz, para pengikut Yahya Al Hajuri, yang telah menyimpang dari Al Haq dan telah di peringatkan (ditahdzir) kesesatan mereka oleh Para Ulama seperti Syeikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholi _ seringkali membela diri dengan mengatakan, kami ini sedikit, kamilah Al-Ghuroba (orang orang asing), sedikit dan keterasingan kami adalah dalil bahwa kami berada di atas kebenaran.

Lalu mereka berdalil dengan ayat atau hadits yang menunjukkan bahwa kebenaran ada pada yang berjumlah sedikit seperti firman Allah:

و قليل من عبادي الشكور

“Dan sedikit dari hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba : 13)

Demikian pula berdalil dengan Hadits Nabi shalallahu’alaihi wasallam yang menceritakan bahwa nanti pada hari kebangkitan ada nabi yang dibangkitkan bersama dua orang pengikutnya yang beriman, ada yang dibangkitkan hanya dengan seorang pengikutnya bahkan ada nabi yang di bangkitkan dalam keadaan tidak ada seorang pun yang beriman kepadanya. Mohon penjelasannya ustadz.

Jawab:

Para Ulama baik dahulu hingga jaman ini ketika menilai kesesatan sebuah pemikiran, kelompok atau dai, mereka mentahdzir (memperingatkan) dan memvonis sesat atau menyimpang berdasarkan Al Kitab dan As Sunnah, berdasarkan hujjah dan dalil yang menunjukkan penyimpangan mereka. Bukan banyak atau sedikit mereka.

Lihatlah bagaimana Kholifah Umar bin Khattab menghukum Seorang yang bernama Shobigh dan memerintahkan kaum muslimin agar menjauh darinya karena penyimpangan dan kesesatan Shobigh.

Demikianlah para ulama mengikuti jejak para sahabat. Termasuk apa yang dilakukan Syeikh Prof. Dr. Robi bin Hadi Al Madkhali, seorang ulama ahlul hadits di zaman ini, ketika beliau memvonis sesat Yahya Al Hajuri, Abdurrahman Abdul Kholiq, Ali Hasan Al Halabi, Falih Al Harbi atau yang lain dari pengusung pemikiran munharif (menyimpang), tidaklah beliau dan para ulama mentahdzir (memperingatkan kesesatan) mereka melainkan dengan hujjah.

Patokan kebenaran adalah Al-Kitab dan As Sunnah dengan pemahaman salafush Sholih.

Dengan timbangan Al Kitab dan As Sunnah inilah akan tampak mana yang Haq dan mana yang batil.
Siapa yang lurus dan siapa yang menyimpang manhajnya.

Maka harus selalu diingat bahwa, kebenaran dan kebatilan bukan dinilai dari sedikit atau banyaknya pengikut.

Benar, telah dipastikan bahwa kebanyakan manusia kufur. Sedikit dari manusia yang bersyukur.

Telah menjadi ketetapan Allah pula bahwa kebanyakan manusia masuk ke dalam neraka, dan dikabarkan pula bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita.

Semua itu adalah berita berita yang benar. Namun bukan berarti bahwa kebenaran dan kebaikan ditimbang dari sedikit atau banyaknya pengikut.

Jumlah pengikut Musailamah Al Kadzdzab lebih sedikit dari para sahabat, lalu apakah mereka dinilai benar karena sedikitnya jumlah mereka? Tentu saja tidak !

Kebenaran bersama para sahabat yang selalu mengikuti Al Haq.

Sungguh kebenaran bukan dinilai dari adat, perasaan, apa kata hati, atau banyak sedikitnya pengikut, namun patokan kebenaran adalah Al-Kutab dan As Sunnah.

Perintah Kembali Kepada Al Kitab dan As Sunnah Ketika Terjadi Perselisihan.

Diantara prinsip penting yang harus selalu kita ikuti agar selalu berada diatas kebenaran adalah mengembalikan segala yang kita perselisihkan kepada Al Kitab dan As Sunnah.

Allah ta’ala berfirman :

فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٌ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا

“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)

Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam juga memerintahkan hal yang sama. Dalam hadits Irbadh bin Sariyah Rasulullah shollallohu’alaihi wasallam mengabarkan akan terjadi banyak perselisihan. Rasulullah shollallohu’alaihi wasallam kemudian berpesan untuk berpegang teguh dengan Sunnah beliau dan Sunnah Al Khulafaur Rasyidin.

Mereka yang selalu menimbang kebenaran dengan dalil adalah orang orang yang selamat sebagaimana Rasulullah kabarkan dalam sabda beliau yang lain:

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan. Beliau ditanya, ‘Siapakah mereka, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku berada’.” (Hasan, HR. at-Tirmidzi dalam Sunan-nya, “Kitabul Iman”, “Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah”, dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiallahu anhuma)

Semoga Allah mudahkan kita semua untuk mengenal Al Haq dengan dalil dalilnya, dan dimudahkan untuk tunduk dan menerima Al Haq serta mengikutinya. Amin.

Oleh:
Abu Ismail Rijal