Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

tidak membalas bukan berarti kalah

2 tahun yang lalu
baca 7 menit

TIDAK MEMBALAS BUKAN BERARTI KALAH

Mari kita simak kisah yang disebutkan di dalam hadis yang sangat agung berikut ini dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, 

" أن رجلا شتم أبا بكر والنبي صلى الله عليه وسلم جالس، فجعل النبي

صلى الله عليه وسلم يعجب ويبتسم، فلما أكثر رد عليه بعض قوله، فغضب النبي

صلى الله عليه وسلم وقام، فلحقه أبو بكر فقال: يا رسول الله! كان يشتمني

وأنت جالس فلما رددت عليه بعض قوله، غضبت وقمت، قال: إنه كان معك ملك يرد

عنك، فلما رددت عليه بعض قوله وقع الشيطان، فلم أكن لأقعد مع الشيطان، ثم

قال يا أبا بكر! ثلاث كلهن حق: ما من عبد ظلم بمظلمة فيغضي عنها لله عز وجل إلا

أعز الله بها نصره، وما فتح رجل باب عطية يريد بها صلة إلا زاده الله بها

كثرة، وما فتح رجل باب مسألة يريد بها كثرة إلا زاده الله بها قلة ".

Ada seorang laki-laki yang mencela Abu Bakr dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam takjub kepada Abu Bakr dan tersenyum. 

Tatkala orang itu terus-menerus melakukannya, Abu Bakr pun membantah sebagian ucapannya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam marah dan berdiri kemudian pergi. 

Abu Bakar pun menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata, 

Wahai Rasulullah! Dia mencelaku sedangkan engkau duduk, maka tatkala aku membalas sebagian ucapannya, engkau marah dan berdiri. Lalu beliau bersabda, 

Sesungguhnya bersamamu tadi ada malaikat yang membelamu, maka ketika engkau membalas sebagian celaannya, setan mulai masuk dan aku tidak ingin duduk bersama setan, kemudian beliau bersabda, 

Wahai Abu Bakr ada tiga hal yang menjadi hak seorang hamba: 

1. Tidaklah hamba yang dizalimi dengan suatu kezaliman kemudian dia memilih berpaling darinya karena Allah, melainkan Allah akan muliakan dia dengan kemenanganNya.

2. Tidaklah seseorang membuka pada dirinya pintu memberi karena ingin menyambung silaturahim, melainkan akan Allah tambahkan menjadi banyak hartanya dengan sebab pemberian tersebut.

3. Tidaklah seseorang membuka untuk dirinya pintu meminta-minta agar mendapat banyak harta, melainkan akan Allah jadikan untuknya harta yang bertambah sedikit"(Ahmad, 2/436  disebutkan di dalam ash-Shahīhah, no. 2231.)

Bolehkah membalas celaan? 

Di dalam agama islam, dibolehkan seseorang membalas tatkala disakiti dengan balasan yang tidak melampaui batas. Syekh Abdul Muhsin al-Abbad berkata, 

ومن المعلوم أن الإنسان عندما يحصل له أذى أو أي شيء، فله أن يجازي بمثل ما جوزي به، ولا يزيد، 

"Dan perkara yang telah diketahui bahwa tatkala seseorang diganggu atau apapun yang terjadi padanya, boleh dia membalas seperti yang dia disakiti dengannya dan tidak boleh lebih" ( Syarh sunan Abī Dāūd, 558/3).

Al-Imam an-Nawawi berkata, 

وَاعْلَمْ أَنَّ سِبَابَ الْمُسْلِمِ بِغَيْرِ حَقٍّ حَرَامٌ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَلَا يَجُوزُ لِلْمَسْبُوبِ أَنْ يَنْتَصِرَ إِلَّا بِمِثْلِ ما سبه مالم يَكُنْ كَذِبًا أَوْ قَذْفًا أَوْ سَبًّا لِأَسْلَافِهِ 

"Ketahuilah bahwa mencela seorang muslim tanpa hak hukumnya haram sebagaimana kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, 

'Mencela seorang muslim merupakan kefasikan.' 

Tidak boleh bagi yang dicela untuk melakukan pembelaan kecuali seperti yang dilakukan orang itu terhadapnya dan tidak boleh melakukan pembelaan yang padanya terdapat kedustaan, tuduhan zina, atau mencela pendahulu-pendahulunya"(Syarh shahīh Muslim, 16/141). 

Bagaimanakah contoh membalas atau membela diri yang dibolehkan?

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menerangkan, 

 فَمِنْ صُوَرِ الْمُبَاحِ أَنْ يَنْتَصِرَ بِيَا ظَالِمُ يَا أَحْمَقُ أَوْ جَافِي أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ لِأَنَّهُ لَا يَكَادُ أَحَدٌ يَنْفَكُّ مِنْ هَذِهِ الْأَوْصَافِ

" Di antata contoh membalas yang dibolehkan, seseorang membalas dengan ucapan, wahai orang yang zalim, wahai orang yang bodoh, wahai orang yang kejam atau yang semisal itu karena hampir-hampir tidak lepas seorang pun dari sifat-sifat ini"( Syarh shahīh Muslim, 16/141). 

