Darussalaf
Darussalaf oleh Admin

akibat kedzaliman

12 tahun yang lalu
baca 8 menit

Ketika membahas tentang ‘Kedzaliman adalah kegelapan
pada hari kiamat’ pada edisi yang lalu, kita telah menyinggung defenisi
kedzaliman, bentuk-bentuk perbuatan dzalim dan cara membersihkan jiwa
dari berbuat dzalim. Untuk lebih membuat kita “lari” dari berbuat
dzalim, ada baiknya kita mengetahui apa gerangan hukuman dan akibat
yang diperoleh pelaku kedzaliman, semoga mereka yang biasa berbuat
dzalim tersadarkan karenanya, wallahul musta`an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang yang berbuat dzalim
dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat, dikarenakan perbuatan
dzalim tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap individu dan
masyarakat. Kedzaliman menyebabkan kegoncangan, kegelisahan,
tersebarnya kedengkian dan terputusnya hubungan cinta dan persaudaraan.

Beberapa akibat berbuat dzalim dapat kita rinci berikut ini:

Hukuman dan akibat yang diperoleh di dunia

– Orang yang berbuat dzalim tidak beroleh keberuntungan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّهُ يُفْلِحُ الظَّالِمُوْنَ

“Sesungguhnya tidak beruntung orangorang yang berbuat dzalim.” (Al-An’am: 135)

– Terkadang orang yang berbuat dzalim terhalang dari mendapatkan
petunjuk/hidayah taufiq . Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan hal ini
dalam firman-Nya:

إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ

“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat dzalim.” (Al-An’am: 144)

Sementara hidayah taufiq ini harus kita pinta kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan terus berulang kita mohonkan pada-Nya dalam setiap shalat,
tatkala membaca Al-Fatihah dalam setiap rakaat:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

“Berilah petunjuk pada kami kepada jalan yang lurus.” (Al-Fatihah: 6)

Lalu adakah permintaan ini akan diijabahi bila perbuatan dzalim senantiasa menyertai?

– Balasan kedzaliman akan diterima di dunia, sebelum nantinya akan
dibalas pula di akhirat. Abu Bakrah Nufai’ ibnul Harits radhiyallahu
‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ
الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ
مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada satu dosa yang paling pantas untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
segerakan hukumannya di dunia disertai simpanan hukuman yang akan
diperolehnya di akhirat, selain dosa kedzaliman dan memutuskan
silaturahim.” (HR. Abu Dawud no. 4902, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadi Al-Wadi`i rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih Mimma Laisa fish
Shahihain no. 1166)

– Kedzaliman merupakan sebab datangnya musibah di dunia, baik itu
berupa kelaparan, wabah penyakit, banjir, gempa bumi, gunung meletus,
kemiskinan, pembunuhan, tingginya harga barang, dan sebagainya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِنَّ لِلَّذِيْنَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُوْنَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang dzalim, mereka akan beroleh adzab
sebelum kematian mereka , akan tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui.” (Ath-Thur: 47)

– Meratanya adzab pada satu kampung/daerah yang penduduknya berbuat dzalim.

Apabila kedzaliman telah tersebar di tengah masyarakat dan penduduknya
melakukan perbuatan dzalim secara terang-terangan, maka bisa jadi Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan meratakan adzab kepada mereka sehingga
hampir-hampir tak ada seorang pun dari mereka yang selamat, sampaipun
orang shalih yang ada di masyarakat tersebut ikut terkena adzab .
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang apa yang
diperbuat-Nya kepada penduduk negeri yang dzalim:

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِيْنَ

“Dan berapa banyak penduduk negeri yang dzalim yang telah Kami
binasakan dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain sebagai
penggantinya.” (Al-Anbiya: 11)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً

“Dan jagalah diri-diri kalian dari fitnah (adzab/ujian) yang tidak
hanya menimpa orang-orang dzalim di antara kalian secara khusus.”
(Al-Anfal: 25)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa`di rahimahullahu berkata dalam
menafsirkan ayat di atas: “Bahkan adzab itu menimpa pelaku kedzaliman
dan juga selainnya. Hal ini terjadi apabila kedzaliman dilakukan secara
terang-terangan sementara tidak ada yang berusaha merubahnya, maka
hukuman yang datang pun merata menimpa pelakunya dan selain pelakunya.
Cara menjaga diri dari fitnah ini adalah dengan melarang dari perbuatan
mungkar, mematahkan/menghancurkan orang-orang jelek dan yang suka
membuat kerusakan, selain itu selama memungkinkan mereka tidak
membiarkan kemaksiatan dan kedzaliman mendominasi/bisa unjuk gigi.”
(Taisir Al-Karimur Rahman hal. 318)

