SAAT SUNGAI MENGHANYUTKANNYA
Oleh : Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i حفظه الله تعالى
|
Saat Sungai Menghanyutkan Bayi Nabi Musa |
Jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi? Berdoalah kepada Allah, agar Dia menghendaki kebaikan untuk Anda.
Fir'aun adalah lambang kesombongan, kekafiran, dan keangkuhan. Fir'aun adalah seorang penguasa lalim dan zalim. la berbuat semena-mena terhadap rakyatnya. Dibuatnya rakyat menjadi berkasta-kasta. Bani Israil menjadi kasta terendah dan paling hina di matanya. Padahal, saat itu, Bani lsrail adalah kaum yang dimuliakan Allah di atas muka bumi.
Begitu rendah dan hinanya Bani Israil di mata Fir'aun. sampai dia membunuh ribuan bayi Iaki-laki. Sementara, bayi perempuan tetap dibiarkannya hidup. Fir'aun sangat cemas apabila kaum laki-laki Bani Israil berkembang lebih banyak, tentu kerajaan dan kekuasaannya akan goncang dan goyah.
Namun, jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi? Berdoalah kepada Allah, agar Dia menghendaki Anda terhindar dari keburukan.
Fir’aun dan para pengikutnya semakin sombong dan angkuh. la merasa dirinyalah penguasa di alam semesta ini. Ia merasa berhak mengatur, memerintah, dan melarang. Sungguh celaka seorang hamba yang tidak menyadari kadar dirinya di hadapan Allah, Penguasa alam semesta.
Sementara, Bani lsrail hidup dalam ketakutan, kehinaan, dan ketidakberdayaan. Mereka sama sekali tidak mengerti harus berbuat apa untuk terbebas dari kezaliman dan kelaliman Fir’aun. Alangkah beruntungnya seorang hamba yang tidak pernah memutuskan asa dari pertolongan Allah, Penguasa alam semesta.
Di masa-masa semacam itu, Allah hendak menunjukkan kekuasaan-Nya. Allah maha mampu untuk membinasakan dan menghancurkan hamba yang kafir dan sombong. Allah pun maha mampu untuk mengubah kehinaan menjadi kemuliaan.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (٥) وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ (٦)
"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.”
[Q.S. AI Qashash: 5-6].
Jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi?
Musa pun dikandung oleh sang ibunda. Betapa cemas dan khawatir sang ibunda akan keselamatan putranya. Kecemasan dan kekhawatiran yang pasti dirasakan oleh setiap wanita yang mengandung pada zaman itu. Kaki tangan Fir'aun telah gelap mata. Tidak ada satu pun wanita hamil yang bisa lepas dari pantauan dan pengawasan mereka.
Subhanallah
Adakah yang menyangka? Pernahkah terlintas di benak Bani lsrail saat itu, bahwa kemenangan dan pertolongan dari Allah telah tiba dan akan segera terwujud. Ya, sang ibunda hamil dan mengandung Musa tanpa ada seorang pun yang mengetahui. Lihatlah! Jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi.
Musa akhirnya lahir di alam dunia dengan selamat. Sang ibunda yang mengetahui bahwa anak yang terlahir laki-laki menjadi gelisah dan takut. Bagaimana tidak gelisah, Musa bayi benar-benar menyenangkan dan menyejukkan pandangan. Bahkan, inilah salah satu keistimewaan Musa. Setiap orang yang memandangnya pasti akan tertarik dan simpati.
Allah سبحانه وتعالى berfirman kepada Musa:
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي
"Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku." [Q.S. Thaha: 39].
Allah memerintahkan kepada sang ibunda untuk merawat dan menyusui anak laki-lakinya. Namun, jika sang ibunda masih juga cemas akan keselamatannya, maka Allah memerintahkannya untuk menghanyutkan Musa di arus sungai Nil di sebuah keranjang tertutup.
Jangan takut! Jangan bersedih! Allah berjanji akan menjaga dan melindungi Musa. la pasti selamat dan tumbuh berkembang dalam keadaan terjaga. Bahkan, kelak Musa akan menjadi seorang rasul, utusan dari Allah.
