Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

nasihat dan fatwa masalah ghibah(bag.4)

12 tahun yang lalu
baca 4 menit

حكم الغيبة إذا كان في الإنسان ما يقول نشرت في مجلة الدعوة في العدد ( 1500 ) بتاريخ 22 2 1416 هـ .
س : بعض الناس – هداهم الله – لا يرون الغيبة أمرا منكرا أو حراما , والبعض يقول : إذا كان في الإنسان ما نقول فغيبته ليست حراما , متجاهلين أحاديث المصطفى صلى الله عليه وسلم , أرجو من سماحة الشيخ توضيح ذلك جزاكم الله خيرا .
TANYA: sebagian orang-semoga Alloh memberi hidayah kepada mereka- tidak mengetahui bahwa ghibah itu perkara kemungkaran atau haram, dan sebagian mereka berkata: jika apa yang kita katakan pada seseorang memang sesuai dengan kenyataannya, maka ghibahnya itu tidak haram, mereka seolah-olah tidak mengerti hadits Musthafa [Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam], kami minta kepada syaikh yang mulia untuk menjelaskan masalah itu, semoga Alloh membalas anda dengan kebaikan.
ج : الغيبة محرمة , ومن الكبائر , سواء كان العيب موجودا في الشخص أم غير موجود ;
JAWAB: ghibah itu adalah diharamkan baik ghibah itu pada seseorang yang memang kenyataannya begitu, atau yang belum ada kenyataan padanya.
Karena telah shahih dalam shahih Muslim, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau ditanya tentang ghibah, beliau menjawab:
لما ثبت صحيح مسلم البر والصلة والآداب (2589),سنن الترمذي البر والصلة (1934),سنن أبو داود الأدب (4874),مسند أحمد بن حنبل (2/458),سنن الدارمي الرقاق (2714). عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لما سئل عن الغيبة قال : ذكرك أخاك بما يكره . قيل : أفرأيت إن كان في أخي ما أقول ؟ قال : إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته ، وإن لم يكن فيه فقد بهته .
Artinya: , beliau mengatakan: [ghibah] itu adalah kamu menyeritakan tentang saudaramu dengan apa-apa yang saudaramu sendiri tidak suka diceritakan, maka ia bertanya; bagaimana menurutmu kalau memang begitu kenyataan yang ada pada saudaraku apa yang aku ceritakan, maka beliau menjawab: maka itulah ghibah, dan apabila tidak ada kenyataan pada saudaramu apa yang kamu ceritakan, maka berarti kamu membuat kedustaan [fitnah] kepadanya.
Dan telah shahih dari beliau:
سنن أبو داود الأدب (4878). وثبت عنه صلى الله عليه وسلم أنه رأى ليلة أسري به قوما لهم أظافر من نحاس يخمشون بها وجوههم وصدورهم , فسأل عنهم , فقيل له : هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس , ويقعون في أعراضهم ,
Bahwasanya beliau pada malam isro’ mi’roj melihat kaum [sekelompok] manusia yang mereka memiliki kuku dari tembaga yang mencakar wajah-wajah dan dada-dada mereka dengan kuku-kuku itu,maka beliau bertanya tentang mereka, maka dikatakan kepada beliau: mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia , dan mereka yang telah terjatuh [membicarakan] kehormatan mereka [saudara mereka].
Dan sungguh Alloh telah berfirman:
وقد قال سبحانه : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ سورة الحجرات الآية 12
Artinya: 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
فالواجب على كل مسلم ومسلمة الحذر من الغيبة , والتواصي بتركها ; طاعة لله سبحانه ولرسوله صلى الله عليه وسلم , وحرصا من المسلم على ستر إخوانه وعدم إظهار عوراتهم ؛ ولأن الغيبة من أسباب الشحناء والعداوة وتفريق المجتمع . والله ولي التوفيق
Maka wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun wanita untuk berhati-hati dari ghibah, dan [hendaknya] saling berwasiat untuk meninggalkannya, karena taat kepada Alloh dan RosulNya, dan karena keinginan yang sangat untuk menutup dan tidak membuka aurat [aib] saudaranya, karena ghibah termasuk sebab timbulnya percekcokan dan permusuhan dan memecah belah persatuan, wallohu waliyut-taufiq.