Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

lagi, tentang syi’ah

11 tahun yang lalu
baca 8 menit

kaligrafi-bismillahirrahmanirrahim-i3

Oleh : Ust Abu Abdillah “Utsman

Lagi, tentang Syi’ah

Topik tentang Syi’ah memang bahan kajian yang sangat menarik untuk dibahas, setidaknya karena beberapa hal :

1. sangat minimnya informasi yang akurat di tengah masyarakat tentang hakikat Syi’ah ditambah ketidakpedulian mayoritas umat terhadap pemahaman  agama yang benar.

2. terjadinya konflik yang berujung pada pertumpahan darah baik di dalam maupun di luar negeri dengan latar belakang Syi’ah.

3. pro kontra di tengah masyarakat menyikapi Syi’ah terlebih dibumbui berbagai komentar para cendekiawan yang dianggap tokoh muslim dalam masalah ini.

Kita berharap pembahasan kita tentang Syi’ah ini dicatat sebagai amal shalih di sisi Allah ta’ala bukan suatu yang sia – sia belaka. Menjadi amal shalih ketika diniatkan tafaqquh fid din (belajar agama) karena memang para ulama banyak membahas tentang Syi’ah sebagai upaya menjelaskan aqidah/keyakinan yang benar; sampai – sampai ada dari kalangan ulama yang terbunuh karena berbagai tulisannya mengupas Syi’ah. Di sisi lain, dengan pemahaman yang benar terkait masalah ini kita berharap Allah ta’ala menjauhkan diri kita dari berbagai ujian dan fitnah.

Tulisan kami kali ini banyak mengambil faedah dari buah karya Syaikh Muhammad al-Imam, seorang ulama di Yaman. Karya beliau ini berjudul asli An Nushroh al Yamaniyah. Beliau menulis buku tersebut setelah mengumpulkan lebih 40 tulisan dari tokoh Syi’ah Yaman yang bernama Husain ibn Badrudin Al Hutsy. Husain dalam berbagai tulisannya banyak mengutip dan mengidolakan Al Khumaini yang tidak lain merupakan tokoh di balik Revolusi Iran 1979 sekaligus dianggap sebagai imam bagi kaum Syi’ah. Al Khumaini juga menjadi idola bagi sebagian besar kaum Syi’ah di negeri kita dan gambarnya sering terpampang di rumah – rumah pengikut Syi’ah.

Perlu diketahui bahwa Husain Al Hutsy pada hari – hari ini sedang gencar – gencarnya berusaha membentuk negara Syi’ah di Yaman dengan menjadikan Provinsi So’dah sebagai basis gerakan mereka. Usaha ini mendapat dukungan senjata dan dana dari Iran dan gerakan mereka ini sudah menelan korban ratusan kaum muslimin, termasuk wanita dan anak – anak.

Makna Syi’ah

Secara bahasa, Syi’ah berarti pengikut atau pembela. Dari sini,kelompok Syi’ah menamakan diri mereka Syi’ah karena mereka beranggapan merekalah pembela kehormatan dan hak – hak ahli bait (keluarga) Nabi. Inilah yang mereka jadikan sebagai syiar/slogan gerakan mereka : membela ahli bait. Di Indonesiapun beberapa wadah gerakan Syi’ah muncul dengan nama ini seperti : Ikatan Jamaah Ahli Bait Indonesia (IJABI). Belakangan muncul wadah lain dengan nama yang mirip : Ahli Bait Indonesia (ABI).

Benarkah Syi’ah membela Ahli Bait ? insyaallah akan datang penjelasannya pada kesempatan lain.

Diantara akidah Khumaini

Khumaini berkata dalam bukunya Al Hukumah al Islamiyah: “Sesungguhnya imam – imam kami [Syi’ah] memiliki kedudukan di sisi Allah dimana kedudukan tersebut tidak bisa dicapai oleh seorang nabi yang diutus dan juga tidak bisa dicapai oleh malaikat.”

Dia juga berkata dalam buku tersebut: “Sungguh nushus (pernyataan – pernyataan) dari para imam kami [Syi’ah] berkedudukan seperti al Quran.”

Komentar kami : Dua kutipan di atas menunjukkan betapa berbahayanya akidah dan pemikiran Syi’ah. Kutipan pertama bermakna imam – imam Syi’ah derajatnya lebih tinggi dibandingkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan malaikat Jibril sekalipun. Maka tidak mengherankan jika diantara ciri khas kaum Syi’ah adalah berdoa di kuburan tokoh–tokoh mereka dan istighotsah disana.

