Perbuatan zina hukumnya haram berdasarkan nas agama dan ijmak, baik pelakunya mengalami ejakulasi atau tidak. Ini juga berlaku untuk suami yang terpisah jauh dari istrinya dan tinggal di tempat yang penuh dengan godaan di sekelilingnya. Dia wajib senantiasa menjaga kemaluan dan menjauhi hal-hal yang dapat menjerumuskannya kepada perbuatan zina.
Orang yang seperti itu harus bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyesali apa yang telah diperbuat, berhenti melakukannya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Selain itu, dia dianjurkan untuk banyak meminta ampun, melakukan amal saleh, dan menyembunyikan tindakannya tanpa menceritakan kepada orang lain. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (QS. Thahaa: 82)
Allah juga berfirman,
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).(68) (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,(69) kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqaan: 68-70)
Orang yang tinggal jauh dari istrinya atau telah bercerai tetap berstatus muhshan apabila pernah melakukan hubungan seksual dengan istrinya.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.