Sebuah ibadah dijalani tentu targetnya agar menjadi amal ibadah yang diterima disisi Allah yang kelak akan mendapatkan balasan berupa ganjaran pahala disisi-Nya.
Demikian juga semisal ibadah qurban, ketahuilah ada sebuah realita bahwa bisa jadi setelah ibadah qurban dilaksanakan ternyata tidak diterima oleh Allah Ta’ala, kenapa…?
Jawabannya simaklah ayat ini :
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
“Dan ceritakanlah (wahai nabi) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua anak Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka qurban salah seorang dari mereka berdua diterima dan sementara tidak diterima dari yang lainnya. Dia (Qobil) berkata : “sungguh aku akan bunuh engkau” Dia (Habil) berkata : “sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertaqwa”. ( QS. Al Maidah : 27 )
Jadi persiapan yang harus diusahakan bagi orang yang berqurban yang ingin qurbannya diterima disisi Allah adalah :
Pertama : Dasari dan landasi amal berqurban tersebut dengan dasar dan landasan taqwa.
Dalam tafsir Al Imam As Sa’di Rahimahullah beliau mengatakan pendapat yang benar tentang tafsir “Al Muttaqin” (orang-orang yang bertaqwa dalam ayat ini) adalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah pada amal tersebut, yaitu :
1. Amal mereka dalam keadaan ikhlas karena wajah Allah.
2. Mereka mengikuti sunnah Rosulullah ﷺ
(lihat tafsir As Sa’di Rahimahullah)
Sebagaimana pula syarat diterimanya amal adalah ikhlas Lillaah dan ittiba’ (mengikuti) Rosulullah ﷺ sehingga persiapan dari awal semenjak adanya keinginan untuk berqurban, hingga merealisasikan keinginan tersebut harus senantiasa dijaga keikhlasan semata niatnya hanya karena Allah Ta’ala, bukan karena selain Allah.
Dahulu manakala orang-orang musyrik mereka berqurban dengan menyebut nama selain Allah dan mempersembahkan qurban kepada berhala dan sesembahan mereka maka Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
“Katakanlah (wahai Nabi) sesungguhnya sholatku, ibadah menyembelih hewan qurbanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah. Rabb semesta alam yang tidak ada sesuatu bagiNya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama muslim (berserah diri).” ( QS. Al An’am : 162-163)
(lihat tafsir ibnu Katsir)
Allah Ta’ala juga berfirman :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ
“Maka sholatlah karena Rabbmu dan berqurbanlah”
Berkata imam Ibnu Katsir :
“Sebagaimana kami telah memberikan kepada engkau kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, dan diantaranya menyembelilh (sebagaimana telah lewat tafsirnya) maka ikhlaskanlah untuk Rabbmu dan sholatmu yang wajib maupun yang sunnah dan juga menyembelih karena Robbmu, maka beribadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya, dan sembahlah dengan menyebut nama Allah semata yang tidak ada sekutu bagiNya. Sebagaiman firman Allah Surah Al An’am : 162-163 di atas). (lihat tafsif ibnu Katsir).
Termasuk keikhlasan dalam ibadah qurban adalah tidak ada unsur Riya’ dan Sum’ah, (ingin mendapat pujian dari orang lain yang melihat atau mendengar, tidak pula untuk bangga diri.)
Ingatlah bahwa yang akan sampai kepada Allah adalah ketaqwaan kita menjalankan ibadah qurban
Allah Ta’ala berfirman :
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ
“(Daging hewan qurban) serta darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, akan tetapi yang sampai kepadaNya adalah ketaqwaan kalian,” (QS. Al Hajj : 37)
Berkata Al Imam As Sa’di dalam tafsirnya : Taisir Karimir Rohman Fi Tafsir Kalamil Manan tentang tafsir ayat tersebut :
“Bukanlah maksudnya sekedar menyembelih semata, dan tidak akan sampai kepada Allah sedikitpun dari daging maupun darahnya, karena Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji. Tidak lain yang sampai kepada Allah adalah keikhlasan dalam ibadah qurban tersebut dan yang diniatkan untuk meraih pahala dan niat yang baik, kerenanya Allah Ta’ala berfirman :
وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ
“Tetapi yang sampai kepadaNya adalah ketaqwaan kalian.”
Maka dalam ayat ini terdapat dorongan dan anjuran untuk ikhlas dalam menyembelih hewan qurban, dan agar tujuannya adalah wajah Allah semata, bukan karena bangga diri, bukan pula riya’ dan sum’ah, bukan pula hanya terbawa kebiasaan semata. Demikian ini juga berlaku untuk seluruh ibadah. Kalau tidak dibarengi keikhlasan dan ketaqwaan kepada Allah maka seperti kulit tanpa ada isi dan seperti jasad yang tidak ada ruh padanya.” (lihat tafsir As Sa’di)
Kedua : Persiapan berupa ilmu yaitu mengetahui bimbingan Rosulullah ﷺ agar bisa berittiba’ kepada beliau sehingga amalannya diterima disisi Allah Ta’ala.
Karena amal yang diterima adalah yang dilandasi taqwa yang ikhlas semata karena Allah dan mengikuti tuntunan Rosulullah ﷺ
Berkata Al Imam Ad Dzahabi dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’ (4/601) :
فلا تقوى إلا بعمل ولا عمل إلا بترو من العلم والإتباع ولا ينفع ذلك إلا باالإخلاص لله…
“Tidak ada taqwa kecuali (harus) dengan amalan dan tidak ada amal (yang diterima) kecuali harus didasari dengan ilmu dan ittiba’ (mengikuti bimbingan Rosulullah ﷺ ) dan tidaklah hal itu semua bermanfaat kecuali disetai dengan ikhlas Lillah.
Rosulullah ﷺ bersabda :
من عمل عملا ليس عـليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perkara (tuntunan) kami padanya, maka ia tertolak” (HR. Muslim 1718)
Maka sudah seharusnya dalam ibadah, termasuk ibadah qurban untuk kita dasari dengan ilmu dan bimbingan yang dituntunkan dan diajarkan baginda Rosulullah ﷺ.
Kutim, 1 Dzulhijjah 1443 H
Di Ma’had Darussalaf Al Islamy
Oleh. Abu Abdillah M. Rifai
Bersambung pada Bab Persiapan Ibadah Qurban seri 2. Yaitu Persiapan berkaitan dengan Hewan sembelihan. insyaAllah