oleh : Ruwaifi bin Sulaimi
Bagian ke-1: Latar belakang penulisan
Belakangan ini, muncul serangkaian tulisan di internet dengan judul “ADA APA DENGAN RADIO RODJA DAN RODJA TV? (1-6)’’ yang ditulis oleh saudara Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, asal Sorong – Papua.
Berawal dari pembelaannya yang menggebu-gebu terhadap Radio Rodja & Rodja TV, akhirnya dia menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah. Seorang ulama’ kibar (senior) yang berdomisili di Kota Suci Makkah al-Mukarramah dan salah satu rujukan utama Ahlus Sunnah di masa ini. Syahdan, sikap tidak hormat dan kata-kata jelek terhadap asy-Syaikh Rabi’, nampak nyata di banyak tempat dari tulisannya itu.
Alhamdulillah, dengan taufik dari Allah Azza wa Jalla tampillah al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh hafizhahullah dengan episode-episode bantahannya yang menyejukkan hati Ahlus Sunnah, “MENEPIS TIPU DAYA FIRANDA, MEMBELA ULAMA SUNNAH (1-5).” Tulisan yang ilmiah, jelas, dan bagus. Semoga Allah Azza wa Jalla membalas jasa beliau dengan sebaik-baik balasan dan menjadikan beliau pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi para pencari kebenaran.[1]
Para pembaca yang mulia, perlu diketahui bahwa saudara Firanda bukanlah orang pertama yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah. Telah berlalu sebelum Firanda -dalam hal ini- orang-orang yang lebih “berilmu”[2], lebih cerdas, lebih kesohor, dan lebih banyak pengikutnya dalam skala internasional daripada dia. Namun satu demi satu berguguran, seiring dengan berjalannya waktu.[3] Para ulama’ sunnah berdiri tegak bersama asy-Syaikh Rabi’. Tak terhitung pujian dan pembelaan mereka terhadap beliau. Untuk lebih rincinya, silakan membaca tulisan asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri hafizhahullah yang berjudul “Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’.”
Bagi asy-Syaikh Rabi’, berbagai “tikaman” yang mereka lakukan itu tidak berpengaruh sama sekali. Laksana karang yang kokoh di lautan, tak goyah oleh terjangan ombak dan badai. Laksana gunung yang tinggi menjulang di daratan, tak goyah oleh hempasan angin dan ganasnya iklim. Semua itu justru semakin menampakkan kemuliaan dan keutamaan beliau di hadapan umat manusia. Laksana kayu gaharu yang harum, semakin harum semerbak ketika terkena bara api. Semua ini mengingatkan kita akan sabda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Akan selalu ada sekelompok kecil dari umatku yang tampil di atas kebenaran, tidak akan mampu memudharatkan mereka orang-orang yang merendahkan mereka, hingga datang keputusan Allah[4] dan mereka tetap (dalam kondisi) seperti itu.” (HR. Muslim no. 1920, dari sahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu)
Sungguh, kedudukan asy-Syaikh Rabi’ sangat tinggi di sisi Ahlus Sunnah. Bahkan di sisi lawan beliau “kalau mau jujur”. Buktinya, dalam upaya menjatuhkan kredibilitas beliau, mereka selalu mencari-cari ucapan atau kalimat dari ulama’ kibar yang diharapkan bisa dijadikan senjata. Nampaknya dalam perhitungan mereka, tidaklah mungkin menjatuhkan kredibilitas beliau melainkan dengan mencomot nama ulama’ kibar yang selevel beliau atau yang di atas beliau. Upaya itu pun mereka lakukan, namun hasilnya… nihil.
Mereka berupaya mendapatkan “sesuatu” dari asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’, namun yang didapat justru sebaliknya. Mereka dicela oleh asy-Syaikh Bin Baz, sedangkan asy-Syaikh Rabi’ dibela dan dipuji oleh beliau. Sebagaimana pernyataan beliau dalam kaset Taudhihul Bayan berikut ini,
وإخواننا المشايخ المعروفون في المدينة ليس عندنا فيهم شك، هم أهل العقيدة الطيبة ومن أهل السنة والجماعة مثل الشيخ محمد أمان بن علي، ومثل الشيخ ربيع بن هادي، … ولكن دعاة الباطل أهل الصيد في الماء العكر هم الذين يشوشون على الناس ويتكلمون في هذه الأشياء ويقولون المراد كذا وكذا وهذا ليس بجيد، الواجب حمل الكلام على أحسن المحامل.
