Mengingkari sesuatu yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah serta hadits-hadits yang mutawatir termasuk kafir (ingkar) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangsiapa mengingkari disyariatkannya beristigatsah (meminta bantuan) kepada Allah ketika tanah menjadi gersang karena tidak turun hujan, maka dia telah mengingkari hadits-hadits sahih yang memerintahkan untuk menyandarkan diri dan meminta hujan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan menganggap dusta ayat-ayat Al-Quran yang menganjurkan agar menyandarkan diri kepada Allah ketika berada dalam kesulitan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
“Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”. (QS. Nuh: 10-11)
Menentang dan meragukan hal tersebut merupakan bentuk keburukan tauhid seseorang. Meyakini hal tersebut dan menganggap dusta ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits tentang masalah ini termasuk kafir yang dapat mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Hendaklah orang yang mengatakannya bertaubat dengan sebenar-benarnya.
Adapun yang disebutkan dalam pertanyaan, bahwa orang-orang kafir meskipun dengan kekafiran dan banyaknya dosa, masih sering turun hujan di tempat mereka, maka janganlah tertipu dengan kondisi mereka, karena kondisi tersebut bukanlah bukti keridaan dan kecintaan Allah kepada mereka.
Mungkin itu merupakan ujian dari Allah kepada mereka, karena Allah memberi tangguh kepada orang zalim dan memberinya kenikmatan yang melimpah agar ketika Allah menurunkan azab dan mereka tidak mampu mengelaknya. Allah Ta’ala berfirman,
“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (QS. Ali ‘Imran: 196-197)
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka”. (QS. Muhammad: 12)
Allah Ta’ala berfirman,
“Kamu telah menghabiskan rejekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan”. (QS. Al Ahqaaf: 20)
Allah Ta’ala berfirman,
“Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya , dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin”. (QS. Yunus: 24)
Dan Allah Ta’ala berfirman,
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al An’aam: 44-45)
Adapun orang yang beriman yang mendapatkan cobaan dari Allah berupa kemiskinan, ditimpa berbagai musibah, kekurangan hujan, kehilangan harta, jiwa dan buah-buahan, semua itu merupakan ujian dari Allah agar rasa ketergantungan dan pengharapan mereka kepada Allah semakin bertambah besar.
Setiap mendapatkan cobaan, mereka mengetahui bahwa semua itu ketentuan dari Allah sehingga mereka lebih mendekatkan diri, berharap dan bersandar kepada Allah. Dengan demikian rasa tawakal dan iman mereka kepada Allah semakin kuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar”. (QS. Al Baqarah: 155)
Dan Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad: 31)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.