Wajib bagi suami untuk memberikan mahar kepada istri ketika berlangsung akad nikah, baik diberikan tunai saat itu ataupun dalam bentuk utang, baik sedikit maupun banyak. Ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
” Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagimu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’: 24)
“Ini juga berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada seorang lelaki yang minta dinikahkan dengan wanita yang menawarkan dirinya kepada Rasulullah untuk dinikahi beliau. Lelaki tersebut berkata, “Wahai Rasulullah, jika engkau tidak menginginkan wanita itu, maka nikahkanlah aku dengannya.” Beliau bertanya, “Apakah kamu mempunyai mahar untuknya?” Dia menjawab, “Demi Allah, aku tidak mempunyai apa-apa, wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Pulanglah ke keluargamu, apakah kamu mendapati sesuatu?” Lantas dia pergi, lalu kembali lagi seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak mendapati apa pun.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun berkata, “Carilah maharmu meskipun hanya sebuah cincin dari besi.”
Apabila keluarga istri memberi uang kepada suami sebelum atau setelah akad nikah untuk mendorongnya agar mau menikah dan hidup dengan putri mereka secara baik-baik, maka hal itu dibolehkan. Dengan tujuan tersebut, maka pemberian itu adalah salah satu bentuk kebaikan, sebagai upaya menyambung silaturahim dan bekerjasama dalam menjaga kehormatan, dengan menunaikan syiar-syiar Islam.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.