“Dan saudara-saudara kami dari kalangan para masyaikh yang terkenal di Kota Madinah, tidak ada sedikit pun keraguan pada kami bahwa mereka adalah orang-orang yang beraqidah baik dan dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seperti asy-Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi, … semuanya terkenal di sisi kami dengan keistiqamahan, keilmuan, dan aqidah yang baik. Namun para penyeru kebatilan dari kalangan orang-orang yang gemar mengail di air keruh, merekalah orang-orang yang suka menimbulkan kekacauan di tengah-tengah umat, dan berbicara tentang perkara-perkara ini seraya mengatakan, ‘maksudnya adalah begini dan begitu.’ Dan ini adalah hal yang tidak baik. Yang wajib adalah menafsirkan pembicaraan dengan sebaik-baik penafsiran.”[5]
Para pembaca yang mulia, dari perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain;
– Beliau memuji asy-Syaikh Rabi’ dan masyayikh Kota Madinah yang namanya tersebut di atas.
– Beliau tidak ragu sedikit pun bahwa asy-Syaikh Rabi’ dan selain beliau dari masyayikh Kota Madinah tersebut beraqidah baik dan dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
– Asy-Syaikh Rabi’ dan selain beliau dari masyayikh Kota Madinah tersebut semuanya terkenal di sisi beliau dengan keistiqamahan, keilmuan, dan aqidah yang baik.
– Beliau mengisyaratkan adanya orang-orang yang berupaya menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ dan masyayikh Kota Madinah tersebut.
– Beliau mensifati orang-orang yang berupaya menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ dan masyayikh Kota Madinah tersebut sebagai para penyeru kebatilan, orang-orang yang gemar mengail di air keruh, dan orang-orang yang suka menimbulkan kekacauan di tengah-tengah umat.
Mereka berupaya mendapatkan “sesuatu” dari asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’, namun yang didapat justru sebaliknya. Sebagaimana perkataan beliau dalam kaset al-Muwazanat bid’atul ‘ashr berikut ini,
فالحط على هذين الشيخين الشيخ ربيع والشيخ مقبل الداعيين إلى الكتاب والسنة، وما كان عليه السلف الصالح ومحاربة الذين يخالفون هذا المنهج الصحيح هو كما لا يخفى على الجميع إنما يصدر من أحد رجلين: إما من جاهل أو صاحب هوى. الجاهل يمكن هدايته ؛ لأنه يظن أنه على شيء من العلم، فإذا تبين العلم الصحيح اهتدى.. أما صاحب الهوى فليس لنا إليه سبيل، إلا أن يهديه الله ـ تبارك وتعالى ـ فهؤلاء الذين ينتقدون الشيخين ـ كما ذكرنا ـإما جاهل فيُعلّم، وإما صاحب هوى فيُستعاذ بالله من شره، ونطلب من الله -عز وجل- إما أن يهديه وإما أن يقصم ظهره.
“Maka menjatuhkan kredibilitas kedua syaikh tersebut yaitu asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Muqbil, dua tokoh yang menyeru kepada al-Kitab dan as-Sunnah serta prinsip as-Salafush Shalih, juga memerangi orang-orang yang menyelisihi manhaj yang shahih ini – sebagaimana telah diketahui oleh semua pihak, bahwa perbuatan tersebut (menjatuhkan kredibilitas dua syaikh yang mulia tadi) hanyalah muncul dari salah satu dari dua jenis orang: Bisa saja dari seorang yang jahil, atau seorang pengekor hawa nafsu. Adapun seorang yang jahil, masih memungkinkan untuk diberitahu (hidayah). Karena dia menyangka bahwa dirinya berada di atas ilmu. Namun, jika telah nampak baginya ilmu yang benar maka dia akan berjalan di atas hidayah. Adapun seorang pengekor hawa nafsu maka tidak ada jalan bagi kita, kecuali jika Allah memberikan hidayah kepadanya. Mereka yang mengkritisi dua syaikh tersebut (asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Muqbil) bisa saja seorang yang jahil maka diberi pelajaran, atau dia seorang pengekor hawa nafsu maka berlindung kepada kepada Allah dari kejahatannya, dan kita memohon kepada Allah agar memberikan hidayah kepadanya atau semoga Allah turunkan padanya musibah/bala’.”[6]
Para pembaca yang mulia, dari perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah di atas dapat diambil kesimpulan, antara lain;
– Beliau tidak suka dengan orang-orang yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’.
