Datanglah ke Masjidil Haram atau Masjid Nabawi di bulan Ramadhan! Lebih-lebih di 10 hari terakhir. Anda akan menyaksikan panggung kedermawanan yang luar biasa.
Karena Rasulullah ﷺ adalah figur dermawan, yang semakin bertambah dermawannya di bulan Ramadhan.
Menjelang waktu berbuka puasa, kesibukan para petugas berusia remaja dengan rompi hijau sangat terasa. Mereka semacam panitia yang secara resmi mengelola makanan berbuka puasa.
Jangan khawatir tidak kebagian! Satu kantong plastik tebal akan diberikan kepada setiap jamaah yang sudah duduk rapi berbaris. Bahkan, terkadang 2 atau 3 kantong yang diberikan. Isinya? Air mineral botolan, kurma, sirup kotak, dan 2 bungkus roti dengan 2 rasa.
Bukan ratusan atau ribuan jamaah saja yang menerima, puluhan ribu bahkan lebih setiap sorenya. Panggung kedermawanan!
Belum lagi, yang membawa secara mandiri. Bahkan, satu keluarga terlihat bahagia bekerjasama. Dengan kereta beroda seperti koper dorong, banyak keluarga sengaja membawa aneka makanan dan minuman untuk dibagi-bagikan.
Termos-termos minuman panas lengkap dengan gelas kecil, dikelilingkan oleh anggota keluarga yang muda dan dituangkan untuk diberikan kepada jamaah.
Selepas salat Maghrib, menu makanan "berat " yang disajikan. Masing-masing berebut untuk memberi. Panggung kedermawanan di Masjidil Haram!
Orang dermawan pastilah tentram hidupnya. Tenang hatinya. Nyaman pikirannya. Damai jiwanya.
Sebaliknya, orang pelit tentu sempit dadanya, susah bahagia, dan selalu bersedih.
Ibnul Qayyim dalam Al Wabilus Shayyib ( hal.30 ) mengulas hal ini dengan lugas.
" Orang yang bersedekah, setiap kali sedekah, semakin lapang hatinya dan bertambah luas dadanya...kebahagiaan yang ia rasakan menguat, dan kegembiraannya membumbung", jelas Ibnul Qayyim.
Beliau menambahkan, " Andaikan tidak ada manfaat bersedekah kecuali hal ini, itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan hamba untuk memperbanyak dan bersegera sedekah "
Keterangan Ibnul Qayyim di atas sudah cukuplah. Tak perlu untuk mengais-ngais hasil penelitian orang kafir tentang pengaruh sedekah terhadap kebahagiaan. Iya, karena mereka melakukan riset dan penelitian mengenai hal ini.
Cukuplah firman Allah Ta'ala di dalam surat Al Hasyr ayat 9, yaitu :
>وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
" Dan siapa yang dilindungi dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung "
Iya! Siapa yang dermawan, siapa yang senang berbagi, siapa yang suka memberi, pastilah beruntung. Siapa yang menjauhi sifat kikir, siapa yang meninggalkan sifat pelit, tentulah berbahagia.
Sahabat Abdurrahman bin Auf jika thawaf di Ka'bah memperbanyak doa :
>اللهم قني شحَّ نفسي
" Ya Allah, lindungilah aku dari sifat kikir ".
Di Mekkah, panggung kedermawanan itu sangat menawan. Tanpa mengenal siapa sebenarnya yang berbagi, ada momen ketika kantong-kantong berisikan aneka makanan dan minuman untuk berbuka, dibagi-bagikan. Seorang jamaah dibuat terkejut ketika menemukan selembar 500 riyal Saudi di dalam kantong makanan itu. 2 juta rupiah!
Ah, orang yang membagikan itu jelas orang yang bahagia. Pasti dia damai hidupnya. Selain berbagi, ia tidak memunculkan siapa dirinya. Tidak ada nama yang disablonkan di kantong itu. Tidak ada kartu nama yang disisipkan. Entah siapa dia?
Saya teringat dengan seseorang entah siapa, yang sudah beberapa kali transfer uang melalui rekening lembaga yang kami kelola. Secara angka, mungkin dianggap sebagian orang tak seberapa, namun bagi kami sudah sangat luar biasa.
Saya tidak tahu siapa. Dan saya tidak berani bertanya, siapa dia? Sebab, dia pun tidak memperkenalkan dirinya. Di struk transfer pun tak ada namanya.
Namun, saya berdoa, semoga engkau yang di sana bertambah bahagia dan semakin damai seterusnya. Sebab, bahagia itu sederhana. Ketika engkau mampu berbagi, lebih-lebih tanpa manusia mengenalinya. Baarakallahu fiik
Pelataran Pintu 101, 24 Ramadhan 1444 H/15 April 2023
t.me/anakmudadansalaf