Jawaban 1:
Waktu gerhana bulan dan matahari dapat diketahui melalui perhitungan pergerakan benda langit. Dengan perhitungan ini juga dapat diketahui bentuk gerhana total atau sebagian.
Ini tidak mengherankan, karena bukan termasuk hal gaib (tersembunyi) bagi setiap orang. Ini menjadi hal gaib bagi orang yang tidak mengetahui sistem perhitungan pergerakan benda langit. Namun, bagi orang yang mengetahuinya tidak akan menganggap hal ini gaib.
Sebab, dia mengetahuinya dengan gejala umum, dengan perantara ilmu tersebut. Ini tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa gerhana matahari dan bulan merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah Ta’ala untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya, sehingga mereka kembali kepada Tuhan mereka dan terus melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
Namun demikian, tidak boleh membenarkan pernyataan para ahli ilmu tersebut atau melakukan apa yang mereka katakan karena terkadang mereka juga melakukan kesalahan. Yang dapat dijadikan landasan dalil adalah melihat gerhana secara langsung. Ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Jika kalian melihatnya, bersegeralah shalat dan berdoa kepada Allah hingga kembali terang.”
Jawaban 2:
Prakiraan cuaca, terjadinya tiupan angin, terbentuknya awan atau turunnya hujan di suatu wilayah didasarkan pada pengetahuan atas hukum Allah yang tampak di alam.
Melalui gejala alam tersebut dapat diketahui secara zanni (praduga) dan tidak pasti oleh seseorang yang memiliki keahlian, dengan perantara pengkajian ilmiah atau riset umum. Sehingga dapat diprediksi dan diberikan informasi yang bersifat zanni dan tidak pasti.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.