– Beliau menyimpulkan bahwa orang yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ adalah salah satu dari dua jenis orang; jahil (bodoh), atau pengekor hawa nafsu.
– Beliau berpandangan bahwa jika yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ itu dari jenis orang jahil (bodoh) maka sepatutnya diberi pelajaran, diingatkan, dan diberitahu apa yang belum diketahuinya.
– Sedangkan jika yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ itu dari jenis pengekor hawa nafsu maka berlindung kepada kepada Allah dari kejahatannya.
– Terakhir, beliau mendo’akan si pengekor hawa nafsu yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ semoga mendapatkan hidayah, atau kalau tidak semoga Allah turunkan padanya musibah/bala’.
Di sisi lain, asy-Syaikh Rabi’ mendapatkan banyak pujian dari asy-Syaikh al-Albani. Di antaranya adalah perkataan beliau dalam kaset al-Muwazanat Bid’atul ‘Ashr,
وباختصار أقول: إن حامل راية الجرح والتعديل اليوم في العصر الحاضر وبحق هو أخونا الدكتور ربيع، والذين يردون عليه لا يردون عليه بعلم أبداً، والعلم معه
“Dan secara ringkas aku mengatakan, sesungguhnya pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini dan dengan sebenar-benarnya adalah saudara kami Doktor Rabi’. Sementara orang-orang yang membantahnya, tidaklah mereka membantahnya di atas bimbingan ilmu sama sekali, dan ilmu (kebenaran) bersama beliau (asy-Syaikh Rabi).”[7]
Para pembaca yang mulia, perhatikanlah perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah di atas. Beliau memuji asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah dengan beberapa pujian, antara lain;
– Beliau menggelari asy-Syaikh Rabi’ sebagai “Pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini.” Sebuah gelar yang belum pernah beliau sematkan kepada selain asy-Syaikh Rabi’.
– Tentunya, gelar mulia tersebut tidaklah beliau sematkan secara asal-asalan begitu saja, akan tetapi berdasarkan keilmuan beliau yang tinggi di bidang ilmu hadits terkhusus al-Jarh wa at-Ta’dil. Demikian pula berdasarkan pengetahuan beliau yang mendalam tentang pribadi asy-Syaikh Rabi’, manhajnya, karya-karya tulisnya, dan kiprahnya di dunia dakwah,[8] mengingat hubungan kedekatan antara keduanya sudah lama terjalin, kurang lebih sejak tahun 1381 H (1960 M). Oleh karena itu beliau tegaskan penyematan gelar tersebut dengan kata “sesungguhnya” dan kata “dengan sebenar-benarnya”. Perhatikanlah perkataan beliau berikut ini, “Sesungguhnya pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil pada hari ini dalam zaman ini dan dengan sebenar-benarnya adalah saudara kami Doktor Rabi’.”
– Beliau menilai bahwa orang-orang yang membantah asy-Syaikh Rabi’, tidaklah mereka membantahnya di atas bimbingan ilmu sama sekali. Ini menunjukkan bahwa mereka berada di atas kesalahan sedangkan asy-Syaikh Rabi’ berada di atas kebenaran. Untuk itu beliau menegaskan, “Ilmu (kebenaran) bersama beliau (asy-Syaikh Rabi).”
Bagaimanakah dengan syubhat saudara Firanda yang mengambil sebagian dari perkataan asy-Syaikh al-Albani kemudian dijadikan (baca: dipaksakan) sebagai dasar vonis bahwa asy-Syaikh Rabi’ adalah seorang yang mutasyaddid dan beliau salah dalam manhaj dengan kesalahan yang sangat berbahaya yang mengakibatkan praktek tahdzir dan tabdi’ yang membabi buta? Untuk mengetahui jawabannya, silakan membaca tulisan al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh hafizhahullah yang ke-5 (dan berikutnya Insya Allah).