Kutipan kedua menunjukkan adanya kesetaraan antara wahyu – wahyu Allah ta’ala yang ada dalam Al Quran dengan perkataan para tokoh mereka. Artinya, sebagaimana kita menganggap firman Allah merupakan kebenaran yang pasti demikian pula bagi Syi’ah sabda dan pernyataan para tokoh mereka merupakan kebenaran yang pasti. Akibatnya-sebagai misal-ketika para ulama Syi’ah menganjurkan untuk nikah mut’ah/kawin kontrak maka mut’ah-yang sebenarnya lebih mirip disebut zina dibanding disebut nikah-menjadi praktek yang menjamur di kalangan Syi’ah. Padahal, telah datang pengharaman mut’ah dari sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits yang shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Parahnya lagi, para ulama Syi’ah membuat – buat ajakan untuk mut’ah dalam bentuk ucapan “barangsiapa mut’ah sekali maka akan dapat pahala ini dan itu…..”allahulmusta’an.

Dampaknya, sebagaimana sudah kami kutipkan pada tulisan kami sebelumnya tentang Syi’ah pernyataan mantan presiden Iran Rafsanjani yang begitu gusar dengan kebobrokan akhlak masyarakat di Iran. Bahkan, di kota yang dianggap suci di Iran, kota Qum, sebagaimana dilaporkan koran Asy Syarq al Ausath terbitan 22 Mei 2002 bahwa para pemuka agama di kota Qum sangat khawatir dengan dekadensi moral masyarakat. Majalah Al Bayan mengutip pernyataan Kepala Urusan Kebudayaan kota Teheran (Ibu Kota Iran) Muhammad Ali Zam bahwa pergaulan bebas di sana mencapai persentase lebih dari 60 %. Kutipan ini juga dilaporkan oleh BBC pada 7 Juli 2000.

Husain Al Hutsy, tokoh Syi’ah Yaman mengingkari syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Keyakinan kaum muslimin ahlus sunnah wal jama’ah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa memberikan syafa’at kepada orang muslim pelaku dosa besar dan diancam dengan neraka. Adapun Al Hutsy dalam tulisannya berjudul Ma’rifatullah, Wa’duhu wa wa’iduhu (Mengenal Allah, janji dan larangan-Nya) ketika mengomentari perkataan Yahudi yang termaktub dalam Al Quran : “ Kami tidak akan tersentuh api neraka melainkan hanya beberapa hari saja” (QS.Ali Imran 24); berkata Al Hutsy : “(bahwa dengan syafaat) tidak tersentuh sedikitpun api neraka, dan Muhammad akan meraih tanganmu, memberi anugerah kepadamu sehingga kamu bisa masuk surga bersama orang beriman “  Bukankah ucapan ini lebih parah dibanding ucapan Yahudi, bukankah keyakinan ini lebih jelek dibandingkan akidah Yahudi ?

Komentar kami : Kita berlindung kepada Allah dari ucapan jelek orang Syi’ah ini. Bagaimana mungkin sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang bermakna : “Syafaatku bagi para pelaku dosa besar dari kalangan umatku” dikatakan lebih jelek dari ucapan Yahudi. Betapa lancang dan beraninya orang Syi’ah ini !

Menolak syafa’at nabawiyah memang salah ciri ahlul bid’ah seperti Khawarij, Mu’tazilah dan Zaidiyah (Syi’ah) sebagaimana ditegaskan oleh Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa (1/148)

Husain Al Hutsy, tokoh Syi’ah Yaman mencela para shahabat Nabi

Dia menyebutkan dalam tulisan Suroh Ali Imran- Ad Dars ar Rabi’ hal.5 bahwa seandainya kaum muslimin dan terutama para shahabat benar – benar memikul tanggung jawab dalam berdakwah maka niscaya umat Islam tidak akan dihinakan oleh Yahudi.

