Beroleh 3 Sifat Yang Mulia
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada sekelompok orang dari Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan beliau pun memberinya.Kemudian mereka kembali meminta sesuatu, maka beliau pun memberinya.Hingga ketika habis apa yang ada pada beliau, maka beliau berkata : “Tidaklah ada sesuatu yang ada padaku berupa harta yang aku sembunyikan dari kalian.Akan tetapi barangsiapa menjauhkan diri dari meminta sesuatu kepada manusia, maka Allah akan beri kesucian diri padanya.Barangsiapa merasa cukup dengan pemberian Allah, maka Allah akan beri kecukupan padanya.Barangsiapa berusaha bersabar, maka Allah akan beri kesabaran padanya.Tidaklah seorang hamba diberi sesuatu yang itu lebih baik dan luas dibandingkan kesabaran”.(HR.al-Bukhari dan Muslim)
Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata : “Hadits ini mengandung 4 penggalan kalimat yang mengumpulkan kebaikan dan memberikan manfaat.
Yang pertama : Sabda beliau : “…barangsiapa menjauhkan diri dari meminta sesuatu kepada manusia, maka Allah akan beri kesucian diri padanya”.
Yang kedua : Sabda beliau : “Barangsiapa merasa cukup dengan pemberian Allah, maka Allah akan beri kecukupan padanya”.
2 penggalan kalimat ini adalah 2 perkara yang saling beriringan.Sesungguhnya kesempurnaan seorang hamba dalam memurnikan rasa harap, takut dan ketergantungan hanya kepada Allah bukan kepada makhluk, berangkat dari usaha dirinya mewujudkan kesempurnaan tersebut dan upaya meniti setiap sebab yang dapat mengantarkan dirinya menuju hal itu.Hingga dirinya benar-benar menjadi hamba bagi Allah dan bebas dari perbudakan makhluk.Hal itu dapat terwujud dengan menggembleng jiwa di atas 2 perkara :
1) Menjauhnya dia dari ketergantungan kepada makhluk-makhluk dengan menjauhkan diri dari meminta sesuatu yang ada pada mereka.Dirinya tidak meminta sesuatu melalui ucapan maupun isyarat.Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata kepada Umar : “Apa yang sampai kepadamu berupa harta ini tanpa engkau berharap-harap maupun berucap, maka ambillah harta tersebut.Namun apa yang tidak sampai kepadamu, maka jangan engkau berusaha mencari-carinya”.Maka mencegah dari berharap-harap dalam hati maupun berucap dengan lisan dalam keadaan menjauhkan diri dari pemberian makhluk merupakan sebab yang kuat untuk beroleh sifat kesucian.
2) Hal itu disempurnakan dengan menggembleng jiwa di atas perkara ke-2, yaitu : merasa cukup dengan pemberian Allah dan percaya dengan kecukupan dari-Nya.Sesungguhnya barangsiapa bertawakal hanya kepada Allah, maka Dia-lah yang menjadi pencukup baginya.Ini adalah akibat, sedangkan perkara yang ke-1 adalah sarana menuju akibat tersebut.Sesungguhnya barangsiapa menjauhkan diri dari apa yang ada pada manusia atau apa yang dapat dia raih dari mereka, maka akan membawa dirinya memiliki ketergantungan yang kuat kepada Allah, rasa harap dan keinginan terhadap keutamaan-Nya, berbaik sangka dan percaya kepada-Nya.Allah Ta’ala itu bersama baiknya persangkaan hamba kepada-Nya.Jika hamba tersebut berbaik sangka kepada Allah, maka baginya kebaikan.Namun jika ia menyangka sebaliknya, maka baginya kejelekan.Setiap dari 2 perkara ini membawa kepada yang satunya sekaligus menguatkannya.Manakala ketergantungan dia kepada Allah itu kuat, maka lemahlah ketergantungan dia kepada makhluk.Demikian pula sebaliknya.
