WAJIB KALIAN BERTAQWA, IKHLAS DAN BERILMU
HINDARILAH PERSELISIHAN, DENGAN PENUH HIKMAH, BERAKAL DAN BERAKHLAK KARIMAH
UNTAIAN NASEHAT BERHARGA UNTUK AHLUSSUNNAH[1]
DARI AS SYAIKH RABI BIN HADY ‘UMAIR AL MADKHALY Hafidhohullooh Ta’ala
بسم الله , الحمد لله , والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه و من اهتدى بهداه.
Aku wasiatkan kepada kalian –Wahai Ikhwah− untuk bertaqwa kepada Allah.
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” ( At Tholaq : 2-3 )
Bertaqwalah dalam segala hal, maka Allah akan jadikan untukmu jalan keluar dan solusi (semua permasalahan.pent). Jika engkau bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan untukmu jalan keluar dari kesulitan baik di dunia maupun di akhirat. Engkau akan selamat dengan bertaqwa kepada Allah dari murka Allah. Engkau akan selamat dari siksa-Nya di akhirat. Allah telah menyediakan untukmu surga seluas langit-langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa.
إِنَّ لِلۡمُتَّقِينَ مَفَازًا حَدَآئِقَ وَأَعۡنَٰبٗا وَكَوَاعِبَ أَتۡرَابٗا
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur dan gadis-gadis yang sebaya” ( An Naba’: 31-33 )
Kesemuanya itu engkau akan dapat raih dengan ketaqwaan dan engkau dapati jalan keluar dari kesusahan dan (engkau akan dapati kemudahan) dan rahmah dari Allah dengan sebab ketaqwaan. Engkau akan memperoleh derajat yang paling tinggi -barakallahu fiikum- di akhirat dengan taqwa. Jadilah dirimu orang selamat aqidahnya, manhajnya, ibadahnya. Engkau yakini apa yang telah disyariatkan oleh Allah berupa aqiah keyakinan dalam masalah tauhid, yaitu engkau meyakini masalah tauhid rububiyyah, asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah , dan dalam tauhid ibadah ( hanya kepada Allah.pent ) dalam sholatmu, puasamu, zakatmu, hajimu, dalam masalah berbakti kepada kedua orang tua dalam hal menjauhi maksiat dan dosa besar maupun yang kecil.
Maka wajib bagi kalian bertaqwa kepada Allah, wajib bagi kalian untuk senantiasa ikhlas. Ikhlas merupakan kebutuhan pokok dalam beribadah, dalam tholabul ilmi, dakwah kepada jalan Allah Ta’ala. Semua amalan yang engkau niatkan bertaqarrub kepada Allah wajib disertai niat ikhlas hanya kepada Allah semata.
إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” ( Az zumar : 2 )
قُلۡ إِنِّيٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ
”Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” ( Az Zumar : 11)
Ikhlas merupakan keharusan, dan jauhilah riya’ dan syirik, baik syirik besar maupun yang kecil.
Maka ketika engkau belajar, yang engkau inginkan adalah wajah Allah, para malaikatpun akan membentangkan sayapnya untukmu karena ridho dengan apa yang engkau lakukan dan apabila engkau mencapai kedudukan ulama, maka engkau termasuk menjadi pewaris para nabi, dalam hal apa ?. Dalam masalah iman, taqwa, menyampaikan dakwah ilallaah, dalam amar ma’ruf nahi mungkar, dalam membawa bendera jihad apabila engkau mengangkat bendera jihad. Dalam semua kebaikan, engkau memberikan manfaat kepada manusia dan mencegah kejelekan dari mereka.
Dan tidak akan tersebar kebaikan itu kecuali melalui jalan ilmu yang benar,
dan tidak akan hilang kejelekan kecuali dengan ilmu yang benar.
Tidak akan bisa membuat sirna kesyirikan kecuali dengan ilmu yang benar.
Tidak akan bisa meniadakan bid’ah kecuali dengan ilmu yang benar.
Tidak mampu menghapus kemungkaran kecuali dengan ilmu yang benar.
