Pertanyaan atau ucapan seperti ini sering muncul dari berbagai kalangan, baik dari orang-orang awam maupun dari kalangan yang diistilahkan dengan “para aktivis” atau “pegiat da’wah”. Kalau munculnya dari orang-orang awam maka hal itu bisa dimaklumi, karena keawamannya itu mereka cenderung menilai dan bersikap berdasarkan tingkat pengetahuannya terhadap agama. Karena bersumber dari orang awam, maka pengaruh dari ucapan tersebut tidak terlalu berarti. Namun apabila ucapan atau pertanyaan seperti itu diucapkan oleh orang-orang yang disebut “para aktivis” atau “pegiat da’wah” maka akan memiliki pengaruh negatif yang cukup berarti, antara lain:
1. Mendidik umat untuk diam terhadap berbagai penyimpangan dan kesesatan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin.
Tentunya bertentangan dengan perintah Nabi dalam beberapa haditsnya, antara lain
Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat kezhaliman maupun yang terzhalimi. Seorang shahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, jelas aku akan menolongnya jika ia adalah pihak yang terzhalimi, tapi bagaimana menurut engkau jika dia adalah pihak yang berbuat kezhaliman, bagaimana mungkin aku akan menolongnya?’ Rasulullah menjawab: “Yaitu (dengan cara) kamu mencegah atau melarang dia dari perbuatan zhalim. Maka sesungguhnya itu adalah bentuk pertolongan untuknya.”[HR. Al-Bukhari]
Begitu juga dengan hadits:
“Permisalan antara seseorang yang menjalankan syari’at Allah dengan orang yang melanggarnya bagaikan suatu kaum yang mengundi penentuan tempat pada sebuah kapal (bahtera). Sebagian mereka berhasil mendapatkan tempat di bagian atas, sementara yang lain di bagian bawah. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal, jika membutuhkan air minum terpaksa harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Akhirnya mereka berkata: “Kalau seandainya kita lobangi (dinding kapal) sedikit (untuk mendapatkan air) sehingga kita tidak mengganggu orang-orang yang berada di atas kita.” Jika mereka membiarkan orang-orang yang ada di bawah dengan kemauannya itu niscaya mereka semua akan binasa. Namun apabila mereka berupaya mencegahnya niscaya mereka akan selamat dan selamat pulalah seluruh (yang ada di kapal tersebut).” [Al-Bukhari 2493, 2686]
2. Akan semakin berkembangnya penyimpangan dan paham sesat.
Ketika upaya pengingkaran terhadap berbagai penyimpangan telah diabaikan, tentu umat yang jauh dari bimbingan ilmu ini akan mengira suatu kesesatan sebagai suatu kebenaran, para pengusung paham dan aliran yang menyesatkan dianggapnya sebagai penyeru kebaikan, dan umat pun akan semakin terpecah belah dalam berbagai kelompok. Para penganut paham Syi’ah yang menyesatkan akan dengan mudah menjerumuskan umat kepada aqidahnya yang menyesatkan itu. Para penganut paham Khawarij akan terus dengan mudah menggiring para pemuda khususnya untuk memusuhi dan mengkafirkan pemerintahnya dan orang- orang yang tidak berada dalam satu kelompok dengan mereka, melakukan pengeboman, pembunuhan, dan berbagai tindakan sadis lainnya dengan mengatasnamakan agamanya. Begitu pula para pengusung paham sesat lainnya.
3. Akan semakin menjauhkan umat dari pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Kita semua tahu dan yakin, bahwa Allah tidak akan menolong umat ini terhadap musuh-musuhnya selama mereka masih banyak melanggar Allah dan Rasul-Nya. Terkhusus jika pelanggaran tersebut dalam permasalahan aqidah dan manhaj, yang tersebar di tengah-tengah umat dalam berbagai paham dan aliran yang menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam koridor bimbingan generasi as-salafush shalih.
Sehingga dengan itu umat akan semakin lemah di hadapan musuh-musuhnya dengan tidak adanya pertolongan dari Allah .
Dalam kesempatan ini, kami akan nukilkan untuk para pembaca sekalian nasehat Asy-Syaikh Al-’Allamah DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, salah satu anggota Majelis Hai‘ah Kibaril ‘Ulama‘ Kerajaan Saudi ‘ Arabia, dalam jawabannya terhadap pertanyaan sebagai berikut:
Pertanyaan : Kenapa harus diterapkan tahdzir (peringatan keras) terhadap berbagai ahlul bid’ah sementara umat ini sedang menghadapi permusuhan dengan kaum Yahudi, Nashara, dan para sekuleris?
Jawaban : Tidak mungkin bagi kaum muslimin untuk melawan Yahudi dan Nashara kecuali jika mereka mem-berantas berbagai bid’ah yang ada di tengah-tengah mereka, mengobati berbagai penyakit (kesesatan) yang ada di antara mereka, sehingga mereka menang atas Yahudi dan Nashara. Namun apabila kaum muslimin masih saja mengabaikan urusan agama mereka dan masih saja melakukan berbagai bid’ah dan perbuatan-perbuatan haram lainnya serta terus meremehkan untuk mengaplikasikan syari’at Allah, maka tidak akan mungkin mereka menang atas Yahudi dan tidak pula atas Nashara. Bahkan mereka akan dikalahkan oleh Yahudi dan Nashara dengan sebab sikap meremehkan urusan agama mereka. Karena itu wajib adanya upaya pembersihan masyarakat (muslimin) dari berbagai macam bid’ah dan kemungkaran, serta wajib berupaya menerapkan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya sebelum kita memerangi Yahudi dan Nashara. Kalau kita terus memerangi Yahudi dan Nashara dalam keadaan kondisi kita masih seperti ini, maka kita tidak akan menang atas mereka selama-lamanya! Bahkan merekalah yang akan menang atas kita disebabkan dosa-dosa kita. [dari kitab Al-Ij abatul Muhimmah fil Masyakil Al-Mulimmah, hal. 28; lihat http://www.misrsalaf.com/vb/showthread.php?t=35 ]
Dari : Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij, hal. 51-54.
http://www.merekaadalahteroris.com/sibuk-membantah.htm