Ibarat satu tubuh, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menegaskan. Jika sakit muncul di satu titik, seluruh tubuh bisa demam dan mata susah terpejam.
Apakah ada ibarat yang lebih elok selain sabda Nabi di atas?
Saudara semanhaj itu anugrah indah. Saat umumnya orang mengangkat saudara karena kepentingan duniawi, saudara semanhaj bagai mata air yang menawarkan kesejukan.
Al Imam Ibn Abi Dunya menghimpun riwayat-riwayat mengenai persaudaraan seiman lalu beliau beri judul "Kitabul Ikhwan".
Di antara pembahasannya; besarnya rindu untuk bertemu saudara seiman, serta menghibur diri dari sedih dan susah dengan berbincang bersama.
Ibn Abi Dunya membawakan pernyataan sahabat Ibnu Mas'ud ketika menemui sahabat-sahabatnya, " Kalian adalah penghapus sedihku"
Selain itu, ada perkataan Aktsam bin Shaifi, " Bertemu sahabat yang baik menjadi penghilang susah"
Subhanallah!
Begitulah persaudaraan yang dibangun di atas pondasi kesamaan iman dan manhaj.
Di atas kereta Lodaya pagi ini dari Bandung menuju Jogja, rasa-rasanya ada yang berkurang di dada. Mungkin karena akhirnya harus berpisah dengan saudara-saudara semanhaj. Andai waktu bisa dibeli, tentu ingin bersama lebih lama lagi.
Mulai dari TA Bintaro, Ma'had Riyadhul Jannah Ciulengsi, lalu ke TK Auladuna Cimanggis, terus ke Pondok Ciampea, dilanjutkan di Ma'had Miftah Daris Sa'adah di Sukabumi, kemudian sampai sesaat sebelum berangkat di stasiun, banyak teman banyak saudara.
Perjalanan panjang namun tidak melelahkan. Uhibbukum fillah, saudara!
Sufyan ats Tsauri berpesan, " Jika engkau mendengar seseorang di atas Sunnah di ujung timur, yang lain di belahan barat, titipkan salam untuk mereka. Doakanlah mereka dengan kebaikan. Betapa sedikit jumlah Ahlus Sunnah wal Jama'ah" ( al Lalikai 1/64 )
Benar! Saudara semanhaj sangatlah sedikit. Maka, sayangilah mereka, rawatlah dengan baik, dan doa-doakanlah dengan kebaikan.
Masih ada saudara semanhaj yang belum sempat bertemu. Masih ada saudara semanhaj yang sebatas dalam cerita tiada pernah bersua.
Di Aceh hingga Papua. Dari Sulawesi Utara sampai Sumbawa. Di atas gunung, di puncak bukit, di area perkebunan, di pulau-pulau tengah lautan, dan di tempat yang tak terbayang.
Asalkan semanhaj, selagi cintanya karena Allah, tak pernah berjumpa tidaklah mengapa.
Abdurrahman bin Mahdi bersahabat karib dengan Yahya bin Said al Qatthan. Sudah setahun mereka tidak bertemu. Hal itu ditanyakan oleh seseorang.
Apa jawabnya?
" Jika hati telah terpaut, pisahnya badan tak berpengaruh" ( Al Adab Asy Syar'iyyah, 3/565)
Begitupun Yunus bin Ubaid ketika mengalami musibah, Ibnu Auf teman dekatnya tidak datang. Ada yang menanyakannya?
" Sungguh! Jika kita sudah percaya dengan cintanya saudara, bukanlah persoalan walau ia tidak datang" ( Raudhatul Uqala hal.89)
Sebaliknya...
Apa guna hidup berdekatan dan berdampingan, sementara hati jauh terpisahkan. Apa guna sering berjumpa, jika ada curiga dan saling tak percaya.
Periksalah kembali tujuan berteman? Apa niat bersahabat? Semoga benar-benar lillah ta'ala. Agar tak hanya di dunia, namun berlanjut hingga ke surga.
Al Farahidi bersyair ( Kitabul Ikhwan, Ibnu Abi Dunya, hal.140) ;
إِذا كُنتُ لَستَ مَعي فَالذِكرُ مِنكَ مَعي
يَراكَ قَلبي وَإِن غُيِّبتَ عَن بَصَري
العَينُ تُبصِرُ مَن تَهوى وَتَفقِدُهُ
وَناظِرُ القَلبِ لا يَخلو مِنَ النَظَرِ
Bila engkau tak di sampingku, tentang dirimu selalu di hatiku.
Hatiku bisa melihatmu, walau engkau tak terlihat di hadapanku
Mata ingin melihat yang ia cinta walau sering tak melihatnya.
Berbeda dengan yang menggunakan hati, tidak berhenti untuk melihatnya
Ya Allah, satukanlah kami di atas manhaj Salaf. Jika tak sempat berjumpa di dunia, pertemukanlah kami di surga.
Ya Allah, pilihlah kami untuk masuk dalam hamba-hamba yang Engkau firmankan :
وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَٰبِلِينَ
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan" (Al Hijr 47)
Lodaya, 22 Nov 2021
t.me/anakmudadansalaf