Apabila tersebar ilmu yang benar dan kebaikan ini. Maka fitnah pun akan menjadi surut, bid’ah-pun akan terminimalisir dan akan hilang kesyirikan … dan seterusnya. Manakala ilmu itu tersebar di tengah-tengah sebuah masyarakat dari masyarakat-masyarakat yang ada, maka kesemuanya itu (syirik, bid’ah, maksiat) akan terbasmi dan sirna kecuali yang tertinggal adalah kemunafikan yang pelakunya berusaha menyembunyikan diri, maka ini adalah lain perkaranya. Adapun perkara-perkara yang dulunya (dilakukan.pent) terang-terangan akan menjadi sembunyi-sembunyi. Walhamdulillah.
Hendaknya engkau bertaqwa kepada Allah dalam menuntut ilmu, dan menyebarkannya, dalam berdakwah ke jalan Allah. Dalam beramar ma’ruf nahi mungkar senantiasa engkau ikhlas hanya kepada Allah, engkau senantiasa taqwa dan ikhlas kepada-Nya.
Wajib bagi kalian untuk berilmu, harus bagi kalian mencari ilmu, ilmu yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul –‘alaihis sholatu was sallam- dengan pemahaman Salafush Shalih. Artinya kalau engkau kesulitan dalam memahami ayat dan hadits, ada di sekitarmu –alhamdulillah- telah tersusun kitab syarah (penjelasan hadits) dan tafsir Al Qur’an ; tafsirnya salaf seperti :
Kalian harus mempelajari kitab-kitab tauhid, kitab-kitab aqidah. Dan syarah-syarah hadits: Al Hafid Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari” seiring menjauhi kekeliruan beliau dalam kitab tersebut, dan kitab ini adalah syarah Shahih Al Bukhari yang terbaik. Sangat membantu engkau dalam memahami banyak nash-nash hadits yang sangat engkau butuhkan dengan meninggalkan adanya kesalahan dan kekeliruan yang bersifat aqidah yang tercantum dalam kitab tersebut.[2]
Kemudian harus saling memperkuat persaudaraan diantara kalian –wahai ikhwah sekalian–
Kita belum pernah mengetahui adanya perpecahan dan kondisi bercerai-berai semisal yang sekarang ini. Demi Allah, fitnah sekarang ini mengitari salafiyah dan salafiyin di dunia, belum pernah lewat di masa sebelumnya seperti ini. Dikarenakan banyak pimpinan-pimpinan, dan tersebarnya cinta jabatan, sangat disayangkan dan juga adanya banyak yang menyelinap di barisan salafiyin yang mereka berusaha memecah belah agar salafiyin menjadi porak poranda, bercerai-berai.
Maka berhati-hatilah kalian dari perpecahan dan hendaklah betul-betul perhatian terhadap mereka ; orang-orang yang memecah belah. Ikatlah jalinan tali persaudaraan sesama kalian. Jadilah kalian bagaikan satu jasad, sebagaimana Rasul ﷺ bersabda:
تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى
“Engkau lihat kaum muslimin dalam hal rasa saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” [3]
Dan Beliau juga bersabda :
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
“ Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Dan Beliaupun menjalinkan jari jemari kedua tangan Beliau.”[4]
Saya kira – sekarang ini – bahwa banyak dari salafiyin apabila saudaranya sakit atau terkena musibah, dia malah senang dan tidak ikut merasa sakit! Kenapa? Karena banyaknya fitnah tersebar di kalangan mereka, dan yang menyebarkannya adalah pengikut hawa nafsu.
Saya katakan – bukan hanya sekali – bahwasanya kita telah mendapati salafiyin di belahan timur maupun barat, manakala semuanya saling cinta-mencintai, saling bersaudara di atas manhaj yang satu tidak ada perselisihan-perselisihan diantara mereka, maka tersebarkah dakwah salafiyah di dunia baik timur maupun barat. Maka bangkitlah orang-orang jahat dari kalangan yahudi, nashrani, para misionaris dan tokoh-tokoh kesesatan dari kalangan syiah rofidhah, dan shufi yang mereka bekerja sama dengan musuh dan kelompok-kelompok sesat, Demi Allah, mereka bahu membahu bersama musuh dan diantara mereka ada koneksi hubungan, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Dan tidaklah mereka bekerja sama kecuali dalam memusuhi manhaj As Salafi. Dimanapun mereka senantiasa menyebarkan dan menebarkan serbuk racun perpecahan di tengah salafiyin, lantas racun itu menjalar di timur maupun di barat, merekapun menghamburkan racun perpecahan di tengah-tengah salafiyin sehingga mereka memecah belah salafiyin dengan siasat memecah belah yang amat jahat.