Hanya saja, ada sebuah faedah dari asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah yang nampaknya penting disebutkan di sini. Faedah tersebut berkaitan dengan kedudukan tahdzir dan tabdi’ yang dijatuhkan oleh asy-Syaikh Rabi’ kepada seseorang. Perhatikanlah dengan baik pernyataan beliau berikut ini,
مِنْ أبصر الناس بالجماعات وبدخن الجماعات في هذا العصر الأخ الشيخ ربيع بن هادي -حفظه الله-، مَن قال له ربيع بن هادي إنه حزبي فسينكشف لكم بعد أيام إنه حزبي، ستذكرون ذلك، فقط الشخص يكون في بدء أمره متستراً ما يحب أن ينكشف أمره لكن إذا قوي وأصبح له أتباع، ولايضره الكلام فيه أظهر ما عنده، فأنا أنصح بقراءة كتبه و الاستفادة منها -حفظه الله تعالى-
“Di antara orang (ulama’) yang paling mengetahui tentang kelompok-kelompok dakwah dan kelemahan-kelemahannya di masa ini adalah al-akh asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullah. Barangsiapa dikatakan kepadanya oleh (asy-Syaikh) Rabi’ bin Hadi bahwa dia seorang hizbi, maka suatu saat akan terbongkar bagi kalian, bahwa dia hizbi. Kalian akan melihat itu. Pada awalnya dia menyembunyikan diri, tidak ingin ketahuan orang. Namun ketika sudah merasa kuat, mempunyai banyak pengikut, dan merasa tidak tergoyahkan oleh kritikan yang ditujukan kepadanya, saat itulah dia akan menampakkan apa yang ada pada dirinya. Maka aku menasehatkan agar membaca karya-karya tulis beliau dan mengambil faedah darinya -semoga Allah Ta’ala menjaga beliau-.”
Para pembaca yang mulia, dari perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaddits Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain;
– Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullah termasuk ulama’ yang paling mengetahui tentang kelompok-kelompok dakwah dan kelemahan-kelemahannya di masa ini. Sehingga perkataan beliau dalam masalah ini tidak asal-asalan, serampangan, atau membabi buta. Bahkan berdasarkan ilmu, ketajaman berpikir, dan pengalaman yang beliau miliki.
– Ketika asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullah menjatuhkan vonis hizbi (tahdzir) kepada seseorang maka vonis tersebut tepat, karena beliau termasuk ulama’ yang berilmu dan berpengalaman dalam masalah ini.
– Untuk menguatkan kesimpulan di atas asy-Syaikh Muqbil berkata, ‘’Kalian akan melihat itu.”
– Manakala dikhawatirkan ada orang yang mengingkari vonis hizbi (tahdzir) yang dijatuhkan oleh asy-Syaikh Rabi’ dengan alasan tidak mendapati sesuatu yang ditahdzirkan pada orang tersebut, maka beliau menjelaskan, ‘’Pada awalnya dia menyembunyikan diri, tidak ingin ketahuan orang. Namun ketika sudah merasa kuat, mempunyai banyak pengikut, dan merasa tidak tergoyahkan oleh kritikan yang ditujukan kepadanya, saat itulah dia akan menampakkan apa yang ada pada dirinya.”
– Karena pentingnya hal ini, maka di akhir pembicaraannya asy-Syaikh Muqbil rahimahullah menasehatkan agar membaca karya-karya tulis asy Syaikh Rabi’ dan mengambil faedah darinya.
Para pembaca yang mulia, jika hal ini sudah dapat dipahami dengan baik maka bagaimanakah dengan cemoohan Firanda terhadap asy-Syaikh Rabi’ berikut ini,
“Beliau adalah syaikh yang mutasyaddid, dan beliau Syaikh Robi’ salah dalam manhaj dengan kesalahan yang sangat berbahaya yang mengakibatkan praktek tahdzir dan tabdi’ yang membabi buta.”?! Wallahul Musta’an
Mereka berupaya mendapatkan “sesuatu” dari asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’, namun yang didapat justru sebaliknya. Sebagaimana pernyataan beliau dalam kaset Ithaful Kiram,
إننا نحمد الله سبحانه وتعالى أن يسر لأخينا الدكتور ربيع بن هادي المدخلي أن يزور هذه المنطقة حتى يعلم من يخفى عليه بعض الأمور أن أخانا وفقنا الله وإياه على جانب السلفية طريــق السلف، ولست أعني بالسلفية أنها حزب قائم يضاد لغيره من المسلمين لكني أريد بالسلفية أنه على طريق السلف في منهجه ولاسيما في تحقيق التوحيد ومنابذة من يضاده، ونحن نعلم جميعاً أن التوحيـد هو أصل البعثة التي بعث الله بها رسله عليهم الصلاة والسلام.. زيارة أخينا الشيخ ربيـع بن هادي إلى هذه المنطقة وبالأخص إلى بلدنا عنيزة لاشك أنه سيكون له أثر ويتبين لكثير من الناس ما كان خافياً بواسطة التهويل والترويج وإطلاق العنان للسان وما أكثر الذين يندمون على ما قالوا في العلماء إذا تبين لهم أنهم على صواب.
