Pertama, sebagaimana dimaklumi bahwa di antara syarat wajib haji untuk wanita adalah ada mahram yang ikut menyertainya. Wanita yang tidak mendapati mahram tidak berkewajiban haji sampai dia mempunyai mahram. Orang yang menunaikan haji tanpa ada mahram hajinya sah, tetapi dia wajib bertobat akibat melakukan perjalanan tanpa ada mahram karena melakukan perjalanan tanpa ada mahram adalah maksiat dan berdosa, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
“Seorang wanita tidak boleh melakukan perjalanan jauh kecuali bersama mahramnya.” Muttafaq `alaihi.
Kedua, mengenai perwakilan melontar jamrah, maka orang yang menunaikan haji wajib melontar jamrah sendiri jika dia sanggup. Orang yang tidak sanggup karena sakit, wanita lanjut usia atau tidak bisa jalan boleh mewakilkan lontar jamrahnya kepada orang lain.
Ketiga, dengan demikian, jika Anda di waktu mewakilkan tidak sanggup melontar jamrah, maka perwakilan tersebut sah dan Anda tidak terkena kewajiban apa pun. Namun, apabila Anda mampu melontar jamrah pada haji pertama dan kedua, maka Anda wajib membayar fidiah dengan menyembelih sembelihan di Mekah yang memenuhi syarat kurban dan dibagikan kepada para fakir di Tanah Haram.
Ini untuk masalah perwakilan melontar jamrah pada haji pertama sedangkan Anda sanggup untuk melontar. Jika Anda tidak sanggup membayar fidiah, maka Anda harus berpuasa selama sepuluh hari. Demikian juga dengan perwakilan melontar jamrah pada haji kedua, baik Anda sanggup atau tidak sanggup untuk melontar.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.