Sungguh tidak masuk di akal. Namun, bukankah akal manusia sangat pendek dan terbatas? Tidak pantas seorang hamba lemah berdiri di atas akalnya kala diseru dan dipanggil oleh firman-firman-Nya dan sabda-sabda rasul-Nya. Benar-benar ajaib!
Apakah mungkin bayi lemah dapat selamat ketika dihanyutkan di arus sebuah sungai? Kenapa hal itu mesti dilakukan?Ancaman dari kaki tangan Fir'aun yang akan membunuh setiap bayi Iaki-laki dari Bani Israil masih terus mengintai. Ancaman bunuh dan kekhawatiran jika dihanyutkan di arus sungai, manakah yang harus dipilih?
Perintah dari Allah tentu lebih didahulukan dan dipilih. Tidak ada pilihan lain jika Allah telah menjatuhkan perintah. Tidak ada pilihan lain apabila Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sudah menetapkan.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
”Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa, ’Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul."‘ [Q.S. Al Qashash: 7].
Betapa hampa dan kosong hati sang ibunda. Siapakah yang tidak bersedih bila terpisahkan dengan sang buah hati. Lebih-Iebih lagi kondisi buah hati yang masih bayi. Ditambah lagi bayi tersebut dihanyutkan di arus sungai Nil. Bayangkanlah saja, alangkah berat dan besarnya pengorbanan sang ibunda. Namun, di balik itu semua, masih ada lagi keajaiban yang Iebih dahsyat dan mencengangkan lagi.
Hampir saja sang ibunda menyingkap rahasia besar tersebut. Sang ibunda tak tahan menahan kesedihan dan kecemasan. Hanya saja, Allah menguatkan dan meneguhkan hati sang ibunda untuk bersabar. Semua itu ditetapkan Allah supaya sang ibunda tergolong dalam hamba-hamba yang beriman.
Duhai, betapa kita membutuhkan kekuatan dan keperkasaan, agar Dia menguatkan dan meneguhkan hati kita di dalam mendekap erat-erat kebenaran. Semoga Allah menguatkan dan meneguhkan kita agar istiqomah di dalam menggigit Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan gigi geraham. Sesungguhnya Allah maha mampu.
Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang keteguhan sang ibunda Musa:
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya. Supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).” [Q.S. AI Qashash: 10].
Jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi? Berdoalah kepada Allah, agar Dia menghendaki kebaikan untuk Anda.
Keranjang tertutup berisi bayi mungil mengikuti aliran sungai Nil. Pelayan-pelayan istana Fir’aun lah yang kemudian melihat dan memungut keranjang tersebut. Istana Fir’aun memang dibangun di atas aliran-aliran sungai. Keranjang berisi bayi itu lalu dibawa ke hadapan Asiyah bintu Muzahim, istri Fir'aun.
Alangkah mungil dan menyenangkannya bayi tersebut. lstri Fir’aun pun langsung tertarik. la ingin merawat dan membesarkan bayi mungil itu. Keinginan itu segera disampaikannya kepada Fir’aun. Hati Fir’aun pun goyah dengan permintaan sang istri. Fir’aun yang begitu garang dan kejam membunuh setiap bayi laki-laki di masanya, akhirnya mengabulkan permintaan sang istri. Dan ia tidak sadar bahwa Allah telah mengatur segala-galanya.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Dan berkatalah istri Fir'aun, ’(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak.' sedangkan mereka tiada menyadari. [Q.S. AI Qashash: 9]
Allah menakdirkan, kelak Asiyah bintu Muzahim, istri Fir’aun, termasuk yang menyambut dan menerima keimanan dan keislaman yang diserukan oleh Musa. Bahkan, Asiyah disebut oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai salah satu dari empat wanita terbaik di dunia ini. Semoga Allah meridhai beliau.
Keajaiban Musa belumlah berakhir
Setelah Musa berada dalam perlindungan Asiyah, masalah pun muncul. Kepada siapakah Musa disusukan? Sebab, Musa yang masih bayi sama sekali tidak mau menyusu kepada wanita manapun. Sekian banyak wanita yang sedang menyusui didatangkan. Namun, tidak seorang pun yang berhasil menyusui. Musa benar-benar menolak. Padahal, ia masih bayi.
Bukankah kejadian ini sebuah keajaiban?