“Sesungguhnya kami memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memudahkan saudara kita Doktor Rabi’ bin Hadi al-Madkhali berkunjung ke wilayah ini agar orang yang belum mengetahui beberapa hal (tentang beliau-pen.) dapat mengetahui bahwa saudara kita (maksudnya, asy-Syaikh Rabbi’-pen.) waffaqanallahu wa iyyahu berada di atas as-Salafiyah, jalan as-Salaf. As-Salafiyah yang aku maksud bukanlah kelompok tertentu yang berhadapan dengan selainnya dari kaum muslimin. Akan tetapi yang aku maukan dengan as-Salafiyah adalah bahwa beliau berada di atas jalan as-Salaf dalam hal manhajnya, terlebih dalam hal perealisasian tauhid dan penentangan terhadap orang-orang yang berlawanan dengannya. Kita semua tahu bahwa tauhid merupakan misi utama pengutusan para rasul ‘alaihimus salam oleh Allah… Kunjungan saudara kami asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi ke wilayah ini khususnya negeri kita Unaizah, tidak diragukan lagi akan memberikan pengaruh positif dan akan membuat jelas hal-hal yang tadinya samar bagi kebanyakan orang, dengan sebab adanya teror, provokasi, dan pengumbaran terhadap lisan. Betapa banyak orang yang menyesal atas ucapan jelek yang mereka lontarkan terhadap ulama’ ketika nyata bagi mereka bahwa ulama’ tersebut berada di atas kebenaran.”[9]
Para pembaca yang mulia, dari perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain;
– Beliau senang dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memudahkan asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali berkunjung ke kota beliau yakni Unaizah. Ini menunjukkan adanya kedekatan dan kecintaan antara beliau dengan asy-Syaikh Rabi’.
– Di antara yang melandasi rasa syukur beliau atas kunjungan tersebut adalah agar orang yang belum tahu tentang asy-Syaikh Rabi’ menjadi tahu bahwa beliau berada di atas as-Salafiyah, jalan as-Salaf. Tentunya ini adalah rekomendasi terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan manhajnya, sekaligus sebagai upaya pembelaan beliau terhadap asy-Syaikh Rabi’.
– Kemudian beliau menegaskan bahwa asy-Syaikh Rabi’ berada di atas jalan as-Salaf dalam hal manhajnya, terlebih dalam hal perealisasian tauhid dan penentangan terhadap orang-orang yang berlawanan dengannya.
– Beliau menyatakan bahwa kunjungan asy-Syaikh Rabi’ tidak diragukan lagi akan memberikan pengaruh positif dan akan membuat jelas hal-hal yang tadinya samar bagi kebanyakan orang. Ini menunjukkan betapa tsiqahnya beliau terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan manhajnya.
– Beliau mengisyaratkan adanya pihak-pihak yang bergerak melakukan teror, provokasi, dan pengumbaran lisan dalam rangka menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’. Tentu, ini sebagai celaan beliau terhadap mereka.
– Terakhir beliau mengingatkan bahwa betapa banyak orang yang menyesal atas ucapan jelek yang mereka lontarkan terhadap ulama’ ketika nyata bagi mereka bahwa ulama’ tersebut berada di atas kebenaran. Ini sebagai penegasan bahwa asy-Syaikh Rabi’ berada di atas kebenaran, sedangkan mereka yang menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ akan menyesal ketika tersadar bahwa ternyata selama ini mereka berada di atas kesalahan.
Masih dalam kaset yang sama, ketika ditanya tentang karya-karya tulis asy-Syaikh Rabi’ maka beliau menjawab,
الظاهر أن هذا السؤال لا حاجة إليه، وكما سئل الإمام أحمد عن إسحاق بن راهويه -رحمهم الله جميعاً- فقال: مثلي يسأل عن إسحاق ! بل إسحاق يسأل عني ….