Hukuman dan Akibat yang Diperoleh di Akhirat

Hukuman yang dipersiapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat jauh
lebih dasyhat dan mengerikan daripada adzab di dunia, sebagaimana kabar
yang kita dapatkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah berikut ini:

– Orang-orang yang dzalim tidak memiliki penolong, teman dekat dan pemberi syafaat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Dan tidak ada penolong bagi orangorang dzalim.” (Ali Imran)

مَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ حَمِيْمٍ وَلاَ شَفِيْعٍ يُطَاعُ

“Orang-orang dzalim tidak memiliki teman setia seorang pun dan tidak
pula seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (Ghafir: 18)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَنْ تَنَالَهُمَا شَفَاعَتِي: إِمَامٌ ظَلُوْمٌ غَشُوْمٌ، وَكُلُّ غَالٍ مَارِقٍ

“Ada dua golongan dari umatku yang tidak akan beroleh syafaatku yaitu
pemimpin yang sangat dzalim lagi lalim dan setiap orang yang ghuluw
yang keluar/menyimpang dari agama.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir
8/337/8079, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam
Ash-Shahihah no. 470)

– Bangkrutnya orang-orang dzalim pada hari ditampakkannya amalan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ
دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي
مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ،
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا
وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ
يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab:
“Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki
dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun
ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si
ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu,
menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan
atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada
si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis
dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum
semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang
dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya,
kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 6522)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ
وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كاَنَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ
مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ
صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik
menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya , maka
hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini
(di dunia) sebelum (datang suatu hari di mana di sana) tidak ada lagi
dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan,
yakni pada hari kiamat). Bila ia memiliki amal shalih diambillah amal
tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada
orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang
pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan maka
diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya lalu dipikulkan
kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 2449)

Dalam dua hadits di atas terdapat keterangan bahwa perbuatan dzalim pada hari kiamat nanti akan mengantarkan pada kebangkrutan.

– Penyesalan orang yang dzalim pada hari kiamat.

Ketika orang yang dzalim ini melihat bukti ancaman Allah Subhanahu wa
Ta’ala pada hari kiamat, ia pun menyesali dirinya namun pada hari itu
penyesalan tak lagi berguna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي اْلأَرْضِ لافْتَدَتْ بِهِ
وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ

“Kalau seandainya setiap diri yang dzalim itu memiliki segala apa yang
ada di bumi ini, niscaya dia akan menebus dirinya dengan itu, dan
mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan
adzab itu. Dan telah diberikan keputusan di antara mereka dengan adil
sedang mereka tidak dianiaya.” (Yunus: 54)

– Ancaman masuk neraka bagi orang yang berbuat dzalim.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِيْنِهِ فَقَدْ أَوْجَبَهُ
اللهُ النَّارَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ. فَقَالَ رَجُلٌ: وَإِنْ
كَانَ شَيْئًا يَسِيْرًا، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: وَإِنْ كَانَ
قَضِيْبًا مِنْ أَرَاكٍ

“Siapa yang mengambil hak seorang muslim maka sungguh Allah telah
mewajibkan neraka baginya dan mengharamkan surga baginya”. Ada
seseorang yang bertanya: “Walaupun itu sesuatu yang remeh/sedikit wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Walaupun cuma sepotong kayu arak.” (HR.
Muslim no. 351)

Abu Salamah (seorang tabi’in) mengabarkan bahwa pernah terjadi
pertikaian antara dirinya dengan orang-orang dalam masalah tanah, maka
diceritakannya hal itu kepada Aisyah radhiyallahu ‘anhu. Aisyah pun
berkata kepadanya: “Wahai Abu Salamah, lebih baik engkau jauhi tanah
tersebut, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ ظَلَمَ قِيْدَ شِبْرٍ مِنَ اْلأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ

“Siapa yang berbuat dzalim terhadap satu jengkal tanah maka akan
ditimpakan/dipikulkan padanya tujuh lapis bumi.” (HR. Al-Bukhari no.
2453 dan Muslim no. 4113)

Wallahul musta’an, wallahu ta’ala a’lam bishawwab.

http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=438

Oleh:
Admin
Sumber Tulisan:
Akibat Kedzaliman