Komentar kami : Adapun para shahabat, sejarah telang mencatat kegemilangan jihad mereka bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafaur rasyidin radhiyallahu ‘anhum sampai umat Islam berhasil menumbangkan dua kekuatan super power di masa itu : Imperium Romawi dan Persia. Adapun umat Islam sepeninggal generasi shahabat, sebagian melanjutkan perjuangan mereka sampai wilayah Islam terbentang dari Spanyol sampai ke Cina dan sebagian yang lain larut dengan dunia mereka dan meninggalkan agama mereka dan kelompok kedua ini yang belakangan ini menjadi mayoritas. Sebagian besar kaum muslimin di zaman kita jauh dari nilai – nilai nabawy sehingga berakibat kaum kafir leluasa menzhalimi kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Jadi, mengapa para shahabat yang disalahkan ?

Dalam tulisannya Suroh al Maidah-Ad Dars Rabi’­ hal 3-5 Al Hutsy menyifati para shahabat sebagai kaum yang malas berjihad dan suka mangkir dari jihad.

Komentar kami : Bagaimana mungkin Allah ta’ala dalam Al Quran berulang kali memuji para shahabat kemudian ternyata mereka malas dan suka mangkir dari jihad ? Cukuplah sejarah membuktikan kedustaan orang Syi’ah ini. Adapun jika ada sebagian kecil dari shahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk misalnya, maka telah turun ayat yang diabadikan dalam Al Quran di surat At-Taubah bahwa Allah telah memaafkan mereka. Kalau begitu, mengapa kita masih mencela mereka ?

Masih banyak celaan lain dari orang Syi’ah ini ditujukan kepada para shahabat. Timbul pertanyaan : mengapa yang menjadi sasaran adalah para shahabat ? Jawabnya : karena melalui merekalah Al Quran dan hadits nabawi diriwayatkan dari generasi ke generasi sampai zaman kita sekarang. Artinya, jika generasi awal Islam sudah berhasil dijatuhkan kehormatannya, diragukan kejujurannya maka artinya keotentikan/keaslian Al Quran dan Al Hadits an Nabawi juga perlu diragukan. Tidak mengherankan jika di kalangan Syi’ah beredar Al Quran versi mereka dengan berbagai tambahan. Beredar pula sekian banyak hadits palsu mendukung pemikiran mereka. Wajar jika diantara para shahabat Nabi, Abu Hurairah dan Aisyah radhiyallahu ‘anhuma termasuk yang paling sering dijelekkan oleh Syi’ah karena mereka berdua termasuk shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits nabawi.

Syi’ah dan kedustaan

Jika mungkin diantara pembaca setelah membaca tulisan ini bertemu dengan orang Syi’ah dan ternyata mendustakan apa yang tertulis di sini maka jangan heran. Diantara pokok akidah dan keyakinan Syi’ah adalah taqiyyah yaitu berdusta dan menyembunyikan akidah aslinya demi keamanan. Bahkan ada ungkapan di kalangan mereka tidak ada iman bagi yang tidak memiliki taqiyyah. Taqiyyah ini mereka pakai ketika dalam kondisi minoritas dan tidak aman. Jika merasa aman, mereka akan terang – terangan menampakkan kesyiahan mereka seperti yang kita saksikan di negeri kita sekarang. Dengan payung demokrasi dan HAM, mereka tidak malu lagi menyatakan kesyiahan mereka.

Pembela Syi’ah

Keadaan diperparah dengan pernyataan dari beberapa pucuk pimpinan ormas besar di Indonesia, seperti Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU yang sejak dulu memang terkenal sebagai pembela Syi’ah. Bukti mutakhir adalah ketika kaum Syi’ah hendak memperingati hari raya mereka ‘Idul Ghadir pada bulan Muharram kemarin.Ketika berbagai kalangan kaum muslimin menolak acara tersebut, justru para pembela Syi’ah itu mendukung acara tersebut. Padahal, dalam ritual tersebut para shahabat nabi dicela dan dilaknat, belum lagi berbagai bid’ah lainnya yang berbau syirik.Allahulmusta’an.

Kami tutup tulisan ini dengan persaksian asy-Syaukani rahimahullah seorang ulama Yaman yang hidup di lingkungan dipenuhi dengan kaum Syi’ah Rafidhah. Asy-Syaukani berkata (dalam kitab Natsrul Jauhar): “Asal dakwah mereka adalah untuk berbuat makar kepada agama [Islam] dan menyelisi syariat kaum muslimin. Orang yang paham akan mengerti hal ini dan yang bodoh tidak akan mengetahuinya.”

 

Oleh:
admin daarulihsan
Sumber Tulisan:
Lagi, tentang Syi’ah