“Nampaknya pertanyaan ini tidak penting, dan ini sebagaimana yang pernah ditanyakan kepada al-Imam Ahmad tentang Ishaq bin Rahawaih rahimahumullahu jami’an, maka beliau menjawab, ‘Orang seperti aku ditanya tentang Ishaq! Justru Ishaqlah yang semestinya ditanya tentang aku’…”[10]
Para pembaca yang mulia, penyebutan kisah al-Imam Ahmad di atas oleh asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah di atas mengisyaratkan betapa mulianya sosok asy-Syaikh Rabi’ di sisi beliau. Seakan-akan beliau mengatakan, “Orang seperti aku ditanya tentang Rabi’! Justru Rabi’lah yang semestinya ditanya tentang aku.”
Namun anehnya, asy-Syaikh Rabi’ begitu rendah di sisi seorang Firanda, bahkan salah manhajnya dengan kesalahan yang sangat berbahaya. Padahal siapa asy-Syaikh Rabi’, dan siapa pula Firanda?! Perbedaan antara keduanya ibarat langit dan bumi. Tidakkah Firanda mau becermin dengan asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah?
Mereka berupaya mendapatkan “sesuatu” dari asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’, namun yang didapat justru sebaliknya. Sebagaimana pernyataan beliau dalam kaset al-As’ilah as-Suwaidiyyah,
كذلك من العلماء البارزين الذين لهم قدم في الدعوة، فضيلة الشيخ عبدالمحسن العباد، فضيلة الشيخ ربيع هادي، كذلك فضيلة الشيخ صالح السحيمي، كذلك فضيلة الشيخ محمد أمان الجامي، إن هؤلاء لهم جهود في الدعوة والإخلاص، والرد على من يريدون الإنحراف بالدعوة عن مسارها الصحيح، سواء عن قصد أو عن غير قصد، هؤلاء لهم تجارب ولهم خبرة ولهم سبر للأقوال ومعرفة الصحيح من السقيم، فيجب أن تُروَّج أشرطتهم ودروسهم وأن ينتفع بها؛ لأن فيها فائدة كبيرة للمسلمين.
“Demikian pula, di antara para ulama’ ternama yang mempunyai peran besar dalam dakwah ini adalah Fadhilatusy Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad, Fadhilatusy Syaikh Rabi’ bin Hadi, Fadhilatusy Syaikh Shalih as-Suhaimi, dan Fadhilatusy Syaikh Muhammad Aman al-Jami. Sesungguhnya mereka mempunyai peran besar dalam hal dakwah dan keikhlasan, serta membantah siapa saja yang ingin memalingkan dakwah dari jalannya yang benar, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja. Mereka adalah orang-orang yang teruji, berpengalaman, dan mempunyai keahlian untuk mengukur (menilai) perkataan-perkataan, serta membedakan antara yang benar dengan yang salah. Maka kaset-kaset dan pelajaran-pelajaran mereka wajib dipromosikan dan diambil manfaat darinya, karena padanya terdapat faedah yang besar bagi kaum muslimin.”[11]
Para pembaca yang mulia, dari pernyataan asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain;
– Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi termasuk deretan ulama’ yang ternama.
– Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi termasuk deretan ulama’ yang mempunyai peran besar dalam dakwah ini dan juga mempunyai peran besar dalam membantah siapa saja yang ingin memalingkan dakwah dari jalannya yang benar.
– Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi termasuk deretan ulama’ yang teruji, berpengalaman, dan mempunyai keahlian untuk mengukur (menilai) perkataan-perkataan, serta membedakan antara yang benar dengan yang salah.
– Terakhir beliau menegaskan bahwa kaset-kaset dan pelajaran-pelajaran para ulama di atas termasuk di dalamnya asy-Syaikh Rabi’, wajib dipromosikan dan diambil manfaat darinya, karena padanya terdapat faedah yang besar bagi kaum muslimin.
