Pada lafadz doa beliau -Shalallaahu’alaihi Wasallam- : عِلْمًا نَافِعًا yaitu meminta “ilmu yang bermanfaat “. ini menunjukkan bahwa ilmu itu ada dua macam :
-1. Ilmu yang BERMANFAAT
-2. Ilmu yang TIDAK BERMANFAAT
Perhatikanlah nasehat Beliau -Shalallaahu’alaihi Wasallam- :
سَلُوا اللهَ عِلْمًا نَافِعًا وَ تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ (حسن . انظر حديث رقم: 3635 في صحيح الجامع.)
“Mintalah kalian kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat) (Hadits Hasan. Lihat hadits no. 3635 di Shahih Al Jami’)
Adapun Ilmu yang BERMANFAAT yang paling besar adalah ilmu yang diperoleh seorang muslim yang bisa mengantarkan kepada kedekatan dengan Rabb-nya dan mengetahui agamanya dan mengetahui Al Haq / kebenaran yang meski ia tempuh. sehingga ilmu yang bermanfaat akan berbuah amal yang shalih.
Perhatikanlah dalam hal ini firman Allah Ta’ala :
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)
(Artinya) “Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” ( QS. Al Maidah : 15 – 16 )
Maka hendaknya yang ada pada setiap muslim dalam kesehariannya adalah sikap perhatian terhadap Al Qur’an Al Karim dengan mengkaji dan mempelajarinya dan juga menaruh perhatian secara extra terhadap Sunnah Nabi -Shalallaahu’alaihi Wasallama- yang menerangkan Al-Qur’an dan menjelaskan kandungan isi dan maksudnya serta arah pendalilannya. Yang itu semua telah diterima oleh para Shahabatnya kemudian mereka ilmui dan amalkan dengan sempurna sehingga mendapat predikat “Radhiyallaahu ‘anhum wa radhuu’ahu”.
Ikutilah jejak keberhasilan mereka maka itulah kunci keberhasilan anda karena mengikuti orang yang berhasil adalah keberhasilan. (ed) (inilah yang nyata-nyata bermanfaat).
Berkata Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hambali mendefinisikan ilmu yang bermanfaat yaitu : ilmu yang sesuai dengan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah disertai pemahaman makna-maknanya dan patokannya dalam hal itu adalah yang datang dari para Shahabat dan Tabi’in dan yang mengikuti mereka dalam memberikan makna-makna Al Qur’an dan Al Hadits dan apa yang datang dari mereka berupa pendapat dalam masalah halal dan haram, zuhud, kelembutan jiwa, dan ma’rifat dan lain sebagainya…. ( Bayan Fadhli Ilmi As Salaf ‘ala ilmi al Khalaf hal. 71 tahqiq Muhammad Bin Nashir Al’Ajmi)
Adapun selain Al Qur’an dan As sunnah serta ilmu dan amal para Shahabat adalah kerugian yang amat nyata dan bukanlah suatu yang bermanfaat adanya dan akibatnya. Maka pandailah anda mencari dan menapaki, jangan anda termasuk orang yang menyesal dan merugi.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Sungguh aku telah tinggalkan kepada kalian, yang apabila kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat, yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnahku” . (Mustadrak Al Hakim :1/95)
Dari Al-Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) : “Berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah Khulafa`ur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku……” (HR. Tirmidzi 5/44 (2676): hadits HASAN SHAHIH, dan dishahihkan pula oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim, disepakati oleh Imam Dzahabi)
Hudzaifah bin Al Yaman radliyallahu ‘anhu berkata :
“Hai para Qari’ (pembaca Al Quran) bertaqwalah kepada Allah dan telusurilah jalan orang-orang sebelum kamu (yaitu para Shahabat) sebab demi Allah seandainya kamu melampaui mereka sungguh kamu melampaui sangat jauh dan jika kamu menyimpang ke kanan dan ke kiri maka sungguh kamu telah tersesat sejauh-jauhnya.” (Al Lalikai 1/90 nomor 119, Ibnu Wudldlah dalam Al Bida’ wan Nahyu ‘anha 17, As Sunnah Ibnu Nashr 30)
Berkata Al Imam Ibnu Qoyyim :
العلم قال الله قال رسوله قال الصحابة هم أولو العرفان
ما العلم نصيبك للخلاف سفاهة بين النصوص و بين رأي فلان
Ilmu itu adalah firman Allah dan sabda Rasul-Nya
(serta) Perkataan Shahabat yang mereka adalah orang-orang yang mengerti
Bukanlah bagian ilmu untukmu, sikap orang bodoh yang mempertentangkan
antara nash-nash (Al Qur’an & As Sunnah) dengan pendapat akal si Fulani
(Al Qashidah An Nuuniyyah : Al Imam Syamsuddin Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah)
Sekali lagi dan bahkan berulang kali :
“Mintalah anda kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Katakanlah : وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمً Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS. Thaha : 114)
Tidak cukup sekali bahkan harus acap kali :
Selaraskan dirimu dengan Al Qur’an dan As Sunnah dan jalan Para Shahabah maka anda akan menggapai An Najah (kesuksesan).
Hal itu tidak akan terwujud kecuali harus berilmu. Karena ilmu adalah mendahului sebelum anda berkata dan berbuat. Sehingga anda nantinya siap bertanggung jawab dihadapan Allah.
(artinya) “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al Isra’ : 36)
Dengan berdasar QS. Muhammad : 19, Al Imam Al Bukhari membawakan dalam shahihnya bab :
العلم قبل القول و العمل
“Ilmu adalah sebelum berucap dan berbuat”
Maka Allah (dalam ayat 19 QS. Muhammad) memulai dengan (perintah untuk) berilmu. ( lihat Shahih Al Bukhari bersama Fathul Baari 1 hal 159)
Karena ilmu adalah modal dasar dan bekal start untuk bisa berkata yang baik dan beramal yang benar. Maka jika telah ada modal berupa ilmu selanjutnya adalah sarana untuk beramal itu apa ? dan tujuan finishnya kemana ?
Sarananya adalah rezki yang halal dan baik (halalan thoyyiba)
Dan tujuannya adalah amalnya diterima ( amalan mutaqabbala)
Bagaimana rinciannya ….. simak edisi ketiga … InsyaAllahu Ta’ala.