Terjemah Kitab Tafsir Kalimat Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ditanya tentang makna Lailahaillallah?
Maka beliau menjawab,
اعلم رحمك الله أنّ هذه الكلمة هي الفارقة بين الكفر والإسلام، وهي كلمة التقوى، وهي العروة الوثقى، وهي التي جعلها إبراهيم عليه السلام كلمة باقية في عقبه لعلهم يرجعون.
“Ketahuilah semoga Allah Ta’ala merahmati anda, bahwasanya kalimat ini merupakan pembeda antara kekufuran dan islam.
Ia disebut kalimat taqwa dan urwatul wustqo (tali yang kuat), dan ia juga kalimat yang Ibrahim 'alaihissalam menjadikannya terus ada pada anak keturunannya agar mereka mau kembali.
وليس المراد قولها باللسان مع الجهل بمعناها، فإنّ المنافقين يقولونها وهم تحت الكفار في الدّرك الأسفل من النار، مع كونهم يُصلون ويتصدقون، ولكن المراد قولها مع معرفتها بالقلب ومحبتها ومحبة أهلها وبغض ما خالفها ومعاداته
Dan yang dimaukan kalimat ini bukan sekadar mengucapkannya dengan lisan namun jahil terhadap maknanya.
Karena kaum munafikin juga mengucapkannya (namun keadaan mereka di akhirat) di bawah orang-orang kafir, yaitu “Di dasar neraka yang paling bawah.” (QS. An-Nisaa’:145)
padahal mereka juga shalat dan bersedekah.
Namun yang dimaukan ialah mengucapkannya disertai meyakininya dengan hati, dan mencintainya juga mencintai ahlinya, dan membenci orang-orang yang menyelisihinya dan memusuhinya.
كما قال النبي صلى الله عليه وآله وسلم: « من قال لا إله إلاّ الله مخلصا » ، وفي رواية « خالصا من قلبه » ، وفي رواية « صادقا من قلبه » وفي حديث آخر: « من قال لا إله إلاّ الله وكفر بما يُعبد من دون الله »
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang mengucapkan Lailahaillallah dengan ikhlas.” Dalam riwayat lain, “ikhlas dari hatinya.” Dalam riwayat lain, “jujur dari hatinya.”
Dan dalam hadits yang lain, “Barangsiapa yang mengucapkan lailahaillallah dan mengkufuri segala bentuk peribadahan kepada selain Allah.”
إلى غير ذلك من الأحاديث الدالة على جهالة أكثر الناس بهذه الشهادة
Dan hadits-hadits lainnya yang menujukkan bahwa kebanyakan manusia jahil (tidak memahami) persaksian ini.
فاعلم أن هذه الكلمة نفي وإثبات نفي الإلهية عمّا سوى الله تعالى من المخلوقات، حتى محمد صلى الله عليه وآله وسلم، وجبرائيل فضلا عن غيرهم من الأولياء والصالحين.
Maka Ketahuilah, bahwasanya kalimat ini adalah nafi dan itsbat,
yaitu menafikan ketuhanan selain Allah subhanahu wata’ala dari para makhluk. Bahkan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Jibril sekalipun. Terlebih selain keduanya dari pada nabi dan orang-orang shalih.
وإثباتها لله عز وجل
Dan itsbat (menetapkan) ibadah itu hanya untuk Allah 'Azza wa Jalla.
Beliau melanjutkan,
إذا فهمت ذلك، فتأمل هذه الألوهية التي أثبتها الله لنفسه، ونفاها عن محمد، وجبرائيل عليهما السلام، فضلا عن غيرهما من الأولياء والصالحين، أن يكون لهم مثقال حبة خردل.
Apabila kamu telah memahami hal ini, maka perhatikanlah sifat ketuhanan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, dan Dia nafikan (sifat ketuhanan itu) dari Muhammad dan Jibril ‘alaihimassalam, lebih-lebih lagi dari selain keduanya baik itu para wali dan orang-orang shalih, bahwa mereka tidak memilikinya seberat biji sawi sekalipun.
