Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

amalan yang mengalir pahalanya dan sebab-sebabnya

12 tahun yang lalu
baca 9 menit

Berbekal dengan ketaatan-ketaatan dan memperbanyak amalan shalih merupakan tujuan dan keinginan setiap mukmin. Oleh karena itu, Asy Syaikh Al ‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah- ditanya tentang sebab-sebab bertambahnya pahala amalan shalih, maka beliau –rahimahullah- menjawab dengan jawaban yang berharga, dimana beliau menyebutkan beberapa sebab dilipatgandakannya pahala berdasarkan dalil nash dua wahyu (Al Qur’an dan As Sunnah) dan dalam upaya memelihara syiar-syiar syari’at dan kemaslahatannya.

Beliau –rahimahullah- mengatakan : Jawabannya, dan dengan taufik Allah : “Adapun dilipatgandakannya amalan adalah dengan satu kebaikan hingga mencapai sepuluh kali lipat (kebaikan) yang semisalnya. Maka ini didapatkan pada setiap amalan shalih, sebagaimana firman-Nya Ta’ala :

“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. (Al An’am : 160)

Dan adapun kelipatan (kebaikan) dengan adanya tambahan dari (pahala tersebut), maka itulah yang diinginkan oleh penanya. Hal itu memiliki sebab-sebab, terkadang berkaitan dengan pelaku amalan, atau amalan itu sendiri, waktu, tempat dan pengaruh-pengaruhnya.

Diantara sebab-sebab dilipatgandakannya (pahala) adalah hendaknya seorang hamba merealisasikan keikhlasan di dalam amalannya kepada Dzat yang diibadahi dan mutaba’ah (mengikuti Rasulullah saw). Maka amalan itu termasuk amalan-amalan yang disyari’atkan. Dan seorang hamba bertujuan dengannya ridho Rabbnya dan pahala-Nya. Oleh karena itu, realisasikanlah tujuan ini, yaitu menjadikan dirinya sebagai penyeru kepada amalan ini, dan itu merupakan tujuan amalannya. Yaitu hendaklah amalannya bersumber dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan hendaklah ia menjadi penyeru kepada (amalan tersebut) berdasarkan perintah Pembuat syari’at, serta hendaklah tujuannya adalah wajah Allah dan ridho-Nya, sebagaimana makna ini tertera di dalam beberapa ayat dan hadits, seperti firman-Nya Ta’ala :

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (Al Maidah : 27)

Maksudnya, orang-orang yang bertakwa kepada Allah di dalam amalan mereka dengan mengaktualisasikan keikhlasan dan mutaba’ah, dan sebagaimana di dalam sabda Nabi saw :

“Barangsiapa puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya apa-apa yang telah lewat dari dosanya”. Dan selainnya dari nash-nash.

Sedikit beramal disertai keikhlasan yang sempurna itu lebih kuat daripada banyak (beramal) namun tidak sampai kepada martabatnya dalam hal kuatnya keikhlasan. Oleh karena itu, amalan-amalan yang nampak itu bertingkat-tingkat di sisi Allah sesuai dengan tingkat keimanan dan keikhlasan yang tertanam di dalam hati seseorang. Dan masuk dalam kategori amalan-amalan shalih yang bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkat keikhlasan adalah meninggalkan apa yang diinginkan oleh jiwa dari syahwat yang diharamkan, apabila ia meninggalkannya dalam kondisi ikhlas dari hatinya. Dan dia meninggalkannya bukan karena adanya faktor-faktor selain keikhlasan dan kisah Ashabul Ghaar (Kisah tiga pemuda yang terkurung dalam gua) menjadi saksi atas perkara tersebut.

Dan termasuk sebab-sebab dilipatgandakannya (pahala itu) –dan ia merupakan prinsip dan dasar sebagaimana yang telah lewat- yaitu, Aqidah yang shahih, kuatnya keimanan kepada Allah dan sifat-sifat-Nya, kuatnya kehendak seorang hamba dan semangat dia dalam hal kebaikan. Sesungguhnya Ahlusunnah wal Jama’ah semata dan para ulama yang sempurna di dalam merinci nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, dan kuatnya (keinginan mereka) untuk bertemu dengan Allah, maka dilipatgandakanlah (pahala) amalan mereka dengan kelipatan yang besar, yang tidak akan diraih yang semisalnya dan tidak bisa mendekatinya bagi orang yang tidak bersama mereka dalam hal keimanan dan aqidah ini.