Para pembaca yang mulia, namun demikian… semangat untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ terus bergelora pada jiwa mereka. Upaya demi upaya mereka lakukan tiada henti. Berbagai cara pun mereka tempuh; pencemaran nama baik, isu-isu batil, kedustaan, pemalsuan, penipuan, dan penyelewengan ucapan dari maksud yang sebenarnya. Tentu, semua itu tak selaras dengan bimbingan ilahi dan fitrah yang suci. Hal ini mengingatkan kita akan perkataan asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih bin Sa’ad as-Suhaimi hafizhahullah ketika merekomendasi kitab Jama’ah Wahidah La Jama’at wa Shirath Wahid La ‘Asyarat, salah satu kitab bantahan asy-Syaikh Rabi’ terhadap ‘Abdurrahman Abdul Khaliq,
وهذا الجهد العظيم الذي قدمه فضيلة الشيخ ربيع -حفظه الله- هو واحد من الإسهامات الكثيرة التي قام بها لنصرة الدين والذب عن السنة والدفاع عن العقيدة وكشف زيف أهل البدع والأهواء، بأسلوب علمي رصين، ومنهج متوازن يتضح ذلك من خلال تلك المؤلفات القيمة والمحاضرات النافعة واهتمامه بالشباب وتوجيههم إلى المنهج الحق وقضاء كل وقته في خدمة العلم وطلابه مع مالاقاه من أذى خصوصاً من تلك الجماعات الحزبية الغالية التي استهدفت العلماء وطلاب العلم والدعاة السلفيين بالتشويه والإشاعات الباطلة والكذب والتزوير والتدليس وتحريف الكلام عن مواضعه.
وأقول لهؤلاء وأمثالهم :
لا يضر البحر أمسى زاخراً أن رمى فيه غلام بحجر
]فأما الزبد فيذهب جفاء، وأما ما ينفع الناس فيمكث في الأرض[.
‘’Usaha agung yang dipersembahkan oleh Fadhilatusy Syaikh Rabi’ hafizhahullah ini adalah salah satu dari sumbangsih beliau yang cukup banyak di dalam membela agama, as-Sunnah, dan aqidah, serta membongkar kepalsuan ahlul bid’ah dan ahwa’, dengan uslub (cara) yang ilmiah lagi kokoh dan manhaj yang adil. Hal itu nampak jelas dari karya-karya tulis (beliau), ceramah-ceramah (beliau) yang bermanfaat, kepedulian beliau yang besar terhadap para pemuda dengan senantiasa membimbing mereka kepada manhaj yang haq, dan menghabiskan segenap waktu beliau untuk berkhidmat kepada ilmu dan para penuntut ilmu, seiring dengan adanya gangguan yang beliau dapatkan terutama dari kelompok-kelompok hizbiyah yang ekstrim, yang membidik para ulama’, para penuntut ilmu, dan para da’i salafy dengan pencemaran nama baik, isu-isu batil, kedustaan, pemalsuan, penipuan, dan penyelewengan ucapan dari maksud yang sebenarnya. Maka aku katakan kepada mereka dan yang semisal dengan mereka,
Tidaklah samudra yang selalu berdebur ombak menjadi terganggu
Oleh anak kecil yang melemparnya dengan batu
‘Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; sedangkan yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi’.”[12]
Para pembaca yang mulia, demikianlah kesimpulan asy-Syaikh Shalih as-Suhaimi tentang cara-cara batil yang mereka tempuh untuk menjatuhkan kredibilitas asy-Syaikh Rabi’ dan yang semisal beliau dari kalangan ulama’, penuntut ilmu, dan da’i salafy. Namun beliau menghibur asy-Syaikh Rabi’ dan yang semisal beliau bahwa semua cara-cara batil yang mereka tempuh itu tidak akan berpengaruh sama sekali. Ulah mereka itu ibarat lemparan batu yang dilakukan oleh anak kecil ke sebuah samudra luas yang stabil dengan deburan ombaknya. Sudah barang tentu, tidak akan berpengaruh sama sekali.
Melihat fenomena di atas, maka saya terpanggil untuk memberikan beberapa tambahan faedah kepada para pembaca -di samping episode-episode yang ditulis oleh al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh hafizhahullah– terutama tentang biografi asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah dan perjuangan beliau dalam membela agama dari pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstrimis, kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama, dan penakwilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang jahil. Dengan harapan, semoga umat Islam terkhusus Ahlus Sunnah as-Salafiyyun bisa mengenal lebih dekat lagi sosok ulama’ kibar, pembawa bendera al-Jarh wa at-Ta’dil di masa ini, asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah.