إذا عرفت هذا، فاعلم أن هذه الألوهية هي التي تسميها العامة، في زماننا: السر، والولاية; فالإله معناه: الولي الذي فيه السر; وهو الذي يسمونه: الفقير، والشيخ; وتسميه العامة: السيد، وأشباه هذا; وذلك أنهم يظنون، أن الله جعل لخواص الخلق عنده منزلة، يرضى أن الإنسان يلتجئ إليهم ويرجوهم، ويستغيث بهم، ويجعلهم واسطة بينه وبين الله; فالذي يزعم أهل الشرك في زماننا أنهم وسائطهم، هم الذين يسميهم الأولون: الإله، والواسطة هو الإله، فقول الرجل: لا إله إلا الله، إبطال للوسائط.
Apabila kamu telah memahami perkara ini, maka ketahuilah bahwasanya bentuk ketuhanan seperti inilah yang dinamakan oleh orang sekarang dengan sirr dan wilayah.
Maka Tuhan maknanya adalah seorang wali yang memiliki sirr, mereka menamakannya dengan faqir dan syaikh. Dan orang awam menyebutnya dengan sayyid dan yang semisalnya.
Hal itu disebabkan mereka menyangka bahwa Allah memberikan kedudukan khusus bagi hamba-hamba pilihan-Nya, yang mana Allah ridha bila manusia berlindung, berharap, dan beristighasah kepada mereka, dan menjadikan mereka sebagai perantara antara dirinya dengan Allah.
Maka orang-orang yang dianggap sebagai perantara (penyampai kebutuhan mereka kepada Allah) oleh pelaku kesyirikan di zaman kita ini, sebenarnya (oleh pelaku kesyirikan) di zaman dahulu dinamakan dengan tuhan, maka perantara sama sama saja dengan tuhan (yang disembah).
Sehingga ucapan “lailahaillallah” membatalkan perantara-perantara tersebut (karena hakekatnya mereka adalah tuhan yang disembah,pen).
Beliau melanjutkan,
إذا أردت أن تعرف هذا معرفة تامة، فذلك بأمرين: الأول: أن تعرف أن الكفار الذين قاتلهم النبي صلى الله عليه وسلم وقتلهم، وغنم أموالهم، واستحل دماءهم، وسبى نساءهم، كانوا مقرين لله بتوحيد الربوبية; وهو أنه لا يخلق إلا الله، ولا يرزق، ولا يحيي، ولا يميت، ولا يدبر الأمر إلا الله، كما قال تعالى: {قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ} [سورة يونس آية: 31] .
Apabila kamu ingin memahami perkara ini dengan baik, maka bisa dengan dua perkara:
Pertama: dengan anda mengetahui bahwasanya orang-orang kafir yang diperangi dan dibunuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dirampas hartanya, dihalalkan darahnya, dan ditawan para wanitanya, adalah orang-orang yang mengakui tauhid rububiyyah bagi Allah, yaitu (mereka yakin bahwa) tidak ada Pencipta, Pemberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, dan mengatur urusan kecuali Allah. Sebagaimana firman (Allah) ,
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus:31)
وهذه: مسألة عظيمة، مهمة، وهي: أن تعرف أن الكفار شاهدون بهذا كله، ومقرون به، ومع هذا لم يدخلهم في الإسلام، ولم يحرم دماءهم وأموالهم، وكانوا أيضا يتصدقون، ويحجون، ويعتمرون، ويتعبدون، ويتركون أشياء من المحرمات، خوفا من الله عز وجل.