Dan diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, adalah (artinya) : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian diri dan rasa cukup”.Maka beliau mengumpulkan seluruh kebaikan pada doa ini.Petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat.Ketaqwaan adalah amal shalih dan meninggalkan seluruh keharaman.Ini adalah kebaikan bagi agama seseorang.Hal ini disempurnakan dengan kebaikan pada kalbu (hati, pen), ketenangan kalbu dengan menjauhkan diri dari meminta kepada makhluk, merasa cukup dengan pemberian Allah.Barangsiapa merasa cukup dengan pemberian Allah, maka dialah orang kaya yang sesungguhnya, meski sedikit pendapatannya.Bukanlah kekayaan yang hakiki adalah kekayaan materi.Akan tetapi kekayaan hakiki adalah rasa cukup pada kalbu.Dengan kesucian diri dan rasa cukup ini, maka sempurnalah hidup yang baik, kenikmatan duniawi pada seorang hamba dan kerelaan atas pemberian Allah.
Yang ketiga : Sabda beliau : “Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan beri kesabaran padanya”.
Kemudian Nabi menyebutkan penggalan kalimat yang keempat, bahwa kesabaran jika diberikan Allah kepada seorang hamba, maka itu adalah seutama-utama dan seluas-luas pemberian serta seagung-agung pertolongan dalam beragam urusan.Allah Ta’ala berfirman (artinya) : “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan shalat”.Maksudnya : untuk setiap urusan kalian.
Kesabaran sebagaimana seluruh akhlak (yang mulia, pen), membutuhkan penggemblengan jiwa dan pelatihan.Oleh karena itu Nabi bersabda : “Barangsiapa berusaha bersabar…” Maksudnya : menggembleng jiwa untuk bersabar.Maka Allah akan beri kesabaran padanya dan membantunya.Hanyalah kesabaran itu adalah seagung-agung pemberian Allah, karena ia berkaitan dengan segenap urusan hamba dan kesempurnaannya.Setiap keadaan seorang hamba, membutuhkan kesabaran.Seorang hamba butuh kesabaran dalam ketaatan kepada Allah hingga ia berhasil menegakkan dan menunaikannya.Butuh kepada kesabaran dari kemaksiatan hingga ia berhasil meninggalkannya karena takut kepada Allah.Butuh kesabaran dalam menghadapi takdir Allah yang dirasa menyakitkan hingga ia tidak marah.Bahkan butuh kesabaran atas kenikmatan dari Allah dan hal-hal yang disenangi jiwa hingga ia tidak membiarkan jiwa menjadi sombong dan gembira dengan kegembiraan yang tercela.Akan tetapi justru ia sibuk dengan rasa syukur kepada Allah.Maka dirinya dalam setiap keadaan butuh kesabaran.Dengan kesabaran, kemenangan itu akan teraih.Oleh karena itu Allah menyebutkan para penghuni al-jannah (surga), yang artinya : “Dan para malaikat menemui mereka dari setiap pintu.(Seraya) mereka berkata : “Keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian.Maka al-jannah itu adalah sebaik-baik negeri kembali”.Demikian pula firman Allah (artinya) : “Mereka itu diberi balasan berupa kamar (di al-jannah, pen) karena kesabaran mereka…” Mereka memperoleh al-jannah beserta kenikmatannya dan meraih kedudukan yang tinggi karena kesabaran.Akan tetapi seorang hamba hendaknya memohon kepada Allah agar dihindarkan dari musibah yang ia memang tidak tahu apa akibat dari musibah tersebut (nanti).Lalu jika ternyata musibah itu tetap datang, maka tugas dirinya adalah bersabar.Terhindar dari musibah pada asalnya adalah harapan, sedangkan kesabaran itu diperintahkan tatkala muncul sebab-sebab terjadinya musibah dan Allah adalah Dzat Yang Menolong.
