Pada lafadz doa beliau -Shalallaahu’alaihi Wasallam- : رِزْقًا طَيِّبًا yaitu meminta “Rezki yang baik “. ini menunjukkan bahwa rezki itu ada dua macam :
-1. Rezki yang BAIK (thoyyib)
-2. Rezki yang JELEK (khobits)
Sementara ketahuilah bahwa : Abu Hurairah berkata : telah bersabda Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam- :
إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا
“Allah adalah baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik.”
و إن الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين فقال : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kaum mukminin dengan apa yang Allah perintahkan kepada para Rasul, maka Allah berfirman : (artinya)
“Hai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.”(Al Mukminun : 51)
و قال : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Dan Allah berfirman : (artinya)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu” (Al Baqarah : 172)
Kemudian Rasul menyebutkan bahwa ada seseorang dalam perjalanan safar yang panjang yang kusut rambutnya dan berdebu pakaiannya, ia pun menengadahkan tangannya kelangit sembari berdoa : wahai tuhanku..wahai tuhanku ! sementara makanannya dari yang haram, minumnya dari yang haram, bajunya dari yang haram, dan makan dari yang haram, maka bagaimana akan dikabulkan doanya! (HR. Muslim)
Sungguh Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk menghalalkan yang baik-baik. Dan menyatakan haramnya segala yang jelek/buruk. Allah Ta’ala berfirman :
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Al A’raf : 157)
Maka seorang muslim harus memberlakukan dalam setiap harinya untuk berusaha mencari rezki berupa harta yang baik yang halal, rezki yang selamat perolehannya dan bermanfaat pembelanjaannya. Hendaklah dirinya menjauhi sejauh-jauhnya dari harta yang jelek dan usaha-usaha yang haram.
Karena pertanggungjawabannya harta bakal ditanya nantinya :
وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
“tentang hartanya dari mana perolehannya dan kemana menafkahkannya ( HR. At Tirmidzi 2341, dan berkata ini adalah hadits hasan shahih/ Shahih At Targhib : 126 )
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda :
أيها الناس اتقوا الله و أجملوا في الطلب فإن نفسا لن تموت حتى تستوفي رزقها و إن أبطأ عنها فاتقوا الله و أجملوا في الطلب خذوا ما حل و دعوا ما حرم .
“Wahai manusia bertaqwalah kalian kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari (rezki) karena seorang itu tidak akan mati sehingga telah lengkap jatah rezkinya dan jika rezki itu terasa olehnya lambat datangnya maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari, ambillah apa yang halal dan tinggalkanlah apa yang haram” (HR. Al Baihaqi dan dishahihkan oleh AS Syaikh Al Albani dalam shahihul Jami no. hadits 2742
Dalam riwayat yang lain :
لا يحملن أحدكم استبطاء الرزق أن يطلبه بمعصية الله فإن الله تعالى لا ينال ما عنده إلا بطاعته
“Janganlah anggapan lambat/tersendatnya rezki itu membawa seseorang dari kalian untuk mencarinya dengan cara bermaksiyat kepada Allah karena sesungguhnya Allah itu tidak bisa didapatkan apa yang ada disisi Nya kecuali dengan mentaati-Nya.”.
Kemudian pada lafadz doa beliau -Shalallaahu’alaihi Wasallam- : عَمَلاً مُتَقًبَّلاً yaitu meminta “amalan yang diterima “. dalam riwayat yang lain عَمَلاً صَالِحًا , ini menunjukkan bahwa amalpun ada dua macam :
-1. amalan yang diterima (mutaqabbala)
-2. amalan yang tertolak (marduuda)
Sebagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam bersabda :
مَن عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو ردٌّ
“Barang siapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak berdasar perintah kami maka ia tertolak” (HR. Muslim)
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barang siapa yang mengada adakan sesuatu perbuatan ( dalam agama ) yang sebelumnya tidak pernah ada, maka amalan itu tertolak”. (HR. Al Bukhari – Muslim)
Ini menunjukkan bahwa tidak semua amalan seseorang yang meniatkan bertaqarrub kepada Allah meski diterima, akan tetapi amal yang diterima adalah hanya amal yang shalih saja.
Dan Amal shalih yang diterima itu harus terpenuhi adanya dua syarat yaitu :
1. Ikhlas hanya untuk Allah ( ini dari sisi bathinnya)
2. Sesuai petunjuk dan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wassallam ( ini dari sisi dhohirnya)
Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.” (QS. Al Mulk : 2)
Berkata Al Fudhail Bin ‘Iyyadh tentang makna ayat tersebut : “yang paling baik amalnya” adalah “yang paling ikhlas dan yang paling benar (sesuai tuntunan) ” beliau ditanya “Wahai Abu Ali apa itu yang paling ikhlas dan yang benar” beliau menjawab : sesungguhnya amalan itu apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak akan diterima, dan sebaliknya apabila benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima, sampai amalan tersebut dilakukan ikhlas dan benar, ikhlas yaitu hanya untuk Allah, benar yaitu sesuai dengan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wassallam”
Wallaahu a’lam
Maka doa :
أَللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا طَيِّبًا وَ عَمَلاً مُتَقًبَّلاً
“Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu Ilmu yang bermanfaat dan rezki yang baik dan amalan yang (Engkau) terima” (Dishahihkan As Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibni Majah No. 753)
Ini adalah merupakan doa yang sangat besar manfaat dan faedahnya. Bagus sekali kalau seorang muslim membacanya disetiap paginya mencontoh Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam. Kemudian dia iringi doanya tersebut dengan ikhtiyar berusaha dengan beramal sehingga ada padanya doa dan menjalani asbab untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan yang agung ini dan keutamaan-keutamaan yang mulia.
Allah sematalah yang mampu memberi taufiq dan yang menolong dalam mendapat segala kebaikan.
Selamat berdoa dan beramal guna meraih ridho dan jannah-Nya. Amin. (selesai)