▪️ Ini merupakan masalah yang agung dan penting, yaitu anda megetahui bahwasanya orang-orang (tersebut) mempersaksikan dan mengakui semua ini. Namun ternyata (keyakinan mereka tersebut) belum cukup membuat mereka masuk ke dalam Islam, dan tidak mengharamkan harta dan darah mereka. Padahal mereka juga bersedekah, berhaji dan umrah, beribadah, dan meninggalkan beberapa perkara yang haram karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Beliau melanjutkan,
ولكن الأمر الثاني، هو الذي كفرهم، وأحل دماءهم وأموالهم، وهو: أنهم لا يشهدون الله بتوحيد الألوهية وهو: أنه لا يدعى إلا الله، ولا يرجى إلا الله وحده لا شريك له، ولا يستغاث بغيره، ولا يذبح لغيره، ولا ينذر لغيره، لا لملك مقرب، ولا نبي مرسل، فمن استغاث بغيره فقد كفر، ومن ذبح لغيره، فقد كفر، ومن نذر لغيره فقد كفر; وأشباه هذا.
Akan tetapi perkara yang kedua (lebih besar lagi); yaitu yang membuat mereka kafir, dan menjadikan halal darah dan harta mereka adalah mereka tidak mempersaksikan tauhid uluhiyah bagi Allah, yaitu; tidak ada yang boleh dimintai do’a kecuali Allah, tidak dimintai harapan kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan juga tidak beristighasah kepada selainnya, tidak menyembelih dan bernazar kepada selain-Nya, tidak kepada malaikat yang dekat dan tidak pula kepada nabi yang diutus.
Barangsiapa yang beristighasah kepada selain Allah dia kafir, barangsiapa menyembelih untuk selain Allah dia kafir, dan barangsiapa bernazar kepada selain Allah dia kafir, dan seterusnya.
وتمام هذا: أن تعرف أن المشركين الذين قاتلهم رسول الله صلى الله عليه وسلم كانوا يدعون الملائكة، وعيسى، وعزيرا، وغيرهم من الأولياء، فكفرهم الله بهذا، مع إقرارهم بأن الله هو الخالق، الرازق، المدبر; فإذا عرفت معنى لا إله إلا الله وعرفت أن من نخا نبيا أو ملكا، أو ندبه، أو استغاث به، فقد خرج من الإسلام؛ وهذا هو الكفر، الذي قاتلهم عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم
Lebih jelasnya lagi, agar kamu mengetahui bahwasanya pelaku kesyirikan yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mereka itu berdo’a kepada malaikat, Isa, Uzair, dan para wali. Karena sebab itulah Allah mengkafirkan mereka. Padahal mereka meyakini Allah adalah Pencipta, Pemberi rejeki, dan Pengatur (alam semesta).
Apabila kamu telah mengetahui makna Lailahaillallah dan kamu juga telah mengetahui bahwa orang-orang yang mengkultuskan Nabi atau Malaikat, atau memanggil-manggilnya, atau beristighasah kepadanya, ia keluar dari Islam, maka inilah hakekat kekafiran, yang dahulu diperangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
فإن قال قائل من المشركين: نحن نعرف أن الله هو الخالق، الرازق، المدبر، لكن هؤلاء الصالحين مقربون، ونحن ندعوهم، وننذر لهم، وندخل عليهم، ونستغيث بهم، نريد بذلك الجاه، والشفاعة وإلا فنحن نفهم أن الله هو المدبر; فقل: كلامك هذا دين أبي جهل وأمثاله; فهم يدعون عيسى، وعزيرا، والملائكة، والأولياء، يقولون: {مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [سورة الزمر آية: 3] ، وقال: {وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ} [سورة يونس آية: 18] .
Jika ada orang musyrik yang mengatakan, “Kami mengetahui bahwasanya Allah adalah Pencipta, Pemberi rejeki, dan Pengatur alam semesta. Akan tetapi orang-orang shalih itu memiliki kedekatan (dengan Allah). Dan kami berdo’a, bernazar, mendekatkan diri, dan beristighasah kepada mereka hanya menginginkan jaah (kedudukan) dan syafa’at (bantuan) mereka, kami paham bahwa Allah lah yang mengatur (alam semesta).
