Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

lulusan pesantren adalah calon manajer hebat, bukan pekerja

2 tahun yang lalu
baca 4 menit

Lulusan Pesantren Adalah Calon Manajer Hebat, Bukan Pekerja

Lulusan Pesantren Adalah Calon Manajer Hebat, Bukan Pekerja
Foto : Ma'had Al Faruq Kalibagor | by Kenangan Al_Faruq
Ada saja yang mencibir jika seorang anak dimasukkan pesantren. Dicirikanlah secara negatif, bahwa pesantren adalah penampungan anak nakal, kurang berprestasi, dan fakir miskin.

Parahnya, sebagian orang tua terbawa, sampai mengalami kekhawatiran yang akut dan merasa pesimis tentang masa depan anaknya.

Sedihnya, sekian persen anak pesantren mengalami insecure, yaitu semacam ragu, cemas, dan tidak percaya diri sehingga membuatnya merasa tidak aman.

Apa buktinya?

Banyak santri mengalami minder. Ia rendah diri dan berusaha menyembunyikan identitas kesantrian-nya. Ia bandingkan dirinya dengan anak seusia dengannya, lalu berkesimpulan negatif, yaitu dirinya tertinggal, dirinya kurang berharga, dan dirinya tidak mampu berkarya.

Sehingga, tidak sedikit ciri-ciri santri yang ditanggalkan. Cara berpakaiannya, model rambutnya, gaya bicara dan bahasanya, dan bentuk pergaulannya. Tidak PD. Merasa malu.

Sejarah Islam amatlah gemilang memberitakan anak-anak muda luar biasa. Islam tidak pernah kekurangan, apalagi kehabisan teladan.

Usamah bin Zaid adalah panglima muda yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Masih 18 tahun sudah memimpin 3000 prajurit yang di dalamnya banyak sahabat senior semacam Umar bin Khatab, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan lain-lain. 

Ada juga Sa'id ibnul Ash yang belum genap 30 tahun telah dipercaya menjadi gubernur Kufah. Sebelum itu, sejak muda, beberapa jabatan penting beliau emban dengan baik. Beliau adalah sahabat pertama yang mengorganisasi pasukan untuk menaklukkan Tiberistan.

Jangan lupa Zaid bin Tsabit yang masih muda diminta Rasulullah menjadi sekretaris pribadi. Selain mencatat ayat-ayat yang turun, Zaid juga bertugas mengurus surat-surat keluar dan masuk untuk Rasulullah. Untuk keperluan tugas, dalam hitungan hari, Zaid menguasai bahasa Ibrani dan bahasa asing lainnya.

Itu hanyalah setetes dari arus sejarah anak muda dalam Islam. Sebagai bukti bahwa pendidikan Islam telah membentuk dan melahirkan tokoh-tokoh hebat di usia yang masih belia.

Maka; kenapa pesimis dengan pendidikan Islam? Kenapa kurang percaya diri? Kenapa risau dengan masa depan anak-anak kita?

Wahai Santri, cemas apa yang menggelayut di wajahmu? Gelisah apa yang menjadi mendung di hatimu? Jangan takut esok kerja apa! Jangan resah tentang bekerja! Karena, engkau tidak dididik menjadi pekerja. Engkau dibentuk sebagai manajer hebat!

>وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ

" Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan "


***

KBBI mendefinisikan manajer sebagai seseorang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.

Banyak nama-nama terkenal di perusahaan-perusahaan besar, CEO, manajer, atau apapun namanya, baik skala nasional maupun dunia. Setiap nama membawa profil dan nilai kekayaan fantastis yang dipunya.

Tapi, Santri, jangan pesimis! Jangan kecil hati!

Di pesantren, sejatinya engkau dididik dengan nilai-nilai manajerial dan leadership. Engkau dilatih untuk memiliki; integritas dan kejujuran, tanggungjawab dan disiplin, interpersonal yang baik, pintar memotivasi, mampu berkomunikasi, dan bisa menganalisis.

Coba hayati dan nikmati kehidupan pesantren! Engkau dipertemukan dengan berbagai macam dan watak orang. Dari ujung barat Indonesia hingga Papua, orang Jawa dan luar Jawa, kaya dan yang biasa saja, dan keanekaragaman lainnya.

Di pesantren engkau dituntut; tepat waktu salat dan jam belajar, disiplin berbagai piket, berpikir jauh ke depan bahkan hingga tentang kiamat kelak, diberi tugas-tugas dengan konsekuensi perencanaan, eksekusi, dan tanggungjawabnya.

Sayangnya, engkau belum mau mengerti. Engkau tak begitu percaya. Engkau masih termakan tipu rayu dunia. Engkau terlalu tergesa-gesa. 

Bisa jadi salah kami selaku orang tua dan guru. Karena, tidak mampu meracik formula agar engkau percaya. Tidak bisa meramu cara agar engkau tahu. Kurang indah merangkai rencana sampai engkau tak mengerti, bagaimana masa depanmu?

Terakhir, jangan pikir bekerja itu mudah! Apalagi berharap dikasih pekerjaan. Ikut orang, menjadi suruhan. Bekerja bukan sebatas kerja lalu dapat uang, terus senang-senang. 

Bagaimana engkau bisa bekerja jika tak memiliki moral, etos, dan etika? Dirimu saja tak bisa engkau atur sendiri, bagaimana mau mengatur kerja?

Jadi, jangan berhenti thalabul ilmi, jangan tinggalkan pesantren, dengan beralasan, " Aku ingin kerja. Aku ingin punya uang ". Ah, rendah sekali cita-citamu!

Santri, sadarilah bahwa engkau dididik untuk bisa memimpin, bisa merencanakan, bisa mengelola. Bisa memberi pekerjaan, bukan mencari pekerjaan. Engkau dibentuk menjadi manajer plus, yaitu manajer dengan berorientasi ibadah. Tidak sebatas berhitung untung rugi materi.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis Ibnu Umar riwayat Bukhari dan Muslim :

>أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

" Ketahuilah! Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian pasti dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin "

King Abdullah Expansion, 21 Ramadhan 1444 H/12 April 2023

t.me/anakmudadansalaf