Daarul Ihsan
Daarul Ihsan oleh admin daarulihsan

al-hasan bin shalih bin hayyi al-hamdani

8 tahun yang lalu
baca 7 menit
kaligrafi-bismillahirrahmanirrahim-i3

Al-Hasan bin Shalih bin Hayyi al-Hamdani

Orang ini lahir sekitar tahun 100 H dan meninggal dunia sekitar 69 tahun kemudian.Dia dikenal sebagai orang yang berilmu (‘alim), zuhud (tidak tamak) terhadap dunia, wara’ (sangat menjaga diri dari perkara yang meragukan bagi dirinya), sangat takut terhadap Allah, hafal ribuan hadits, kokoh dalam hafalannya (tidak terbata-bata), sangat mudah tersentuh hatinya oleh perkara akherat dan mudah menangis (ketika mengingat akherat)…

Dia sempat hidup sezaman dengan banyak para imam (tokoh besar) salaf dalam hal ilmu dan ibadah, seperti Sufyan ats-Tsauri dan selain beliau.Dia termasuk periwayat hadits, sampai-sampai Abu Hatim ar-Razi yang dikenal keras dalam mengkritisi para periwayat hadits berkata tentang al-Hasan ini :“Tsiqah (terpercaya), hafal ribuan hadits dan kokoh dalam hafalannya.”

Diantara yang menakjubkan dari keadaan orang ini adalah sangat mudahnya hati dia tersentuh dan menangis ! Yahya bin Abi Bukair berkata : “Aku pernah berkata kepadanya : “Sifatkan kepadaku bagaimana tata cara memandikan jenazah ! Maka dia tidak sanggup menerangkannya karena menangis.”

Diantara yang menakjubkan dari keadaan orang ini adalah tampaknya kekhusyu’an pada wajahnya ! Abu Sulaiman ad-Darani berkata :“Aku belum pernah melihat seorang pun yang rasa takut kepada Allah dan kekhusyu’an itu lebih tampak pada wajahnya dibanding al-Hasan bin Shalih.”

Diantara yang menakjubkan dari keadaan orang ini adalah sikap zuhud dan merasa cukup dengan pemberian dari Allah ! Dia berkata tentang dirinya sendiri : “Kadangkala ketika aku tiba di pagi hari, tidak ada sepeser dirham pun bersamaku ! Seakan-akan dunia telah dijauhkan dariku”.

            Diantara perkara yang menakjubkan dari orang ini adalah sifat wara’ yang sangat tinggi ! Dia pernah menjual budak wanitanya.Dia pun berkata kepada orang yang akan membelinya : “Budak ini pernah satu kali berdahak darah”.Hal ini dia ucapkan karena khawatir budak ini tertimpa sebuah penyakit dengan sebab dahak darah, lalu dia teranggap menipu si pembeli.

            Diantara hal yang membuat decak kagum dari orang ini adalah besarnya rasa takut dia kepada azab Allah ! Ketika sampai membaca ayat (artinya) : “Mereka tidak diresahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat)…” , maka dia benar-benar tersentuh ! Sampai-sampai disebutkan bahwa wajahnya berubah menjadi kehitam-hitaman dan kekuning-kuningan.

            Diantara yang menakjubkan dari orang ini adalah banyaknya menghayati Al Qur’an ! Dia pernah membaca Surat An Naba’ dalam shalat malam.Dia pun larut dalam bacaannya ! Akhirnya tiba waktu Shalat Subuh dalam keadaan belum menyelesaikan surat tersebut.

            Diantara pula perkara yang menakjubkan dari orang ini adalah lamanya berdiri shalat di waktu malam ! Dia dahulu membagi malam untuk dirinya dengan sang ibu dan dirinya dengan saudaranya.Tatkala sang ibu wafat, maka dia bagi antara dirinya dengan saudaranya.Tatkala saudaranya juga meninggal dunia, maka dia pun menunaikan shalat sepanjang malam.

            Diantara rekomendasi (pujian) tertinggi yang pernah diperoleh oleh orang ini adalah ucapan Abu Hatim ar-Razi : “Terkumpul pada orang ini kekokohan  dalam hafalan, kedalaman ilmu, ibadah dan zuhud”.

            Namun bersamaan dengan seluruh apa yang telah disebutkan di atas…para imam (tokoh besar) salaf dalam hal ilmu dan ibadah berubah dalam menilai orang ini.Mereka menvonis orang ini sebagai ahli bid’ah dan mewaspadainya.Diantara para ulama ada yang sampai meninggalkan riwayat hadits orang ini.Sampai-sampai kritikan para imam salaf terhadapnya benar-benar keras.Ahmad bin Yunus berkata : “Kalau seandainya saja al-Hasan bin Shalih tidak dilahirkan (di muka bumi ini), maka niscaya itu lebih baik bagi dirinya”.

            Lalu apa dosa yang al-Hasan bin Shalih terjatuh kepadanya hingga para imam salaf memperlakukan dirinya seperti itu tanpa mempertimbangkan kebaikan-kebaikannya, sisi-sisi positif dan tanpa ada sikap berbasa-basi dengannya ?

            Dosanya adalah DIA MEMBOLEHKAN PEMBERONTAKAN TERHADAP PENGUASA YANG ZALIM !

            Renungilah ! Orang ini belum pernah melakukan tindakan pemberontakan, belum pernah menebarkan ucapannya (di tengah kaum muslimin) dan belum pernah menghasut orang lain untuk memberontak pemerintah.Pemberontakan terhadap pemerintah hanyalah sekedar pemikiran (pada orang ini)

            Adz-Dzahabi berkata terkait orang ini : “Orang  ini berpandangan bolehnya memberontak para penguasa di zamannya, karena kezaliman dan kejahatan penguasa.Hanya saja selama-lamanya dia tidak pernah melakukan pemberontakan”.

            Adz-Dzahabi juga berkata : “Orang ini termasuk dari para imam Islam kalau seandainya ia tidak berlumuran dengan kebid’ahan”.

            Mereka (para imam salaf) tidak tertipu dengan kekhusyu’an orang ini.

            Abu Said al-Asyaj berkata : “Aku pernah mendengar Ibnu Idris berkata : “Senyumannya Sufyan ats-Tsauri itu lebih kami sukai dibanding pingsannya al-Hasan bin Shalih (ketika membaca ayat)”.

            Diambil faidah dari keterangan di atas : Bahwa pendapat bolehnya memberontak terhadap penguasa yang zalim adalah sebuah kebid’ahan, yang tidak boleh berbasa-basi di hadapan pelakunya.Tidak boleh pula diam dari membantah pelaku tersebut, setinggi apapun ilmu dan keutamaan yang dimilikinya.Bahwasanya para salaf dahulu menilai seseorang itu dengan timbangan berpegang teguhnya orang tersebut dengan sunnah (bimbingan) Nabi, bukan dengan timbangan luasnya ilmu, panjangnya ibadah, banyaknya kekhusyu’an atau mudahnya menangis.Bahwasanya pula seseorang kadangkala berilmu, namun memiliki satu kebid’ahan (yang kebid’ahan itu bertentangan dengan pokok Ahlussunnah) sehingga ia keluar dari lingkup Ahlussunnah dan menjadi seorang ahli bid’ah dengan sebab itu.

(www.bayenahsalaf.com, dinukil dari akun asy-Syaikh Fawwaz al-Madkhali)

            Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, demikianlah bimbingan dan sikap para ulama salaf yang sesungguhnya.Seseorang yang mengaku sebagai Ahlussunah Wal Jama’ah seharusnya meneladani sikap para ulama salaf terdahulu dalam menyikapi ahli bid’ah, sekalipun ahli bid’ah tersebut tidak mendakwahkan kebid’ahannya.Selama ahli bid’ah itu tidak bertaubat dan kembali ke jalan sunnah Nabi setelah sampai kepadanya peringatan, maka ia tetap dijauhi.Jangan sampai kita terkesima dengan ilmu berupa gelar (Lc, MA, Dr ataupun Prof) pada seorang dai maupun ibadah dia, sampai benar-benar kita ketahui bahwa dia adalah orang yang memang berpegang teguh dengan seluruh prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah yang telah disebutkan di dalam kitab-kitab para ulama.

            Lalu kapan seseorang itu dikatakan sebagai ahli bid’ah ? Jawabnya : Para ulama telah menyebutkan kapan seseorang itu dikatakan sebagai ahli bid’ah, diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.Beliau berkata : “Kebid’ahan yang dengannya seseorang terhitung sebagai ahli ahwa’ (bid’ah) adalah apa yang telah masyhur di kalangan ulama pertentangannya dengan Al Qur’an dan as-Sunnah, seperti bid’ahnya Khawarij, Rawafidh, Qadariyah dan Murji’ah”.(Lihat Majmu’ Fatawa 35/414)

            Ini adalah salah satu pernyataan dari seorang ulama besar yang butuh kajian tersendiri pada babnya.

            Adapun Khawarij adalah kelompok sempalan yang pertama muncul dan terakhir musnah dalam tubuh kaum muslimin.Salah satu pokok penyimpangan kelompok paling berbahaya ini adalah mengkafirkan kaum muslimin dan pemerintahnya yang tidak sejalan dengan keyakinan mereka hingga berujung penghalalan darah kaum muslimin dan penguasanya.Namun perlu diketahui bahwa pemikiran Khawarij itu tidaklah sebatas itu.Bahkan membicarakan kejelekan penguasa muslimin secara terang-terangan di depan khalayak manusia melalui cara demonstrasi, ceramah agama atau melalui media massa termasuk dari model pemikiran Khawarij.Islam memberikan bimbingan agar orang yang berilmu agama dan memiliki sikap bijak hendaknya memberikan nasehat secara diam-diam kepada pemerintah jika didapati kesalahan padanya, tidak secara terang-terangan apalagi dilakukan oleh orang yang tidak diketahui jati diri ketakwaannya.

            Rawafidh (bentuk jamak Rafidhah) adalah kelompok Syi’ah yang hakikatnya sudah menjadi agama terpisah dari Islam.Hanya saja kelompok ini mengklaim diri atau diklaim oleh sebagian orang sebagai kelompok pembela Islam.Tentu saja ini adalah kedustaan untuk mengelabui kaum muslimin.Bahkan kelompok ini memiliki prinsip-prinsip keyakinan kufur yang sangat jauh dari Islam dan itu benar-benar tertuang secara otentik pada buku-buku penting mereka.Bukti nyatalah yang harusnya kita pegang dan jangan tertipu dengan pengakuan semata.

            2 kelompok sesat ini memiliki andil sangat besar untuk menciptakan kerusakan di berbagai negara Islam saat ini.Suriah, Lebanon, Irak, Libya dan Yaman telah merasakan penderitaan luar biasa akibat tindakan anarkhis yang dilakukan oleh kaum Khawarij (ISIS, al-Qaeda atau semisalnya) dan Syi’ah Rafidhah (Hizbullah atau semisalnya yang didukung kuat oleh Iran).Negara kita pun saat ini sedang dalam proses pengrusakan oleh 2 kelompok ini meski tidak sebesar negara-negara tadi.Semoga Allah menyelamatkan negara kita dari kejahatan musuh-musuh Islam dan muslimin.

            Qadariyah adalah salah satu kelompok sempalan yang memiliki prinsip menolak adanya takdir Allah dan manusia itu memiliki kehendak yang tidak terkait dengan kehendak Allah.

            Murji’ah adalah kelompok sempalan yang memiliki prinsip bahwa amalan itu bukan termasuk dari lingkup iman, sehingga apapun yang diperbuat oleh seseorang selama hati atau ucapannya benar, maka ia tetap dikatakan sebagai mukmin yang sempurna keimanannya.

            Kesimpulannya, hendaknya kita semua senantiasa menuntut ilmu agama dengan benar hingga dapat bersikap tepat terhadap kebid’ahan sekaligus pelaku kebid’ahan, terlebih di masa sekarang yang penuh dengan pengaburan (syubhat) sampai-sampai yang sunnah dianggap bid’ah, bid’ah dianggap sunnah dan banyaknya pihak yang mengaku sebagai Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Wallahu a’lamu bish-Shawab

Oleh:
admin daarulihsan