Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal bin Isnaini, Lc حفظه الله تعالى
Marru Zhahran tampak ramai, gemuruh manusia memecah kesunyian sahara. Mereka adalah tentara Ahzab. Setidaknya sepuluh ribu personel musyrikin bersenjata lengkap menuju Madinah. Pasukan gabungan dari berbagai kabilah musyrikin bersatu dalam kebencian dan hasad kepada Islam. Yahudi pun tidak tertinggal dalam mengobarkan api peperangan.
Abu Sufyan bin Harb pada waktu itu memimpin barisan kuffar. Ketika itu hidayah Islam belum masuk ke dalam relung hatinya. Tentara Ahzab bergerak menuju kota Madinah dengan segala persiapan dan kelengkapannya.
Berbeda dengan kondisi Madinah, paceklik tengah melanda, makanan tidak cukup tersedia, keadaan diperberat dengan cuaca yang sangat dingin. Kondisi seperti ini tentu sangat berat jika harus dihadapkan dengan pasukan musuh dengan segala persiapannya, terlebih jumlah kaum muslimin tidak lebih dari tiga ribu orang termasuk kaum wanita dan anak-anak. Sungguh jumlah yang tidak berimbang!
Madinah digoncang dengan berita keberangkatan tentara Ahzab. Keadaan penduduk Madinah benar-benar seperti yang Allah kabarkan:
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا
"Ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan-penglihatan dan hati-hati menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka." [Q.S. Al Ahzab: 10]
Suasana memang genting, namun ketenangan terus tampak dari wajah Rasulullah ﷺ. Ketawakalan kepada Allah dan keyakinan akan pertolongan-Nya selalu mengiringi perjalanan beliau.
Rasulullah ﷺ meminta pendapat para shahabat dalam menghadapi pasukan musuh dalam sebuah musyawarah. Salman Al-Farisi mengusulkan untuk menggali Khandaq (parit) sebagai benteng pertahanan. Pendapat Salman memang strategi baru yang tidak dikenal bangsa Arab, dan sepertinya sangat efektif dalam membendung serangan musuh, dan belakangan hari terbukti manfaat strategi tersebut.
Semua menyepakati pendapat Salman. Penggalian parit tidak bisa ditunda, sesegera mungkin pekerjaan harus diselesaikan. Musuh bergerak menuju Madinah, berlomba dengan waktu. Akankah parit selesai digali ataukah pasukan musuh mendahului sebelum selesai pekerjaan ini?
الله المستعان.
Rasulullah ﷺ melakukan pemetaan bagian-bagian mana yang harus digali, beliau juga mengatur penempatan wanita dan anak-anak di dalam kota Madinah. Berbagai upaya sebagai bentuk tawakal kepada Allah سبحانه وتعالى Rasulullah ﷺ tempuh, strategi perang pun tersusun rapi dengan pertolongan Allah.
Dalam referensi sejarah disebutkan bahwa panjang parit yang digali kurang lebih 5000 hasta, lebar 9 hasta, dengan kedalaman 7 sampai 10 hasta. Allahu Akbar. Sebuah pekerjaan yang cukup berat mengingat tanah yang digali tidak segembur tanah di negeri Nyiur
Melambai. Tanah cadas, berbatu, dan berpasir. Alat yang digunakan pun tidak semodern zaman sekarang yang tinggal mengerahkan ekskavator, dan kendaraan lainnya.
