Untuk mengawali penulisan biografi ulama-ulama Ahlus Sunnah pada rubrik yang baru ini, kami akan persembahkan kepada pembaca tercinta tentang Ashabul Hadits, karena para ulama yang akan kita kenali lewat biografi pada edisi-edisi mendatang adalah termasuk Ashabul Hadits. Sehingga mengenal Ashabul Hadits secara umum sangatlah penting.
Dalam kitabnya Al Makhraj Minal Fitan, Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menyebutkan, Ashabul Hadits (ulama ahli hadits) adalah kelompok yang telah Allah jadikan sebagai penjaga agama-Nya. Mereka adalah orang yang paling berbahagia terhadap hadits yang berbunyi: “Barangsiapa memberi shalawat kepadaku maka Allah akan membalas kepadanya 10 shalawat.” (HR. Muslim )
Karena merekalah orang yang paling banyak membaca kitab-kitab hadits dibanding kelompok lainnya dan setiap kali melewati kata ‘Rasulullah’ pasti mereka bershalawat kepada beliau.
Rasulullah mendoakan mereka dengan sabdanya,”Allah memberi karunia kepada orang yang mendengar ucapanku, dia menghapalnya lalu dia mengamalkan apa yang dia dengar.” (Al Kaukab Ad Durri, 1/1).
Dalam kitab Al Mustadrak, Al Hakim berkata, bahwa Nabi berkata,”Senantiasa ada sekelompok manusia dari umatku yang ditolong, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai hari kiamat.” Artinya mereka ditolong untuk tetap istiqamah, terhindar dari kebid’ahan dan kesyirikan, di dunia dan di akhirat serta selamat dari siksa an-naar (neraka).
Al Imam Ahmad ketika menerangkan siapa yang dimaksud golongan yang ditolong Allah itu berkata,”Bila kelompok yang ditolong ini bukan Ashabul Hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka!?” Selanjutnya Al Hakim berkata,” Ahmad bin Hanbal telah benar dalam menerangkan siapa kelompok yang ditolong sampai hari kiamat, bahwa kelompok yang ditolong dan dimuliakan sampai hari kiamat adalah Ashabul Hadits. Siapakah yang lebih berhak mendapat julukan sebagai ‘golongan yang ditolong’ selain golongan yang menempuh jalan hidup para salaf dan memberantas bid’ah-bid’ah dengan Sunnah Nabi ?
Mereka adalah orang-orang yang menjelajah padang yang tandus, memutus kenikmatan hidup, menikmati kelelahan safar bersama rumah-rumah ilmu dan hadits, serta merasa puas dapat mengumpulkan hadits walau menelan kepahitan lapar dan dahaga. Mereka telah menepis bid’ah-bid’ah, nafsu, dan kiyas-kiyas serta penyimpangan agama. Menjadikan masjid-masjid sebagai rumah mereka, tiang-tiangnya sebagai tempat sandaran dan daratan luas sebagai tempat tidur mereka”.
Al Khathib Al Baghdadi dalam kitab Syarafu Ashabil Hadits berkata, “Allah telah menjadikan ahli hadits sebagai tiang-tiang syariat. Melalui mereka, ahli bid’ah hancur binasa. Mereka adalah utusan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan perantara Nabi dengan ummatnya. Cahaya ilmu mereka bersinar, keutamaan mereka terus mengalir, tanda-tanda mereka jelas, madzhab mereka terlihat, hujjah mereka kuat dan setiap kelompok yang kebingungan di atas nafsu kembali kepada mereka. Al Qur’an adalah bekal mereka, As Sunnah adalah dalil mereka, Rasulullah adalah kelompok mereka, nasab (penyandaran) mereka kepada Rasulullah, mereka tidak menunggangi hawa nafsu dan tidak menoleh kepada akal. Mereka menerima kabar Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang dipercaya dan adil, penjaga agama, pemikul dan penyimpan ilmu….”
Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i berkata bahwa ahli hadits adalah orang-orang yang paling banyak memberikan nasehat setelah para Nabi dan sahabatnya, namun seringkali nasihat mereka dibalas dengan gangguan, penjara, pengasingan, pemukulan, dan pembunuhan. Di antara ahli hadits yang mengalami ujian berat tersebut antara lain Sa’id bin Al Musayyib (seorang tabi’in), Al Imam Malik bin Anas, Al Imam Ahmad, Al Imam Al Bukhari, Ibnu Jarir, Abu Muhammad bin Hazm, Al Khathib Al Baghdadi, Al Hafidz Abdul Ghani, Ibnul Jauzi, Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qayyim, Muhammad bin Ibrahim Al Wazir, Shalih bin Mahdi Al Muqbili, Muhammad bin Isma’il Al Amir dan Muhammad bin Ali Asy Syaukani.
Ya, Allah jadikanlah kami bagian dari ahli hadits, karuniakanlah kami rizki untuk mengamalkannya dan mencintai ahli hadits.
Sumber bacaan:
Al Makhraj Minal Fitan, Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i
Al Kaukab Ad Durry Abdurrahim bin Hasan Al Asnawi Abu Muhammad
Al Mustadrak, Al Hakim
Minhaj Al Firqatin Najiyyah, Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=95