Langkah ini saya tempuh bukan karena fanatik buta terhadap asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah, karena beliau telah memperingatkan kita dari perbuatan tersebut, sebagaimana dalam kitab beliau At-Ta’ashshub Adz-Dzamim (Fanatik Buta yang Tercela). Bukan pula karena mengkultuskan beliau atau meyakini kemaksuman beliau, sehingga ucapannya seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit na’udzu billahi min dzalik, sebagaimana cemoohan saudara Firanda,
ð Diantara para masyayikh[13] yang mereka ambil manhajnya dalam hal ini –bahkan seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit– adalah Syaikh Rabî’ bin Hâdî Al-Madkhalî -semoga Allah meluruskan langkah beliau dan mengembalikan beliau kepada kebenaran-.[14]
Langkah ini saya tempuh tidak lain karena mengamalkan sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukan dari kami orang yang tidak memuliakan yang lebih besar di antara kami, tidak menyayangi yang lebih kecil di antara kami, dan tidak mengetahui hak orang yang berilmu (ulama’) di antara kami.” (HR. Ahmad dan al-Hakim, dari sahabat ‘Ubadah bin ash-Shamith radhiyallahu ‘anhu. Dihasankan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir wa Ziyadatuh no. 5443 dan Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 101)
Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila aqwamith thariq
(bersambung, insya Alah)
Raji Rabbihil Muqtadiri
Ruwaifi’ bin Sulaimi al-Atsari
Jember, 26 Dzulhijjah 1434 H / 30 Oktober 2013 M
[1] Belakangan ini, ada pihak-pihak yang berupaya menjatuhkan kredibilitas al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh dan para asatidzah yang sejalan dengan beliau hafizhahumullah. Berbagai cara mereka tempuh. Namun bihaulillah wa quwwatih, semua itu justru semakin menambah kepercayaan dan penghormataan di sisi Ahlus sunnah.
[2][2] Yaitu orang-orang seperti Safar al-Hawali, Salman al-’Audah yang merupakan tokoh-tokoh utama firqah (kelompok) as-Sururiyyah. Juga seperti Mahmud al-Haddad dan para pengikutnya dari kelompok al-Haddadiyyah. Para tokoh Jam’iyyah Ihya’ut Turats dan para pengikutnya. Juga Abul Hasan al-Ma’ribi dan ‘Ali Hasan al-Ma’ribi.
Jadi maksud kami “berilmu”, adalah berilmu dalam pandangan para pengikutnya.
[3] Seperti ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq, Ali Hasan al-Halabi, Abul Hasan al-Ma’ribi dan yang semisal mereka.
[4] Yakni angin yang berhembus sepoi menjelang hari kiamat, tidaklah ia berhembus mengenai seorang yang di hatinya ada keimanan pasti menjadikannya wafat dengan seizin-Nya.
[5] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 7. Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut tentang dukungan dan pujian asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan manhaj beliau, silakan membaca tulisan al-Ustadz Luqman bagian ke-2.
[6] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 11-12. Untuk mengetahui keterangan lebih lanjut tentang dukungan dan pujian asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan manhaj beliau, silakan membaca tulisan al-Ustadz Luqman bagian ke-1 dan ke-5.
[7] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 12
[8] Tidak sebatas dari karya-karya tulis asy-Syaikh Rabi’ yang sampai kepada beliau, sebagaimana syubhat saudara Firanda.
[9] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 15-16.
[10] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 16.
[11] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 20.
[12] Lihat kitab Ats-Tsana’ al-Badi’ Minal Ulama’ ‘ala asy-Syaikh Rabi’, hlm. 45.
[13] Kalimat “Diantara masyayikh” menunjukkan bahwa masih ada selain asy-Syaikh Rabi’ yang -menurut saudara Firanda- ucapannya diposisikan oleh as-Salafiyyun seakan-akan seperti wahyu yang turun dari langit na’udzu billah min dzalik. Apakah yang dimaksud nama-nama yang disebutkan oleh Abul Jauzaa’ yang disitir dengan bangga oleh Firanda dalam tulisannya yang ke-6 , bahkan mengambil judul “Standar Ganda” darinya; Yaitu, asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri, Dr. Muhammad bin Hadi al-Madkhali, Dr. ‘Abdullah al-Bukhari, Dr. Ahmad Bazmul,.. dll?! Jika asy-Syaikh Rabi’ saja direndahkan oleh Firanda, maka secara teori sangat ringan baginya untuk merendahkan masyayikh tersebut. Wallahul Musta’an
[14] Subhnallah… betapa asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah di mata saudara Firanda sebagai seorang yang telah menyimpang dan berada dalam kesesatan, sehingga patut dido’akan “semoga Allah meluruskan langkah beliau dan mengembalikan beliau kepada kebenaran.” Wallahul Musta’an.
Sumber : dammajhabibah.net