Oleh karena itu, (para ulama) salaf mengatakan : “Ahlussunnah kendati mereka bersederhana dalam amalannya, namun aqidah mereka kokoh. Sedangkan Ahlul bid’ah kendati amalan-amalan mereka banyak, namun aqidah mereka bobrok. Sehingga sisi pelajaran yang bisa diambil bahwa Ahlussunah mereka mendapat petunjuk, sedangkan Ahlul bid’ah mereka sesat. Dan telah diketahui perbedaan antara orang yang berjalan di atas jalan yang lurus dan orang yang menyimpang darinya menuju kepada jalan-jalan neraka Jahannam. Dan pada puncaknya dia menjadi orang yang sesat lagi suka mentakwil.

Dan diantara sebab dilipatgandakannya (pahala) amalan adalah hendaklah amalan-amalan yang manfaatnya diperuntukkan kepada Islam dan muslimin itu memiliki kedudukan, pengaruh, kecukupan dan manfaat yang besar. Dan itu seperti jihad di jalan Allah, baik jihad fisik, harta, ucapan, dan membantah orang yang menyimpang, sebagaimana penyebutan nafkah orang-orang yang berjihad dan dilipatgandakannya (pahala amalan mereka) dengan tujuh ratus kali lipat.

Dan termasuk jihad yang paling besar adalah : menempuh jalan-jalan belajar dan mengajarkan ilmu. Karena menyibukkan dengan hal tersebut bagi siapa saja yang shahih niatnya, maka tidak ada amalan dari amalan-amalan yang sebanding dengannya. Sebab terkandung di dalamnya menghidupkan ilmu dan agama, membimbing orang yang jahil, berdakwah kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Sedangkan kebaikan itu banyak sekali, yang seorang hamba akan tercukupkan darinya. Maka barangsiapa menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, maka dia akan dimudahkan untuk menempuh jalan menuju surga. Dan diantara jalan-jalan kebaikan yang di dalamnya kaum muslimin dibantu dalam urusan agama dan dunia mereka dan dirasakan manfaatnya secara terus menerus serta kebaikannya bersambung adalah sebagaimana diriwayatkan di dalam Ash Shahih, Nabi saw bersabda :

“Apabila seorang hamba meninggal, maka terputus amalannya kecuali dari tiga hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat sepeninggalnya, anak shalih yang mendoakannya”.

Dan termasuk amalan-amalan yang dilipatgandakan (pahalanya), adalah amalan yang apabila seorang hamba melaksanakannya, lalu selainnya ikut (melaksanakannya). Maka ini juga akan dilipatgandakan tergantung orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa menjadi sebab dilaksanakannya amalan itu oleh saudaranya muslimin, maka ini tanpa diragukan akan menambah pahala amalan tersebut berkali-kali lipat. Sebaliknya apabila seorang hamba mengamalkannya, namun tidak ada seorang pun yang mengikutinya, maka ia termasuk amalan yang dicukupkan bagi pelakunya. Oleh karena ini, para fuqaha mengutamakan amalan-amalan yang memberi (manfaat) bagi selainnya di atas amalan-amalan yang dicukupkan (untuk dirinya).

Dan termasuk amalan-amalan yang dilipatgandakan ; apabila amalan itu memiliki kedudukan yang agung dan manfaat yang besar, terkandung di dalamnya penyelamatan dari kebinasaan dan melenyapkan madharat dari orang yang membuat madharat, serta menghilangkan kesulitan orang-orang yang kesusahan. Maka berapa banyak dari amalan dari jenis ini menjadi sebab yang paling besar di dalam menyelamatkan seorang hamba dari siksaan. Dan ia memperoleh keberuntungan dengan pahala yang banyak. Hingga hewan-hewan apabila dihilangkan sesuatu yang membahayakannya, maka pahalanya besar. Dan kisah wanita pezina yang memberi minum kepada anjing yang hampir mati karena kehausan, maka diampuni perbuatan kejinya. Itu menjadi saksi atas perkara ini.

Dan termasuk sebab-sebab dilipatgandakannya (pahala) adalah hendaklah seorang hamba Islamnya baik, baik jalannya, meninggalkan dosa-dosa, tidak terus-menerus di atas sesuatu dari (dosa-dosa tersebut). Maka sesungguhnya amalan-amalan ini dilipatgandakan (pahalanya) sebagaimana tertera di dalam hadits yang shahih, Beliau saw bersabda :

“Apabila salah seorang kalian baik Islamnya, maka setiap kebaikan yang diamalkannya akan dicatat baginya sepuluh kali lipat yang semisalnya hingga tujuh ratus kali lipat”. (Al Hadits)

Dan termasuk sebab-sebabnya adalah diangkatnya pelaku amalan di sisi Allah, dan kedudukannya yang tinggi di dalam Islam. Maka sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Lembut. Oleh karena ini, pahala para istri Nabi dilipatgandakan. Allah Ta’ala berfirman :

“Dan barangsiapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat”. (Al Ahzab : 31)

Dan demikian pula, ‘alim rabbani, yaitu seorang ‘alim yang beramal lagi mengajarkan ilmu, maka dilipatgandakan (pahala) amalannya sesuai dengan kedudukannya di sisi Allah. Sebagaimana orang yang semisal mereka apabila terjatuh ke dalam dosa, maka (dosanya) lebih besar dari selain mereka. Karena wajib bagi mereka untuk lebih menghindari (dosa), dan karena wajib bagi mereka untuk lebih bersyukur kepada Allah atas apa yang dikhususkan kepada mereka berupa nikmat-nikmat.