Mana yang lebih utama antara membalas dan memaafkan?

Sungguh memaafkan tentu lebih utama. Al-Imam an-Nawawi menerangkan, 

فَالصَّبْرُ وَالْعَفْوُ أَفْضَلُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عزم الامور وللحديث المذكور بعد هذا مازاد اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

"Bersabar dan memaafkan tentu lebih utama. Allah ta'ala berfirman, 

'Sungguh orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya itu merupakan hal yang semestinya ditekadkan'( asy-Syura:43).
Dan berdasarkan hadis, 

'Tidaklah Allah menambahkan bagi hamba yang memaafkan melainkan kemuliaan'( Syarh Shahīh Muslim, 16/141). 

Syekh Abdul Muhsin al-Abbad hafidzahullah berkata, 

 ولكن صبره هو المطلوب، وهو الأولى والأفضل، وهو المرغب فيه، كما قال الله عز وجل: {وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ} [النحل:١٢٦]، فقوله: ((وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ)) أي: عقوبة ليس فيها زيادة، ولكن هناك شيء أحسن من المعاقبة بالمثل والانتصار للنفس، وهو الصفح والتجاوز، ولهذا قال: ((وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ)).

"Namun, tatkala seseorang bersabar, inilah yang dituntut dan ini lebih baik dan lebih utama, dan hal ini dianjurkan sebagaimana Allah 'azza wa jalla berfirman, 

'Jika kalian diganggu, maka balaslah seperti yang kalian diganggu dengannya dan jika kalian bersabar, tentu kesabaran itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar'( an-Nahl:127). 

Firman Allah, 

'Jika kalian diganggu, maka balaslah seperti yang kalian diganggu dengannya.'

Yakni balasan yang tidak lebih dari itu namun, ada yang lebih utama dari membalas dengan yang sama dan membela diri yaitu memaafkan. Oleh karena ini Allah berfirman, 

'dan jika kalian bersabar, tentu kesabaran itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar'"( Syarh sunan Abī Dāūd, 558/3). 

Maslahat tatkala seseorang diam dan tidak membalas

Sungguh maslahatnya sangat besar tatkala kita diam dan tidak membalas. Oleh karena itulah Rasulullah takjub dan tersenyum tatkala Abu Bakr tidak membalas dan beliau marah ketika Abu Bakar membalas sebagian ucapan si pencela kenapa? Karena tatkala beliau tidak membalas, maka malaikat bersamanya namun, tatkala beliau membalas, setan mulai datang dan bermain. Syekh Abdul Muhsin al-Abbad berkata, 

فلما انتصرت وقع الشيطان)؛ لأن الشيطان يريد أن يحصل الخصام والمنازعة، وكل واحد يتكلم على الآخر، ومن المعلوم أن السكوت فيه السلامة، وإذا حصل الرد فقد يكون بأكثر، وقد يكون بالمثل، ولكنه يترتب على ذلك أن يزيد ذلك الذي تكلم أولاً؛ لأنه يريد أن يفتح له الباب في أن يتكلم عليه، ومعلوم أن ذلك سائغ، ولكن تركه في حق من هو من أهل الكمال مثل أبي بكر الصديق رضي الله عنه أولى،

"Karena setan menginginkan permusuhan dan pertikaian, tatkala masing-masing membalas berucap kepada yang lain. Dan telah diketahui bahwa diam padanya terdapat keselamatan. Apabila terjadi membalas dengan membantah, bisa jadi bantahan tersebut lebih banyak dan bisa jadi dengan yang semisal namun, hal itu akan berakibat si pencela memperpanjang ucapannya. Karena dia ingin membuka pintu agar dia juga berbicara, dan telah diketahui bahwa hal ini boleh, namun, bagi orang yang memiliki keutamaan seperti Abu Bakar, tentu lebih utama meninggalkannya" (Syarh sunan Abī Dāūd, 558/3).

Di dalam penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa di antara maslahat ketika seseorang diam adalah dibela oleh malaikat yang mereka adalah sebaik-baik makhluk yang dekat dengan Allah ta'ala, dijauhkan dari majelis setan yang tentu merupakan sifat setan adalah berusaha membuat seseorang tergelincir dan jatuh. Dan tatkala seseorang diam dan tidak membalas, tentu tidak akan  menimbulkan masalah yang lebih besar. Oleh karena itu hendaknya seseorang tidak membalas celaan yang dihadapkan kepadanya dan hal ini tidaklah  menunjukkan bahwa dia lemah, kalah dan tidak mampu membalas namun, ingatlah! Keutamaan Allah itu begitu besar dan tentu orang yang berjiwa besar dan cerdas,  menginginkan keutamaan dan kemaslahatan yang lebih besar. Tidak sebagaimana orang yang selalu memberikan reaksi pada setiap kejadian sehingga dengan sebab itu dia banyak tergelincirnya allaahulmusta'aan. Subhanallah ini merupakan faedah yang penting dan sangat berharga, terlebih di masa-masa fitnah sedang berkecamuk. 

Inilah akhir pembahasan ini. Semoga Allah berikan taufik kepada setiap yang membacanya dan setiap kaum muslimin. 

Sumber : t.me/alfudhail
Oleh:
Atsar ID