Maka jawablah, “Ucapan anda ini merupakan agama yang dianut oleh Abu Jahl dan kawan-kawannya. Mereka dahulu menyembah Isa, Uzair, Malaikat, dan para wali, seraya mengatakan,
“Kami tidak menyembah mereka melainkan semata-mata agar mereka mendekatkan kami kepada Allah.” (QS. Az-Zumar:3)
Dan Allah berfirman,
“Mereka menyembah tuhan selain Allah yang tidak dapat membahayakan mereka, dan tidak pula memberi manfaat mereka. Dan mereka mengatakan, mereka ini adalah pemberi-pemberi syafa’at kami di sisi Allah.” (QS. Yunus:18)
Beliau melanjutkan,
فإذا تأملت هذا تأملا جيدا، عرفت أن الكفار يشهدون لله بتوحيد الربوبية، وهو التفرد بالخلق، والرزق، والتدبير؛ فهم ينخون عيسى، والملائكة، والأولياء يقصدون أنهم يقربونهم إلى الله زلفى، ويشفعون لهم عنده; وعرفت أن الكفار، خصوصا النصارى منهم من يتعبد الليل والنهار، ويزهد في الدنيا، ويتصدق بما دخل عليه منها، معتزلا في صومعة عن الناس، ومع هذا كافر، عدو لله، مخلد في النار، بسبب اعتقاده في عيسى أو غيره من الأولياء، يدعوه، ويذبح له، وينذر له; تبيّن لك كيف صفة الإسلام، الذي دعا إليه نبيك صلى الله عليه وآله وسلم، وتبين لك أن كثيرا من الناس عنه بمعزل; وتبين لك: معنى قوله صلى الله عليه وسلم: " بدأ الإسلام غريبا، وسيعود غريبا كما بدأ
Apabila kamu mengamati hal ini dengan baik, kamu akan mengetahui bahwasanya orang-orang kafir mempersaksikan tauhid rububiyah bagi Allah, yaitu mengesakan Allah dalam penciptaan, pemberian rejeki, dan pengaturan alam semesta. Akan tetapi mereka mengkultuskan Isa, Malaikat, dan para wali dengan tujuan mendekatkan diri mereka kepada Allah semata, dan memberikan syafa’at bagi mereka di sisi Allah.
Dan anda mengetahui bahwasanya orang-orang kafir, terkhusus kaum Nashara di antara mereka ada yang beribadah di malam dan siang hari, menjauhi dunia, bersedekah, dan mengasingkan diri dari manusia di tempat ibadah mereka. Namun begitu, ia adalah kafir, musuh Allah, dan kekal di neraka. Disebabkan keyakinan mereka tentang Isa dan para wali selainnya, yang mereka berdo’a kepadanya, menyembelih untuknya, dan bernazar kepadanya.
(dengan mengamati hal ini) Menjadi jelas bagimu bagaimana sifat Islam yang didakwahkan oleh Nabimu shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan menjadi jelas bagimu bahwasanya manusia sangat jauh darinya. Dan menjadi jelas pula bagimu makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Islam dimulai dengan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana mulanya.”
فالله، الله، إخواني! تمسكوا بأصل دينكم أوله وآخره، أسه ورأسه، وهو: شهادة أن لا إله إلا الله; واعرفوا معناها; وأحبوا أهلها، واجعلوهم إخوانكم، ولو كانوا بعيدين; واكفروا بالطواغيت، وعادوهم، وأبغضوا من أحبهم، أو جادل عنهم، أو لم يكفرهم، أو قال: ما علي منهم، أو قال: ما كلفني الله بهم، فقد كذب هذا على الله، وافترى; بل كلفه الله بهم، وفرض عليه الكفر بهم، والبراءة منهم، ولو كانوا: إخوانه، وأولاده; فالله، الله، تمسكوا بأصل دينكم، لعلكم تلقون ربكم، لا تشركون به شيئا. اللهم توفنا مسلمين، وألحقنا بالصالحين.
Maka takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Wahai saudaraku, berpeganglah dengan pokok agamamu, awalnya dan akhirnya, pangkalnya dan ujungnya, yaitu persaksikan LAILAHAILLALLAH (tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah).