Dan diantara sebab-sebabnya adalah bersedekah dengan penghasilan yang baik, sebagaimana hal tersebut diriwayatkan dalam nash-nash. Dan diantaranya, waktu yang dimuliakan seperti Ramadhan dan sepuluh Dzulhijjah serta semisalnya. Dan tempat yang dimuliakan seperti beribadah di tiga masjid. Serta beribadah pada waktu-waktu yang dianjurkan oleh Pembuat syari’at untuk melaksanakannya, seperti shalat di akhir malam, dan puasa pada hari-hari yang utama serta semisalnya. Dan ini kembali kepada perealisasian mutaba’ah terhadap Rasulullah secara sempurna karena Allah, disertai keikhlasan terhadap amalan-amalan yang menumbuhkan pahalanya di sisi Allah.

Dan diantara sebab-sebab dilipatgandakannya (pahala) adalah melaksanakan amalan-amalan shalih ketika ada rintangan dan halangan dari luar. Maka tatkala berbagai halangan itu lebih kuat dan faktor-faktor pendorong untuk meninggalkannya lebih banyak, maka amalan itu menjadi lebih sempurna dan lebih banyak kelipatannya. Dan permisalan in banyak sekali. Namun ini adalah ketentuannya.

Dan termasuk yang paling penting dilipatgandakannya (pahala) amalan adalah bersungguh-sungguh di dalam merealisasikan kedudukan ihsan dan muraqabah (merasa diawasi). Dan hadirnya hati di dalam beramal. Tatkala perkara-perkara ini lebih kuat, maka pahalanya lebih banyak. Oleh karena itu, tertera di dalam hadits, Beliau saw bersabda :

“Tidak ada bagimu bagian dari shalatmu kecuali engkau dalam keadaan berakal”.

Maka shalat dan yang semisalnya walaupun diterima apabila datang dengan penampilannya yang nampak, dan kewajibannya yang nampak dan tersembunyi, melainkan bahwa kesempurnaan diterimanya (amalan itu), kesempurnaan pahala, bertambahnya kebaikan-kebaikan, diangkatnya derajat, dihapuskannya kejelekan-kejelekan, dan bertambahnya cahaya keimanan itu tergantung konsentrasi hati dalam beribadah.

Oleh karena itu, termasuk sebab-sebab dilipatgandakannya (pahala) amal adalah diperolehnya bekas-bekas kebaikan di dalam memberi manfaat kepada seorang hamba, menambah imannya, melembutkan hatinya, ketenangannya, dan diperolehnya makna-makna yang terpuji bagi hati dari pengaruh-pengaruh amalan. Karena amalan-amalan manakala sempurna, maka pengaruhnya pun di dalam hati lebih baik. Wa billahit taufiq.

Dan termasuk faktor-faktor dilipatgandakannya (pahala) bahwa beramal dalam keadaan bersendirian, terkadang menjadi sebab dilipatgandakannya pahala. Karena ia termasuk dalam tujuh golongan yang Allah menaungi mereka dalam naungan-Nya :

“Seseorang yang bersedekah dengan sebuah sedekah, lalu ia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya…dan diantaranya ; seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan bersendirian, lalu mengalirlah air matanya”.

Sebagaimana bahwa menampakkan (amalan tersebut) terkadang menjadi sebab dilipagandakannya (pahala) seperti amalan-amalan yang menjadi teladan dan panutan. Dan ini masuk di dalam sebuah kaidah yang masyhur ; terkadang ditampakkannya suatu amalan yang mengandung kemaslahatan, sehingga menjadikannya lebih utama dari selainnya. Dan diantara perkara yang disepakati diantara para ulama rabbani bahwa berhias dengan sifat pada setiap waktu dengan kuatnya keikhlasan kepada Allah, dan mencintai kebaikan bagi muslimin diringi dengan berzikir kepada Allah, maka tidak ada sesuatu dari amalan-amalan yang setara. Sedangkan pelaku amalan tersebut berlomba-lomba pada setiap keutamaan, ganjaran dan pahala serta selainnya dari amalan-amalan yang mengikutinya. Maka orang yang ikhlas, berbuat ihsan dan berzikir, mereka itu adalah orang-orang yang berlomba-lomba lagi mendekatkan diri di dalam surga-surga kenikmatan.