Dan muncul adanya orang yang tidak faham tentang salafiyah yang sebenarnya dan yang semestinya. Ada seorang diantara mereka mengira dirinya “salafy”!, kemudian tidaklah engkau dapati padanya kecuali kerjanya adalah memutus tali-temali ikatan salafiyah dikarenakan jeleknya perilakunya, jeleknya manhajnya, atau adanya manhaj-manhaj yang rusak yang tersebar dan mengarah kepada upaya memecah belah dan mencerai-beraikan salafiyin.
Yang dibutuhkan pada salafiyah adalah adanya orang-orang yang berakal, orang-orang yang kasih sayang, orang-orang yang bijak, setelah itu semua butuh kepada keberadaan ulama’. Apabila hal ini semua tidak ada pada salafiyin, lantas dimana akan didapati As Salafiyah ? Akan hilang (pada tempat tersebut.pent) – barakallahu fiikum –
Maka pelajarilah ilmu, yang akan memberi kalian rasa kemampuan, Allah pasti memberikan anugerah hafalan, anugerah faham perkara agama. Singsingkan lengan, bersungguh-sungguh dalam memperoleh ilmu, hingga Allah akan berikan manfaat kepadanya dan berusaha sesuai kemampuan untuk mempersatukan kembali perpecahan salafiyin di atas agama Allah yang haq, memperkuat tali persaudaraan dan persatuan diantara mereka. Berilah semangat kepada mereka dalam belajar dan menebarkan persaudaraan dan kasih sayang sesama salafiyin.
Adapun terhadap selain salafiyin, bahkan kepada orang yahudi ataupun nashara, maka sebarkan dakwah kalian di kalangan mereka dengan hikmah dan nasehat yang baik, bukankah kalian membaca firman Allah :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (An Nahl: 125)
Allah perintahkan kepada Rasul-Nya untuk mempergunakan metode dakwah tersebut di tengah-tengah orang-orang kafir. Dikarenakan manakala hikmah dan mau’idhoh itu terpisah dari dakwah maka lenyaplah dakwah. Apabila kita gunakan dengan cara yang tidak beradab dalam akhlak dan dengan cara yang membuat manusia lari, maka habislah dakwah As Salafiyah.
إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ
“Sesungguhnya ada diantara kalian yang membuat manusia lari.”[5]
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Permudahlah oleh kalian dan jangan mempersulit dan berilah kabar gembira dan jangan membuat lari (manusia).”[6]
Gunakanlah metode-metode tersebut kalau kalian menginginkan kebaikan untuk diri-diri kalian dan juga kebaikan untuk manusia, ikutilah petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah dalam bermu’amalah (bergaul dan berinteraksi sesama kalian) dan dalam menyebarkan dakwah ini.
مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ
“Muhammad adalah Rasul Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka . . .” ( Al Fath : 29 )
Allah tegaskan ( رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ ) “kasih sayang sesama mereka”
Juga dalam firman-Nya :
وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ
(“. . . dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”) (Al Hijr: 88)
وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ
(“. . . seandainya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauh pergi dari sekelilingmu.”) ( Ali Imran : 159 )
Rasulullah adalah manusia yang paling sempurna, yang paling utama, paling fashih dan paling berilmu. Itupun kalau sekiranya tidak ada pada diri beliau sifat-sifat di atas, niscaya manusia akan pergi dan menjauh dari beliau dan meninggalkan beliau, meninggalkan dakwah beliau, lantas bagaimana dengan dirimu yang miskin!. Maka kita butuh adanya akhlak yang baik, muamalah (hubungan dan pergaulan) yang baik diantara sesama kita sebelum yang lainnya, saling menjaga persaudaraan dan kedekatan dan perbaikan. Kemudian didalam dakwah kita gunakan cara hikmah dan mau’idhoh hasanah.
Adapun ” أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ ” keras kepada orang-orang kafir.
Apabila mereka tidak memenuhi seruan (dakwah) kita, artinya kita perangi mereka yang memang pantas diperangi, tentunya setelah adanya berbagai pendahuluan dan setelah disampaikan dakwah dan penjelasan, setelah berbagai usaha.