Pahamilah maknanya, cintailah ahlinya, jadikanlah mereka saudaramu walaupun tinggal berjauhan. Dan kufurilah thaghut, musuhilah mereka, bencilah orang yang mencintai mereka, atau yang membela mereka, atau yang tidak mengkafirkan mereka, atau yang mengatakan ‘aku tidak punya urusan dengan mereka’, atau mengatakan ‘Allah tidak membebaniku dengan mereka’. Sungguh orang ini telah berdusta dan lancang atas Allah. Bahkan Allah membebaninya dengan mereka, dan mewajibkan atasnya untuk mengingkari dan berlepas diri dari mereka, walaupun mereka itu saudaranya dan anaknya.
Maka takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Berpeganglah dengan pokok agama kalian, agar kalian bertemu Rabb kalian dalam keadaan tidak menyekutukannya dengan suatu apa pun.
Ya Allah wafatkanlah kami sebagai muslimin dan sertakanlah kami bersama orang-orang yang shalih.
Beliau rahimahullah melanjutkan,
ولنختم الكلام بآية ذكرها الله في كتابه، تبين لك أن كفر المشركين من أهل زماننا، أعظم من كفر الذين قاتلهم رسول الله صلى الله عليه وسلم. قال تعالى: {وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ} الآية [سورة الإسراء آية: 67] ، فقد ذكر الله تعالى عن الكفار، أنهم إذا مسهم الضر تركوا السادات والمشائخ، فلا يدعونهم، ولا يستغيثون بهم، بل يخلصون لله وحده لا شريك له، ويستغيثون به ويوحدونه; فإذا جاء الرخاء أشركوا.
Kita tutup pembahasan ini dengan sebuah ayat yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya, yang menjelaskan kepadamu bahwa kekufuran orang-orang musyrikin di zaman kita lebih besar dari kekufuran orang-orang yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan apabila mereka ditimba kesulitan di tengah lautan, hilanglah segala yang mereka ibadahi selain Allah.” Hingga akhir ayat (QS. Al-Isra’:67)
Allah Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir, bahwasanya mereka jika ditimpa kesulitan, mereka meninggalkan para sayyid dan syaikh mereka. Mereka pun tidak lagi berdo’a kepada mereka, dan tidak pula beristighosah dengan mereka. Bahkan mereka mengikhlaskan (ibadahnya) untuk Allah semata tiada sekutu baginya. Mereka beristighosah hanya kepada Allah, dan mereka mentauhidkan Allah. Namun bila telah datang kelapangan, mereka kembali berbuat syirik.
وأنت ترى المشركين من أهل زماننا، ولعل بعضهم يدعي أنه من أهل العلم، وفيه زهد واجتهاد وعبادة، وإذا مسه الضر، يستغيث بغير الله، مثل: معروف، وعبد القادر الجيلاني، وأجل من هؤلاء، مثل: زيد بن الخطاب، والزبير وأجل من ذلك مثل: رسول الله صلى الله عليه وسلم. فالله المستعان! وأعظم من ذلك، وأعظم: أنهم يستغيثون بالطواغيت، والكفرة المردة، مثل: شمسان; وإدريس، ويوسف، وأمثالهم; والله أعلم.
Tapi kamu melihat pelaku kesyirikan di zaman kita, sebagian mereka mengaku sebagai orang yang berilmu, tampak padanya kezuhudan, kesungguhan, dan ibadah. Namun ketika ditimpa kesulitan, ia pun beristighosah kepada selain Allah, seperti kepada Ma’ruf, Abdul Qadir al-Jailani, dan kepada orang yang lebih mulia dari mereka seperti, Zaid bin al-Khattab dan Zubair. Dan kepada yang lebih mulia dari mereka seperti kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allahul musta’an.
Lebih parah lagi, mereka bersitighosah kepada para thaghut dan orang-orang kafir yang murtad, semacam Syamsan, Idris, Yusuf, dan yang seperti mereka. Wallahu a’lam.
✅ Selesai, walhamdulillah
Sumber : t.me/warisansalaf