Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ibrahim Abdullah al-Jakarty
Perbuatan bid’ah bukanlah perkara yang ringan atau sepele, perbuatan bid’ah adalah sebuah dosa dan kesesatan yang besar. Syaithan lebih suka kepada perbuatan bid’ah yang dilakukan oleh seorang hamba dari pada perbuatan maksiat, sebagaimana yang dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah:
البدعة أحب إلى إبليس من المعصية والمعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
“Bid’ah lebih disukai oleh iblis daripada maksiat, pelaku maksiat masih berkeinginan untuk bertaubat dari kemaksiatannya, sedangkan pelaku bid’ah tidak ada keinginan untuk bertaubat dari kebid’ahannya (karena dia menganggap baik, bahkan mengharap pahala dari perbuatannya –ed” (I’tiqad Ahlis Sunnah, Al Lallika’i:1/132)
Berikut ini penjelasan secara ringkas tentang makna bid’ah, beserta dalilnya yang menjelaskan bahwa semua bid’ah adalah sesat.
Pengertian bid’ah
Bid’ah adalah
كل اعتقاد أو لفظ أو عمل أحدث بعد موت النبي صلى الله عليه والسلام بنية التعبد والتقرب ولم يدل عليه الدليل من الكتاب ولا من السنة, ولا إجماع السلف
Setiap keyakinan, atau ucapan atau perbuatan yang di ada-adakan setelah kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan niat untuk beribadah dan bertaqarub padahal tidak ada dalil yang menunjukkanya baik dari al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’ salaf (Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab al-Whusoby : 182)
Macam-macam bid’ah
Macam bid’ah ada lima semuanya adalah kesesatan sebagiannya lebih jelek dari sebagian yang lain)
Pertama: Bid’ah I’tiqadiyyah (bid’ah keyakinan), yaitu setiap keyakinan yang menelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti orang yang menyakini Qutub-Qutub, Badal-Badal, Ghauts-Ghauts memiliki daya upaya dalam mengatur alam atau mengetahui perkara yang ghaib, ini merupakan kekufuran.
Kedua: Bid’ah Lafziyyah (bid’ah ucapan), yaitu setiap Lafaz (ucapan) yang diucapkan seseorang dalam rangka beribadah yang menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti sseorang yang berdzikir dengan nama mufrad (الله) atau dengan nama ganti (هو) lihat Majmu Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 10/226-229.
Ketiga: Bid’ah Badaniyah (bid’ah yang dilakukan oleh badan), yaitu setiap gerakan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka beribadah, sedangkan gerakan itu yang menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti seseorang yang berjoget/bergoyang ketika berdzikir.
Keempat: Bid’ah Maaliyah (bid’ah yang terkait dengan harta) yaitu setiap harta yang dikeluarkan dalam rangka beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang menyelisihi kitab (al-Qur’an) dan sunnah. Seperti membangun kubah ditas kuburan dan membuat tawaabit (tabut-tabut/peti-peti) diatasnya.
Kelima: Bid’ah Tarkiyah (bid’ah dengan meninggalkan sesuatu), yaitu setiap orang yang meninggalkan sesuatu dari perkara agama atau perkara yang mubah (boleh) dalam rangka beribadah (dengan niat untuk beribadah –ed) seperti meninggalkan menikah, atau meninggalkan memamakan daging dalam rangka beribadah. (Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab al-Whusoby : 182)
Dalil semua bid’ah dalam agama adalah sesat
Banyak dalil yang menunjukkan semua bid’ah sesat diantaranya
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (Al-Maidah:3)
Berkata al-Imam Malik rahimahullah:
من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمداً خان الرسالة» لأن الله- عز وجل- قال: ?الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ? [المائدة: 3] فمن لم يكن يومئذ ديناً فمتى يكون اليوم ديناً؟!!.
“Barangsiapa mengada-adakan didalam islam suatu kebid’ahan yang dia melihatnya sebagai sebuah kebaikkan , sungguh dia telah menuduh bahwa Muhammad mengkhianati risalah, karena Allah Ta’aala telah berfirman (yang artinya):”Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah kuridhai islam itu menjadi agama bagimu.” (al-Maidah:3) Maka sesungguhnya apa yang tidak menjadi agama pada hari itu, tidak menjadi agama pula pada hari ini.” (Silahkan lihat Al’Itsham, Imam Asy Syatibi:1/64)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam suatu khutbahnya:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang di ada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no 2042 dari Jabir bin Abdullah)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي ، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur-rasyidin yang diberi petunjuk (yang datang) sesudahku, gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah perkara-perkara baru yang diada-adakan (dalam urusan agama -ed) Karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Ahmad no 17184, Abu Dawud hadits No. 4609, Ibnu Majah hadits no. 42, at-Tirmidzi hadits no. 2676, beliau mengatakan Hasan Shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan (sesuatu yang baru) dalam urusan kami, apa-apa yang tidak ada darinya maka tertolak.” (HR. Bukhari no 2697 dan Muslim 1718 dari ‘Aisyah)
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab al-Yamany (salah sorang ulama kibar di Yaman): “Pikirkanlah wahai saudaraku muslim, tentang dua hadits Nabi yang shahih lagi mulia yang keluar dari lampu nubuwah, pikirkanlah keduanya dengan seteliti-telitinya niscaya engkau akan mendapatkannya sebagai obat bagimu –insya Allah- dari segala bid’ah yang diada-adakan dalam agama Allah, Hal itu dikarenakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menghukumi semua bid’ah adalah sesat. Beliau tidak mengatakan sebagian (bid’ah –ed), tetapi beliau berkata (كل) seluruhnya dan lafadz (كل) wahai saudaraku muslim diantara lafadz-lafadz yang umum, demikian juga Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada pada syariat kami maka amalannya tertolak.” Yaitu (amalannya) tertolak, Beliau tidak berkata sesuai (tergantung –ed) dengan niat pelakunya, tetapi beliau menghukumi bahwa amalannya tertolak.
Jika ada seseorang yang berkata kepadamu: Tidak semua bid’ah sesat, dan tidak semua perbuatan (amalan) yang diada-adakan dalam agama itu tertolak. Maka katakan kepadanya: Siapa yang lebih mengetahui kamu atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam??? Dan siapa yang lebih bertakwa kamu atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam??? Jika beliau bersabda dengan jelas dari dua hadits ini, menyakini dan mengamalkannya maka itulah (yang dinginkan). Jika dia terus menerus pada perkataan (pendapatnya) yang pertama bahwa tidak semua bid’ah sesat, dan tidak semua perkara yang diada-adakan (dalam agama) itu tertolak, maka katakan kepadanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disatu sisi bersabda: “setiap bid’ah adalah kesesatan” dan beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang beramal yang tidak ada padanya syariat kami maka amalannya tertolak.” Sedangkan kamu berada disisi yang lain berkata: “tidak semua bid’ah sesat, dan tidak semua amalan yang diada-adakan (dalam agama) itu tertolak, maka katakan kepadanya: ini merupakan penyelisihan darimu terhadap Rasulullah..!!! Ingatkan dia dengan firman Allah Azza Wajjala
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ المُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa:115) (Al-Qaulul Mufiid Fi Adilatit Tauhid : 185-186)
Wallahu a’lam bish shawwab
Sumber : tauhiddansyirik