Allah telah menjanjikan perkara-perkara yang terhormat dan mulia bagi orang-orang yang sabar melalui Kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya.Allah menjanjikan bagi mereka pertolongan dalam setiap urusan.Dia akan bersama mereka berupa perhatian, taufik dan bimbingan dari-Nya.Dia akan mencintai, mengokohkan kalbu dan kaki mereka.Dia akan meletakkan ketenangan pada mereka.Dia akan memudahkan mereka dalam ketaatan.Dia akan menjaga mereka dari penyimpangan.Dia akan mencurahkan pujian, rahmat dan hidayah kepada mereka ketika tengah mengalami musibah.Dia akan mengangkat kedudukan mereka di posisi tertinggi di dunia dan akherat.Dia menjanjikan pertolongan kepada mereka.Dia akan mengarahkan mereka kepada kemudahan dan menjauhkan dari kesulitan.Dia menjanjikan mereka dengan kebahagiaan, kemenangan dan keberhasilan.Dia akan menyempurnakan pahala tanpa batas kepada mereka.Dia akan mengganti untuk mereka dengan yang lebih banyak dan baik di dunia dibanding apa yang telah Dia ambil dari orang-orang yang mereka cintai.Dia akan mengganti untuk mereka karena tertimpa hal-hal yang tidak disukai dengan ganti di dunia yang menandingi beratnya musibah tersebut.Kesabaran itu pada awalnya sangat sulit, namun pada akhirnya mudah dan baik akibatnya, sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair :
Kesabaran itu seperti namanya (shabir, yaitu ampas pohon untuk obat) yang rasanya sangat pahit
Akan tetapi pada akhirnya lebih manis dibandingkan madu
(Bahjah Qulub al-Abrar, hadits ke-33)
Para pembaca rahimakumullah, dari hadits beserta penjelasan di atas kita mengetahui adanya 3 sifat mulia yang hendaknya kita miliki, yaitu :
a) Al-‘Iffah, yaitu menjauhkan diri dari ketergantungan kepada manusia.Barangsiapa menempuh jalan al-‘iffah, maka Allah akan memberikan kesucian kepadanya, baik dengan Dia memberikan sesuatu yang dengan itu ia tidak butuh kepada apa yang ada pada manusia, atau Dia memberikan rasa cukup pada kalbunya hingga ia tidak berharap-harap kepada pemberian selain itu.
b) Al-Istighna’, yaitu merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan hingga hanya bergantung sepenuhnya kepada Allah.
c) Kesabaran, yaitu menjaga kalbu dari rasa putus asa, lisan dari kemarahan dan anggota badan dari perbuatan haram.Kesabaran yang dituntut dari kita dalam 3 perkara, yaitu :
v Kesabaran dalam ketaatan yang tabiat jiwa kita cenderung tidak menyukai ketaatan.Kesabaran tatkala akan, sedang dan usai berbuat ketaatan.Kesabaran tatkala akan berbuat taat dengan mengikhlaskan niat (jauh dari riya’ maupun sum’ah) dan bertekad menyempurnakan ketaatannya.Kesabaran tatkala sedang berbuat taat dengan menghadapkan kalbu dan anggota badannya di hadapan Allah.Kesabaran usai berbuat taat dengan memerangi sifat bangga diri, sombong dan merasa telah berbuat baik.Sesungguhnya sifat-sifat tercela ini adalah dosa-dosa batin yang lebih berbahaya bagi seseorang dibanding beberapa dosa yang sifatnya lahiriah.
v Kesabaran dari kemaksiatan yang tabiat jiwa manusia cenderung menyukai kemaksiatan.Kesabaran dari kemaksiatan hingga tidak terjatuh ke dalamnya.
v Kesabaran ketika tertimpa musibah.
Kesabaran dalam 3 perkara ini telah disebutkan oleh Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Bahkan al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata : “Allah Ta’ala menyebutkan kesabaran pada 90 tempat di dalam Kitab-Nya”.(Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid)
Ketiga macam kesabaran inilah yang telah dilalui oleh Nabi Yusuf ‘alaihi as-Salam tatkala beliau menjadi bendaharawan negara yang mengatur kemanfaatan rakyat dan ini adalah kesabaran dalam ketaatan, tatkala beliau menolak rayuan wanita cantik sekaligus memiliki kedudukan dan ini adalah kesabaran dari kemaksiatan, tatkala beliau dibuang oleh saudara-saudaranya ke sumur, dijual dengan harga sangat murah oleh orang yang menemukan beliau dari sumur dan kisah beliau dimasukkan ke penjara yang ini semua adalah bentuk kesabaran ketika tertimpa musibah.
Wallahu a’lamu bish-Shawab