Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

perbedaan yang sangat jauh, antara “watsiqah” asy-syaikh muqbil al-wadi’ah dengan “watsiqah” muhammad al-imam ( 2 – selesai )

10 tahun yang lalu
baca 4 menit
PERBEDAAN YANG SANGAT JAUH, ANTARA “WATSIQAH” ASY-SYAIKH MUQBIL AL-WADI’AH dengan “WATSIQAH” MUHAMMAD AL-IMAM ( 2 – selesai )

Adapun sisi KEBID’AHANNYA :
adanya ucapan : “Shadaqallahu al-‘Azhim” (setelah pencantuman ayat al-Qur’an, pen) Adapun sisi MAKSI’ATnya adalah:
1 Mengharuskan markiz-markiz Ahlus Sunnah seluruhnya untuk terikat juga dengan apa yang telah disahkan dalam “al-Watsiqah” ini.
2 Menolak Syi’ar jihad melawan Rafidhah, dan menegaskan hal itu dalam kondisi dan alasan apapun juga.
3 Menolak Syi’ar Amar Maruf dan Nahi Munkar terhadap Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Yaman tanpa terkecuali, dan menegaskan hal tersebut – dengan zhalim dan penuh permusuhan – untuk meninggalkan syariat ini pada setiap ruang (yang melingkupinya) dan pada beragam wasilah perantara.

Adapun dari sisi KESALAHAN-KESALAHAN yang layak diingkari dan aneh adalah:
1 Berusaha menghubungkan antara Ahlus Sunnah dengan Rafidhah demi tujuan melanggengkan jiwa saling mencintai dan persaudaraan, bahkan diusahakan terus berkelanjutan.
2 Membantah kelompok manapun yang menentang. Apakah meskipun yang menentang itu seorang muslim?
3 Penajaman sikap pada siapa saja yang menentang Rafidhah. Apakah meskipun yang menentang itu adalah negara?

Perbedaan antara kedua “watsiqah” : Watsiqah Daulah (yang dinisbahkan kepada asy-Syaikh Muqbil) Watsiqah Hutsiyyin (yang ditandatangani oleh Muhammad al-Imam)
1 Watsiqoh Hutsiyyiin benar-benar ada dengan pengakuan Sang Penanda-tangan atasnya, dia tetap/kokoh dan tanpa ada pembatalan (pencabutan) dari penanda-tanganan tersebut. Sedangkan keberadaan Watsiqah Daulah masih perlu diteliti ulang, berdasarkan apa yang telah berlalu penyebutannya.
2 Watsiqah Hutsiyin terdapat padanya lebih dari 10 kesalahan, yang terdiri atas : kesalahan yang bersifat kekufuran, kebidahan, kemaksiatan, atau perkara mungkar yang asing dan aneh. Sedangkan pada Watsiqah Daulah tidak tampak adanya kesalahan, kecuali satu yaitu “meniadakan untuk membantah orang-orang yang menyelisihi kebenaran”, itu pun asy-Syaikh Muqbil bisa diberi udzur dalam permasalahan tersebut, sebagaimana yang telah berlalu penjelasannya.
3 Penulis Watsiqah Hutsiyiin adalah orang-orang Hutsiy itu sendiri. Sedangkan penulis Watsiqah Daulah adalah Daulah (Negara) itu sendiri, tidak samar bagi anda perbedaan antara dua perkara ini.
4 Watsiqah Hutsiyiin ditetapkan dalam keadaan Ahlus Sunnah memiliki izzah dan kekuatan di banyak tempat. Sedangkan Watsiqah Daulah ditetapkan pada waktu orang-orang yang berkepentingan menunjukkan permusuhan yang terang-terangan terhadap Ahlus Sunnah di Yaman, bersamaan dengan itu jumlah Ahlus Sunnah sangat sedikit sekali di berbagai daerah di Yaman. Ahlul Bid’ah tersebar, sedang Sunnah dan Ahlus Sunnah terasingkan.
5 Kandungan Watsiqah Hutsiyyiin mengharuskan (mengikat) Ahlus Sunnah di Yaman tanpa terkecuali (untuk tunduk) dengan apa yang tercantum di dalamnya. Sedangkan kandungan Watsiqah Daulah hanya mengharuskan (mengikat) asy-Syaikh Muqbil saja (untuk tunduk) dengan apa yang tercantum di dalamnya, tanpa mengharuskan (mengikat) Ahlus Sunnah di Yaman yang lain.
6 Watsiqah Hutsiyyin disahkan antara satu kelompok yang kafir dengan perwakilan Ahlus Sunnah di Yaman. Sedangkan Watsiqah Daulah disahkan antara beberapa tokoh yang belum jelas ke-Rafidhah-anya ketika itu, dengan asy-Syaikh Muqbil rahimahullah.
7 Dalam Watsiqah Hutsiyyin terdapat sikap mengalah yang dilakukan oleh Ahlus Sunah wal Jamaah dalam beberapa masalah Prinsipil dalam agama mereka. Sedangkan dalam Watsiqah Daulah tidak ada sikap mengalah tersebut, kecuali hanya sikap diam selama jangka waktu tertentu, yang diiringi dengan semakin meningginya kedudukan asy-Syaikh Muqbil, biidznillah, dengan dukungan dari negara. Siapa yang mengenal baik asy-Syaikh Muqbil pasti mengenal jalan beliau.

Dengan penjelasan ini, menjadi jelaslah bagi seorang yang adil (sportif) seberapa jauh kelalaian sebagian ikhwan dalam pola berpikir mereka yang mengantarkan pada sikap ta’ashub. Wallaahul Musta’an. Dan dari sini, aku mengharap kepada Allah Subhanah agar memberi taufik kepada Syaikh kami al-Imam untuk rujuk dari penanda-tanganan beliau atas Watsiqah Hutsy ini. Dan semoga Allah merizkikan kepada kami kelurusan dan keikhlasan dalam ucapan dan perbuatan. Dan akhir seruan kami ini adalah : Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Ditulis oleh:
Abu Muhammad al-‘Adeny.
SELESAI, alhamdulillah
WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia