Cukupkah Dengan Sekedar Mengucapkan Syahadat
Laa ilaaha illallaah ?
Banyak diantara kaum muslimin yang beranggapan bahwa seseorang akan masuk surga dan selamat dari neraka, apabila sekedar mengucapkan syahadat Laa ilaaha illallaah.Bisa jadi mereka berdalil dengan beberapa hadits yang memberitakan bahwa barangsiapa mengucapkan Laa ilaaha illallaah, maka dia akan masuk surga.
Benarkah anggapan seperti di atas ? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mencoba menyampaikan beberapa keterangan di bawah ini :
1) Tidak mesti setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah akan masuk surga.Hal ini karena seseorang apabila mengucapkan kalimat syahadat sebanyak berapa pun lalu murtad dan mati di atas kemurtadannya, maka dia akan masuk neraka kekal di dalamnya.Allah berfirman (artinya) : “…Dan barangsiapa diantara kalian murtad dari agamanya lalu mati dalam keadaan kafir, maka mereka itu telah gugur seluruh amalan shalihnya di dunia dan akherat.Merekalah penduduk neraka dan kekal di dalamnya”.(Al Baqarah : 217)
2) Sekalipun orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah tidak murtad, namun ia meninggal dunia dengan membawa dosa besar, maka ia di bawah kehendak Allah.Jika Allah berkehendak, maka Allah mengampuni dosa orang tersebut dan dia langsung masuk surga.Namun jika Allah berkehendak, maka Allah memberi azab terlebih dahulu lalu orang tersebut masuk surga.Azab tersebut berfungsi membakar dan menghapus dosa orang tersebut, sedangkan surga berfungsi sebagai balasan kemurahan Allah atas syahadatnya.
3) Ucapan syahadat itu memiliki rukun, syarat dan pembatal.Apabila rukun atau syarat tersebut tidak dipenuhi, maka ucapan syahadat tidak bermanfaat meski diucapkan berkali-kali.Demikian pula apabila salah satu pembatal syahadat ternyata dikerjakan yang akhirnya mengakibatkan murtad hingga ajal tiba, maka syahadat yang dahulu pernah diucapkan sama sekali tidak bermanfaat.
4) Orang-orang munafik di zaman Nabi mengucapkan syahadat.Namun ternyata ucapan syahadat tersebut sama sekali tidak memberikan manfaat, karena mereka tidak memenuhi syarat dan mengerjakan beberapa pembatal syahadat.Allah pun memasukkan mereka ke dalam kerak yang paling bawah di neraka, sebagaimana di dalam Surat An Nisaa’ ayat ke-145.Dengan demikian, sangat penting kita mengetahui apa yang menyebabkan orang-orang munafik menjadi penghuni kerak paling bawah di neraka, tidak sekedar mengetahui tokoh atau balasan mereka di akherat.
Dengan beberapa keterangan di atas, tampak jelas bahwa TIDAKLAH CUKUP SEKEDAR MENGUCAPKAN SYAHADAT untuk memasukkan seseorang ke surga atau menyelamatkan dirinya dari neraka.Wajib baginya untuk memenuhi rukun dan syarat syahadat sekaligus menjauhi seluruh pembatal syahadat, ditambah memperhatikan perintah dan larangan.
Rukun Syahadat Laa ilaaha illallaah
Rukun syahadat Laa ilaaha illallaah itu ada 2 yang keduanya saling terkait erat, yaitu :
1) Nafyu (meniadakan).Maksudnya meniadakan dan membatilkan seluruh bentuk peribadatan kepada segala sesuatu selain Allah.Rukun ini diambil dari petikan syahadat “Laa ilaaha”.
2) Itsbat (menetapkan).Maksudnya menetapkan dan membenarkan seluruh bentuk peribadatan kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.Rukun ini diambil dari petikan syahadat “illallaah”.
2 rukun syahadat ini merupakan 2 tiang yang membentuk makna atau arti syahadat sesungguhnya, yaitu tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah semata.Makna atau arti syahadat seperti inilah yang dimaksud di dalam Al Qur’an.Harus ada pengakuan bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu adalah batil, tidak boleh diibadahi dengan seluruh bentuk ibadah, baik ibadah kalbu (hati), ibadah lisan maupun ibadah badan.Demikian juga harus ada pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak diibadahi dengan seluruh bentuk ibadah, baik ibadah kalbu, ibadah lisan maupun ibadah badan.