– barakallahu fiikum –
“Keras kepada orang munafiqin” artinya kita tegakkan terlebih dahulu kepada mereka hujjah (dalil) dan penjelasan, bukan dengan cara akhlak yang jelek.
“Keras kepada orang kafir” yaitu dengan pedang apabila mereka tidak mau masuk islam, dan mereka menentang, sombong, dan mereka berbuat begini dan begitu, memusuhi kaum muslimin, maka saat itu disyariatkan memerangi mereka. Barakallahu fiikum.
Pokok permasalahannya adalah:
Bahwa saat ini tidak berlaku bagi kita pedang kecuali hujjah (dalil) dan penjelasan serta akhlak. Akhlak adalah senjata yang paling ampuh. “Pedang yang paling tajam” dalam upaya membinasakan pelaku kesesatan dan untuk mengalahkan mereka serta membantah orang-orang kafir adalah hujjah (tegaknya dalil) yang padanya terdapat petunjuk bagi kesemuanya-baarakallooh fiikum-
Kita memohon kepada Allah agar kita di berikan taufiq, bimbingan kepada apa yang Allah cintai dan ridhai. Aku berharap agar Allah jadikan diriku dan kalian termasuk dari orang-orang yang mendengarkan perkataan kemudian mengikuti apa yang paling baik darinya. Senantiasa persiapkan diri kalian untuk mengambil faedah dari kebaikan dan kebenaran yang kalian dengar. Senantiasa posisikan diri-diri kalian untuk menerapkan dan mengamalkan. – Barakallahu fiikum –
InsyaAllah dengan penuh hikmah serta dengan berakal, fenomena-fenomena yang jelek ini akan sirna, dan musuh-musuhpun akan menjadi putus asa untuk memecah belah kita. Sebaliknya, kalau kita tidak mendengar dan tidak mempergunakan akhlak-akhlak tersebut, maka generasi penerus salaf pun akan menjadi bola permainan di tangan lawan dan musuh mereka. Maka wajib bagi kalian penuh hikmah, haruslah bagi kalian berakal dan berpikir cerdas, harus bersabar, berkasih sayang, dan bersaudara diantara sesama kalian, dan menyebarkan dakwah ini dengan akhlak yang mulia, kemudian selanjutnya kamu akan lihat bagaimana orang-orangpun menerima dakwah ini. Kita mohon kepada Allah Taufiq-Nya untuk kami dan kalian.
Perkenankanlah sampai disini dahulu. – Barakallahu fiikum –
Bukanlah yang dimaukan adalah banyak bicara, namun adakalanya manusia mendengar satu kalimat kemudian Allah jadikan bermanfaat padanya. Para salaf dahulu adalah sedikit bicaranya, akan tetapi manfaat mereka sangat besar, dikarenakan mereka mendapati telinga-telinga yang selalu dipakai mendengar dengan seksama.
Kita memohon kepada Allah taufiq-Nya untuk kami dan kalian.
Naskah asli ditranskip oleh Ahmad Diwany dan telah diteliti dan disodorkan kepada Asy Syaikh Rabi’ hafidhohullooh oleh Fawas Jazairy
File Pdf bisa di down load di http://www.rabee.net/ar/articles.php?cat=11&id=256
Diterjemahkan bagian akhir dari naskah pdfnya hal 9-13 oleh Abu Abdillah M. Rifa’i
[1] Judul dari penterjemah.
[2] Telah dicetak kitab : At Tanbih ‘alal mukholafaatil aqodiyyah fii fathil bari …yang telah dimurojaah oleh Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz dan beliau meminta untuk kitab tersebut dicetak.
Fathul bari sendiri juga ada yang telah dicetak dengan disertai tahqiq As Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah. Walhamdulillah.
[3] HR. Al Bukhari (6011) dan Muslim (2586). Dengan lafadz sesuai dalam shahih Al-Bukhari dari hadits an-Nu’mân bin Basyîr Radhiyallahu anhuma.
[4] HR. Al Bukhari (481, 2446) dan Muslim (2585) dari hadits Abu Musa al Asy’ary Radhiyalloohu ‘anhu
[5] HR. Al-Bukhari (702) dan Muslim (466) dari hadits Abu Mas’ud Al Anshory radhiyallohu’anhu
[6] HR. Al-Bukhari (69) dan Muslim (1734) dari hadits Anas bin Malik radhiyalloohu ‘anhu