(Buat anak muda yang khawatir esok mau kerja apa?)
Bariq adalah nama sebuah gunung di wilayah Kufah, Irak. Sahabat Nabi bernama Urwah bin Al Ja'd, ada juga yang memberinya nama Urwah bin Abil Ja'd, pernah menetap di sana. Hingga Urwah pun sering dinisbatkan sebagai al Bariqi (penduduk gunung Bariq).
Ibn Hajar (al Ishobah 4/403) menyebut Urwah sebagai pejuang Islam yang turut menaklukkan negeri-negeri Syam yang sebelumnya dikuasai kerajaan Romawi. Selanjutnya, Urwah menghabiskan waktu dengan bergabung di pos militer daerah Baraaz-Ruuz (saat ini Baladruz, Irak). Pos tersebut berada di batas wilayah Islam dengan kerajaan Persia.
Semangat juang Urwah sangat tinggi dan terus terjaga hingga wafatnya di usia yang lanjut. Di rumah beliau, menurut sebuah riwayat, tersedia 60 ekor kuda perang. Kapanpun selalu siap digunakan untuk berjuang di jalan Allah. Urwah juga yang pernah mendengar Nabi Muhammad bersabda, ;
الخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الخَيْرُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ: الأَجْرُ وَالمَغْنَمُ
“Kuda; di ubun-ubunnya akan selalu terikat kebaikan hingga hari kiamat, yaitu pahala dan ghanimah” (HR Bukhari 2852 Muslim 1873)
Nama Urwah al Bariqi sering disebut-sebut ketika berbicara fikih jual beli. Di antaranya, saat menyentuh prinsip kejujuran. Urwah al Bariqi adalah teladan dalam kejujuran. Satu modal, yang bukan hanya modal terpenting dalam berdagang, bahkan pondasi keberhasilan dalam hidup.
Al Bukhari (3642) meriwayatkan tentang Urwah yang dipercaya dan diutus Nabi Muhammad untuk membeli seekor kambing. Uang satu dinar diberikan Nabi Muhammad. Rupanya, dengan uang tersebut, Urwah mampu membeli dua ekor kambing.Seekor dijualnya lagi seharga satu dinar, seekor satunya dibawa pulang. Urwah lantas menyerahkan untuk Nabi Muhammad ; seekor kambing dan uang satu dinar.
Sikap jujurnya itu membuat Nabi Muhammad mendoakan keberkahan dalam aktfitas jual belinya. Selanjutnya, Urwah dikenal sebagai pedagang sukses. Apapun yang dibeli lalu dijual kembali, pasti Urwah memperoleh laba. Bahkan pernah, belum sampai ke rumah, Urwah sudah mendapat untung sebanyak 40.000 keping uang. Urwah adalah sosok orang kaya di kota Kufah.
Ingat, Kawan! Kejujuran adalah modal terbesar dalam praktik jual beli. Jangan coba-coba berdusta!Jangan sekali-kali curang mengakali! Sekali saja engkau berbuat kotor, akan tersemat dan teringat bahwa jual belimu kotor. Walau sekali engkau culas , susah amat untuk membersihkan nama yang terlanjur rusak.
oooo____oooo
Realita jual beli memanglah unik.
Banyak pedagang meraih sukses, padahal lokasi tokonya cukup masuk ke dalam. Akses jalan biasa-biasa saja. Ada di sudut sempit sebuah pemukiman. Tidak ada papan plang penunjuk arah, Tanpa baliho besar. Bangunan tokonya biasa. Tiada aksesoris, tiada tambahan estetika, dan tiada ornamen menarik. Namun, aktifitas dagang di sana luar biasa padat.
Ia tidak jor-joran buat iklan. Tidak ada alokasi dana khusus buat promosi. Tim marketing bukan kemudian yang berlatar belakang sarjana ilmu manajemen atau ahli ekonomi. Media sosial tidak disetting besar-besaran. Namun, pembeli di sana sungguh sesak penuh.
Cerita demi cerita, pedagang semacam itu dikenal jujur dan amanah!
Sangat bertolak belakang dan bagai antara utara selatan dengan pedagang curang. Pedagang yang berbohong agar laris manis. Pedagang yang berlaku tidak jujur karena ingin cepat laku. Apalagi sampai ia menjelek-jelekkan sesama pedagang. Ia memfitnah dan membuat berita-berita hoax tentang pedagang lainnya. Agar tidak ada pedagang yang bisa menjadi pesaing. Di benaknya, hanya dirinyalah pedagang yang pantas sukses.
Pada akhirnya, pedagang curang seperti di atas, akan jatuh bangkrut. Akan ditinggalkan pembeli. Dijauhi pelaku pasar, bahkan dibenci. Sekalipun terlihat berhasil, itu hanya berlangsung sementara. Tidak akan lama. Meskipun bisa sempat meraih laba, ia tidak bisa merasa gembira. Dirinya dan keluarganya boleh jadi jauh dari bahagia. Karena ia curang!
Jika curangnya terlanjur diketahui pelaku pasar, pedagang semacam itu akan habis ceritanya. Meskipun ia promosi kemana-mana. Iklan dengan dana besar-besaran. Pakai sistem endorse dari orang yang punya popularitas. Meskipun ia membayar jasa marketing ternama. Media sosial dikerahkan dan dimaksimalkan. Hasilnya akan percuma. Kenapa? Terlanjur pelaku pasar mengenalnya sebagai pedagang yang curang.
Pujangga besar di masa Abbasiyyah, Mahmud al Warraq (wafat 225 H) bersyair (Ad Diwan, hal 152) :
كَذَبْتَ وَ مَنْ يَكْذِبْ فَإِنَّ جَزَاءَه إِذَا مَا أَتَى بِالصِّدْقِ أَلَّا يُصَدَّقَا
إِذَا عُرِفَ الكَذَّابُ بالْكَذِبِ لَمْ يَكُنْ لَدَى الناسِ ذَا صِدْقٍ وَ إِنْ كَانَ صَادِقا
وَ مِنْ آفَةِ الكَذَّابِ نِسْيَانُ كِذْبِهِ وَ تَلَقَّاهُ ذَا حِفْظٍ إِذَا كَانَ حَاذِقا
Kamu berbohong. Ingatlah, balasan orang berbohong adalah
Saat jujur sekalipun, orang tidak percaya
Bila seseorang telah dicap pembohong, maka seterusnya
Ucapannya tidak diterima orang, walau ia jujur
Parahnya si pembohong adalah cepat lupa dengan kebohongannya sendiri
Namun, bagi orang cerdas, bohongnya akan selalu diingat
Pesanku untukmu, wahai Anak muda. Tanamkan kejujuran pada dirimu sejak dini. Jangan coba-coba curang. Hingga saat nantinya engkau sudah berkeluarga dan mesti bekerja, engkau adalah pribadi yang jujur. Maka, keberhasilan bukanlah khayalan saja.
Lendah, 03 Agustus 2021
t.me/anakmudadansalaf