Salat istikharah dan tata caranya dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jamaah al-Muhadditsin (para penyusun al-kutub al-sittah (enam kitab hadits terkenal) ditambah Imam Ahmad) kecuali Muslim, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu `anhu, dia berkata,
“”Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam mengajari kami istikharah (meminta kepada Allah untuk dipilihkan yang terbaik) dalam segala hal, sama seperti saat beliau mengajarkan kami suatu surat dari Aquran. Beliau Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah, maka rukuklah (shalat) dua rakaat sunnah, kemudian berdoalah, “Ya Allah, aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu. Aku memohon karunia-Mu yang Agung. Engkau Maha Kuasa, sedangkan aku tidak. Engkau Maha Mengetahui, sedangkan aku tidak., Engkau Maha Mengetahui hal gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik untukku, agamaku, kehidupanku, dan akhir dari urusanku ini–atau beliau bersabda, “urusanku, baik dalam waktu dekat atau jauh”- maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah. Berkahilah urusanku. (Sebaliknya, ya Allah), jika Engkau mengetahui bahwa hal ini buruk untukku, bagi agamaku, kehidupanku, dan akhir dari urusanku ini–atau beliau bersabda, “urusanku, baik dalam waktu dekat atau jauh”–maka jauhkanlah hal ini dariku dan jauhkanlah aku darinya. Takdirkanlah untukku hal baik saja, di manapun. Jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu.” Beliau bersabda, “Orang yang shalat istikharah itu lalu menyebutkan keperluannya.””
Bacaan shalatnya adalah al-Faatihah dan ayat Alquran lainnya, baik satu surah penuh, maupun sebagian.
Adapun yang dinamakan shalat hajat, sepengetahuan kami terdapat hadits-hadits daif (lemah) dan munkar yang tidak bisa dijadikan hujah dan tidak bisa dijadikan landasan amal.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.