Siapkah Kita Bertemu Dengan Kematian ?
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan kepada segala sesuatu yang bernyawa akan merasakan yang namanya kematian.
Tak ada seorangpun yang bisa mengelak darinya, sekuat apapun dia, sekaya apapun hamba tersebut jika ajal sudah datang dia pun tak bisa mengelak darinya.
Malaikat datang menghampiri hamba tersebut (yaitu datang dalam rangka menunaikan tugasnya untuk mencabut nyawa hamba tersebut).
Anak, cucu, ataupun sanak family yang lainnya meneteskan air mata mereka. Rasa sedih mulai perlahan mengisi ruang dihati mereka.
Orang yang dulu tertawa bersama, bercanda bersama, tenyata kini hanya terbaring kaku tak bergerak sedikitpun.
Hembusan nafasnya yang dahulu sering didengar oleh mereka, alunan suaranya yang dahulu terdengar ditelinga-telinga mereka,
kini sudah tiada, kini sudah terdiam membisu tak dapat berkata sepatah katapun.
Rumahnya pun perlahan mulai ramai didatangi oleh tetangga dan keluarganya.
Akan tetapi mereka datang bukan untuk berbincang bersama sang pemilik rumah tersebut melainkan mereka datang dengan diselimuti kesedihan melihat keadaan sang pemilik rumah tersebut yang sudah tak bernyawa lagi.
Lagi-lagi manusia ditutup dengan kabut kesedihan dalam hati mereka.
Jenazah pun mulai diproses.
Ia di mandikan, kemudian di kafani, lalu setelah itu manusia menshalatinya.
Setelah selesai, tibalah saatnya dia diantarkan ke kediaman terakhirnya yang hanya berluaskan 1x2.
Tak ada lagi atap yang mengiupinya dari matahari.
Tak ada lagi benda-benda yang disukai disisnya.
Hanya ada sebuah lobang yang nantinya dia akan di masukkan kedalamnya.
Akhirnya iapun dimasukkan oleh kerabat-kerabatnya kedalam lobang tersebut dan di timbun dengan tanah diatasnya.
Pemakamanpun selesai..
Orang yang menghantarkannya pun perlahan mengangkat kaki-kaki mereka.
Mereka sedikit demi sedikit melangkahkan langkah-langkah mereka.
Ditinggallah orang tersebut di tempat istirhatnya yang baru.
Demikian, kejadian yang acap kali kita saksikan ketika ada seseorang yang meninggal dunia di sekitar kita.
Tapi pertanyaannya,
"Sadarkah kita, bahwa kitapun akan sama dengan dirinya tatkala kematian menjemput kita?"
Jika kita sadar akan hal tersebut, kita kembali kepada pertanyaan yang berikutnya..
Ingat, tujukan pertanyaan ini untuk kali pertamanya kepada kita bukan kepada yang lainnya.
Apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi kematian yang akan datang kepada kita?
Tidakkah kita bersiap untuk menghadapi hal tersebut?
Amalan shaleh apa yang bisa menjadi pemberat di akherat nanti tatkala amalan-amalan kita di timbang?
Tidakkah engkau pernah mendengar Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam al-Qur'an..
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَد }
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)". [QS. Al-Hasyr: 18 ].
Apa yang sudah kita perbuat?
Jangan sampai kematian lebih dahulu datang kepada kita dalam keadaan kita belum berbuat apa-apa dari amalan shaleh.
Jangan sampai kematian sudah didepan mata baru timbul kekecewaan dan penyesalan dari apa yang tidak ia kerjakan ketika masih hidup.
Sungguh tak berarti sedikitpun apa yang ia sesali dari hal tersebut.
Maka bersegeralah wahai saudaraku untuk beramal, jangan lagi kau tunda-tunda....
Ditulis di keheningan malam yang di sertai rintikan hujan kecil di kota susu, Boyolali 7 Rabi'ul Awwal 1437 / 18 Desember 2015.
Penulis Forum
S O S Ilmiyyah.
****
Disebarkan Oleh Happy Islam | Arsip Fawaid Salafy
Join Channel Telegram