Dari uraian singkat ini, ada beberapa kesalahan yang terjadi sejak dulu hingga saat ini di tengah kaum muslimin, yakni :
1) Mengartikan Laa ilaaha illallaah dengan “Tidak ada tuhan selain Allah”.Dikatakan sebuah kesalahan, bahkan fatal karena pengartian seperti ini tidak menunjukkan penetapan dan pembenaran ibadah hanya kepada Allah semata, sekaligus peniadaan dan pembatilan ibadah kepada selain Allah.Ringkasnya, pengartian di atas tidak ada kata “…yang berhak diibadahi…”.Semestinya pengartian yang benar adalah “Tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah” atau semakna dengan itu.Apalagi kalau kita membaca keyakinan orang-orang musyrik Arab jahiliah dahulu, ternyata mereka tidaklah mengingkari kalau Allah itu adalah sesembahan, bahkan pada prakteknya mereka juga beribadah kepada Allah.Hanya saja mereka menentang keras bila sesembahan yang benar itu hanya Allah semata dan sesembahan selain Allah itu batil.Atas dasar ini mereka pun dikatakan sebagai musyrikin, yaitu orang-orang yang beribadah kepada Allah tapi juga beribadah kepada selain Allah.
2) Adanya salah anggapan bahwa ibadah itu hanya sebatas ibadah anggota badan seperti sujud, ruku’ atau berdoa.Padahal yang sesungguhnya, ibadah itu cakupannya luas, meliputi ibadah kalbu, ibadah lisan dan ibadah anggota badan yang digerakkan dengan penuh ketundukan dan penghambaan diri.Salah satu contoh ibadah kalbu adalah tawakal.Tawakal adalah menyandarkan kalbu sepenuhnya kepada sesuatu untuk meraih kemanfaatan atau menolak / menghilangkan musibah.Apabila seseorang bertawakal kepada Allah semata, maka ia telah mewujudkan Laa ilaaha illallaah.Namun apabila seseorang bertawakal kepada selain Allah, maka ia telah berbuat syirik yang menggugurkan syahadat Laa ilaaha illallaah atau mengurangi kesempurnaan syahadat tersebut.
Syarat Syahadat Laa ilaaha illallaah
Salah seorang ulama dari kalangan tabi’in (murid sahabat Nabi), al-Hasan al-Bashri rahimahullah pernah bertanya kepada al-Farazdaq saat memakamkan isterinya : “Apa yang telah engkau siapkan untuk hari ini (hari kematian) ?”Maka al-Farazdaq menjawab : “Syahadat Laa ilaaha illallaah sejak 70 tahun lalu”.Lalu al-Hasan al-Bashri berkata : “Itu adalah sebaik-baik persiapan.Akan tetapi Laa ilaaha illallaah itu memiliki syarat-syarat”.(Ma’arijul Qabul)
Para ulama menyebutkan bahwa syahadat Laa ilaaha illallaah memiliki syarat-syarat yang bersumber dari penelitian terhadap Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi.Syarat-syarat tersebut adalah :
1) Ilmu.Maksudnya adalah berilmu tentang makna Laa ilaaha illallaah, tidak sekedar ikut-ikutan manusia (latah), yang ditunjukkan dengan mewujudkan konsekuensi (tuntutan) syahadat, yaitu menyerahkan segala bentuk ibadah kepada Allah semata dan menjauhi segala bentuk kesyrikan kepada Allah.Barangsiapa yang tidak berilmu tentang makna syahadat, maka ia akan terjatuh ke dalam kesyirikan dalam keadaan tidak menyadarinya.Dalil syarat ke-1 ini adalah firman Allah (artinya) : “…kecuali mereka yang bersaksi kebenaran dalam keadaan berilmu”.(Az Zukhruf : 86)
Maksud ayat ini adalah mereka yang bersaksi Laa ilaaha illallaah dalam keadaan berilmu, akan mendapatkan atau memberi syafaat kelak di hari kiamat.
Demikian pula firman Allah (artinya) : “Maka berilmulah bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah…”(Muhammad : 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya) : “Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan ia berilmu bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, maka dia akan masuk surga”.(HR.Muslim)
Dalam hadits ini, Nabi memberi syarat berupa ilmu agar seseorang yang bersyahadat dapat masuk surga.
