Kaum muslimin harus memiliki sekelompok orang yang menyeru kepada kebaikan dan melakukan amar ma`ruf dan nahi munkar. Allah Ta`ala berfirman,
” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-‘Imran : 104)
Ketika amar ma`ruf dan nahi munkar ini terwujud, maka kemaslahatan manusia dan kestabilan keadaan mereka akan didapatkan dan umat ini akan menjadi sebagaimana yang dipuji oleh Allah dengan firman-Nya,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-‘Imran : 110)
Orang yang melakukan tugas ini harus menasihati orang-orang yang hatinya keras dengan cara yang dapat melembutkan hati mereka, menenteramkan jiwanya, dan mau taat dan beribadah kepada Allah.
Dia harus mengadakan perdebatan dengan orang yang mempunyai kerancuan pikiran dengan cara yang baik sehingga kebenaran menjadi terang dan jelas baginya lalu dia mengikuti jalan yang lurus (benar). Allah Ta`ala berfirman,
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl : 125)
Kaum muslimin dalam menjalankan kewajiban ini terbagi dalam beberapa tingkatan. Ada yang menyeru kepada kebaikan dan berjanji untuk melaksanakannya dengan tangannya, seperti para pemegang kebijakan, baik bersifat umum seperti presiden dan wakilnya maupun yang bersifat khusus, seperti bapak dan orang yang menempati posisinya.
Ada yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan lisannya, seperti ulama dan orang yang sama kedudukannya dengan mereka. Ada yang tidak mempunyai pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan berbicara sehingga dia wajib mengingkari kemungkaran dengan hatinya. Ini berdasarkan riwayat sahih dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang bersabda,
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya dan itulah iman yang paling lemah.”
Barangsiapa mengabaikan kewajibannya ini, maka dia berdosa dan dia sama dengan orang yang disebut oleh Allah,
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(78) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.(79) Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS. Al-Maa-idah : 78-90)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.