Di tempat lain, pada waktu yang bersamaan, sang ibunda masih saja gelisah memikirkan keadaan sang putra yang dihanyutkan. Gerangan apakah yang sedang terjadi pada Musa? Sang ibunda pun meminta kepada saudara perempuan Musa untuk mencari kabar dan menyelidiki berita, barangkali ada secercah harapan yang bisa menenangkan.
Subhaanallah
Di satu sisi, sekelompok orang sambil membawa bayi mungil untuk mencari seorang wanita yang bisa menyusuinya. Sementara di arah yang iain, seorang perempuan sedang mencari-cari berita tentang bayi yang dihanyutkan di arus sungai.
Terjadilah perjumpaan tanpa ada sedikit pun kesengajaan. Andai saja, saudara perempuannya sengaja datang mencari, bisa jadi mereka akan curiga bahwa perempuan itulah yang telah menghanyutkan bayi tersebut di arus sungai.
Namun, jika Allah telah menghendaki, adakah yang mampu menghalangi? Berdoalah kepada Allah, agar Dia menghendaki kebaikan untuk Anda.
Saudara perempuan Musa lalu mencoba menawarkan kepada mereka agar bayi itu disusukan saja kepada seorang wanita yang terpercaya. Saudara perempuan Musa lalu menerangkan tentang sebuah keluarga yang sangat bisa dipercaya dan dirasa mampu merawat bayi tersebut.
Mereka tidak sadar! Perempuan itu adalah saudara dari bayi yang mereka bawa. Mereka tidak sadar! Keluarga yang dimaksud oleh perempuan itu adalah keluarga bayi tersebut. Mereka tidak sadar! Wanita yang dimaksud oleh perempuan tersebut adalah ibu kandung dari sang bayi.
Subhaanallah
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (١١) وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ (١٢)
"Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan, ’lkutilah dia.’ Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu. Maka berkatalah saudara Musa, ‘Maukah kalian aku tunjukkan kepada sebuah keluarga yang akan memeliharanya untuk kalian dan mereka dapat berlaku baik kepadanya❓"' [Q.S. Al Qashash: 11-12]
Duhai, betapa berbunga-bunga hati sang ibunda melihat putranya benar-benar kembali ke pangkuan dalam keadaan selamat dan aman. Sang ibunda mampu merawat dan membesarkan putranya dalam keadaan tenang. Sebab Musa telah berubah status menjadi anak angkat Asiyah, istri fir'aun Sang Raja.
Sejak hari itu, Musa pun tumbuh berkembang sebagai salah seorang anggota kerajaan. la berkendara sebagaimana keluarga kerajaan berkendara. la berpakaian sesuai dengan cara berpakain keluarga kerajaan.
Semua itu berjalan tanpa mereka menyadari bahwa kelak di masa depan, kehancuran dan keruntuhan Fir'aun dan para pengikutnya justru dari anak yang dibesarkan dan dilindungi oleh mereka di lingkungan kerajaan sendiri.
Subhaanallah
Ajaibnya lagi, proses dari dihanyutkannya Musa sampai kembali Iagi ke pangkuan sang ibunda hanya berselang kurang lebih sehari semalam.
AI Hafizh lbnu Katsir رحمه الله menjelaskan, 'Rentang waktu antara kesedihan yang dirasakan sampai terbitnya kebahagiaan hanyalah sebentar saja. Sehari semalam saja atau kurang lebihnya'. Wallahu subhaanahu a'lam.
Maha Suci Allah, Dzat yang mengatur segala urusan. Apa yang Dia kehendaki tidak terjadi, pasti terjadi. Apa yang dia kehendaki tidak terjadi, tidak akan mungkin terjadi. Maha suci Allah, Dzat yang menetapkan setiap kebahagiaan di balik setiap kesedihan. Dan menetapkan jalan keluar di balik setiap kesempitan, bagi hamba yang bertakwa."
Alangkah beruntungnya hamba yang bertakwa. Keajaiban demi keajaiban menunggu setiap hamba yang bertakwa. Sudahkah kita benar-benar mewujudkan takwa?
Referensi:
✏️ Tafsir lbnu Katsir, surat Al Qashash ayat 1-13.
✏️ Tafsir As Sa'di, surat Al Qashash ayat 1-13.
Sumber || Majalah Qudwah Edisi 07 || https://t.me/Majalah_Qudwah