2) Yakin.Maksudnya benar-benar meyakini kebenaran makna syahadat yang telah diucapkan dan konsekuensi (tuntutan) dibalik syahadat tersebut.Barangsiapa yang ragu terhadap makna syahadat dan tuntutan syahadat meski mengucapkan syahadat tersebut berkali-kali, maka ia adalah munafiq.Dalil syarat ke-2 ini adalah firman Allah (artinya) : “Hanyalah orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lalu tidak ragu-ragu…”(Al Hujurat : 15)
Nabi bersabda (artinya) : “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah.Tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini dalam keadaan tidak ragu-ragu, melainkan ia akan masuk surga”.(HR.Muslim)
3) Menerima.Artinya menerima makna dan tuntutan syahadat dengan lisan sekaligus kalbu (hati).Tidak cukup seseorang sekedar mengucapkan syahadat jika ternyata kalbunya berat menerima makna dan tuntutan syahadat.Dalil syarat ke-3 ini adalah dalil tentang sikap yang berlawanan dengan sikap menerima, yaitu sikap menolak dengan sombong.Dalil tersebut adalah firman Allah (artinya) : “Sesungguhnya mereka (orang-orang musyrik) itu jika dikatakan kepada mereka : Laa ilaaha illallaah, maka mereka menyombongkan diri.Mereka pun berkata : “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena penyair yang gila itu ?”.(Ash Shaffat : 35-36)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang musyrik jahiliah dahulu menolak secara lisan syahadat beserta tuntutannya, berdasarka petikan ayat : “Mereka pun berkata : “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami…”, sekaligus menolak syahadat dengan kalbu, berdasarkan petikan ayat : “…maka mereka menyombongkan diri”.
4) Tunduk.Maksudnya menjalani tuntutan syahadat dalam bentuk perbuatan anggota badan, tidak sekedar lisan dan keyakinan kalbu (hati).Kalau sikap menerima itu berkaitan dengan kalbu dan lisan, maka sikap tunduk itu berkaitan dengan anggota badan.Sikap tunduk merupakan konsekuensi (tuntutan) dari sikap menerima.Dalil syarat ke-4 ini adalah firman Allah (artinya) : “Dan barangsiapa yang menundukkan wajahnya kepada Allah dalam keadaan dia berbuat kebaikan, maka sungguh dia telah berpegang teguh dengan tali Allah yang kokoh (yaitu : Laa ilaaha illallaah, pen)…”(Luqman : 22)
5) Jujur.Maknanya mengucapkan syahadat dengan kejujuran yang tertanam kuat di dalam kalbu (hati).Ucapan syahadat melalui lisan benar-benar sesuai dengan apa yang ada di dalam kalbu, tidak berbeda.Barangsiapa mengucapkan syahadat melalui lisannya, namun kalbunya berbeda, maka ia adalah seorang munafiq pendusta.Allah berfirman tentang kaum munafik (artinya) : “Dan diantara manusia ada yang mengucapkan : “Kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal sebenarnya mereka tidak beriman”.(Al Baqarah : 8)
Nabi telah bersabda (artinya) : “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya dengan jujur dari kalbunya, melainkan Allah haramkan neraka bagi orang tersebut”.(HR.Muslim.Lihat al-Bukhari)
6) Ikhlas.Penjelasannya adalah mengucapkan syahadat dengan mengikhlaskan kalbunya mengharap bertemu dengan wajah Allah di surga, bukan karena tujuan duniawi seperti : riya’, sum’ah, terpaksa, sekedar agar dapat menikahi wanita muslimah, sekedar ingin menyelamatkan jiwa dan hartanya dalam peperangan melawan pasukan muslimin.Dalil syarat ke-6 ini adalah firman Allah (artinya) : “Dan tidaklah mereka diperintah, melainkan agar beribadah kepada Allah dalam keadaan lurus mengikhlaskan agama untuk Allah…”(Al Bayyinah : 5)
Nabi bersabda (artinya) : “Maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dalam keadaan berharap melihat wajah Allah (di surga, pen)”.(HR.al-Bukhari dan Muslim)
7) Cinta.Keterangannya ialah mencintai makna dan tuntutan syahadat serta orang-orang yang menegakkan syahadat ini, membenci kesyirikan dan orang-orang yang berada di atas kesyirikan.Dalil syarat ke-7 ini adalah firman Allah (artinya) : “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan sekutu-sekutu selain Allah.Mereka ini mencintai sekutu-sekutu tersebut seperti mencintai Allah.Sedangkan orang-orang yang beriman itu lebih besar kecintaan mereka kepada Allah…”(Al Baqarah : 165)
Wallahu a’lamu bish-Shawab