Paceklik, kelaparan, serta dinginnya cuaca tidak menyurutkan iman para shahabat. Semua menyingsingkan baju tidak ada perbedaan antara miskin dan kaya, merdeka atau budak, bahkan kekasih Allah سبحانه وتعالى bergelut dengan tanah dan debu, mencangkul, memecah bebatuan, mengangkat pasir dan seterusnya. Shahabat Al-Barra' bin Azib رضي الله عنه mengisahkan:
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَهُوَ يَنْقُلُ التُّرَابَ حَتَّى وَارَى التُّرَابُ شَعَرَ صَدْرِهِ وَكَانَ رَجُلاً كَثِيرَ الشَّعَرِ وَهُوَ يَرْتَجِزُ بِرَجَزِ عَبْدِ اللهِ: اللَّهُـمَّ لـَوْلاَ أَنْـتَ مَا اهْتَدَيْنَا وَلاَ تَصَدَّقْنَـا وَلاَ صَلَّيْنـَا فَأَنْـزِلَـنْ سَكِيـنَةً عَلَيْنَــا وَثَـبِّتِ اْلأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنـَا
"Saya melihat Rasulullah ﷺ pada peristiwa Khandaq sedang mengangkut tanah sampai tanah itu menutupi bulu dada beliau. Dan beliau adalah laki-laki yang lebat bulu dadanya. Ketika itu beliau melantunkan rajaz (syair) Abdullah Rawahah sambil menyaringkan suaranya, "Ya Allah kalau bukan karena Engkau niscaya kami tidak mendapat petunjuk Tidak bersedekah dan tidak pula shalat. Maka turunkanlah ketenangan atas kami. Dan kokohkanlah kaki kami ketika bertemu (musuh).." (H.R. Al-Bukhari)
Musa bin 'Uqbah mengatakan bahwa pekerjaan selesai kurang lebih 20 hari, Al-Waqidi mengatakan bahwa pekerjaan selesai dalam 24 hari, An-Nawawi dalam Ar-Raudhah mengatakan 25 hari, sebagian ahli sejarah mengatakan 26 hari. Kurang lebih sebulan pekerjaan sudah selesai.
Pembaca rahimakumullah, pertolongan Allah selalu mengiringi perjalanan Rasulullah ﷺ. Dalam perang Khandaq terjadi beberapa mukjizat sebagai bentuk pertolongan Allah sekaligus bukti kebenaran dakwah Rasul-Nya. Di antara mukjizat tersebut adalah kisah makanan Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما yang sangat sedikit namun mencukupi setidaknya seribu pasukan kaum muslimin, para penggali parit.
Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih keduanya dari Jabir bin Abdullah رضي الله عنهما, Jabir berkata, "Ketika penggalian khandaq (parit), aku melihat Rasulullah ﷺ dalam keadaan sangat lapar, aku pun bergegas kembali kepada istriku dan berkata kepadanya:
هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ فَإِنِّي رَأَيْتَ بِرَسُوْلِ اللهِ ﷺ خَمَصًا شَدِيْدًا؟
"Apakah engkau punya sesuatu? Sungguh aku melihat Rasulullah ﷺ dalam keadaan sangat lapar."
Subhanallah, kekasih Allah tertimpa lapar yang sangat. Bahkan disebutkan dalam sebagian riwayat, beliau mengganjal perut dengan batu karena lapar. Demikianlah kesabaran dan kegigihan dakwah yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Pemandangan menyedihkan ini membuat Jabir bergegas pulang ke rumahnya. Tidak tahan Jabir melihat penderitaan Rasulullah ﷺ. Jabir pulang, siapa tahu ada sesuatu untuk disuguhkan kepada baginda Ar-Rasul ﷺ.
Jabir melanjutkan kisahnya, "Istriku mengeluarkan wadah berisi satu sha'¹ gandum. Dan kami masih punya seekor kambing kecil. Aku pun mulai menyembelih kambing sementara istriku membuat adonan roti. Dia pun menyelesaikan pekerjaannya bersamaan dengan aku menyelesaikan pekerjaanku.
Lalu aku memotong-motong daging di dalam burmah (periuk dari batu), kemudian aku kembali kepada Rasulullah ﷺ. Sebelum aku pergi, istriku berkata, 'Jangan sekali-kali engkau membuatku malu di hadapan Rasulullah ﷺ dan shahabat yang bersamanya.'" Yakni, jangan sampai makanan yang dihidangkan ini tidak cukup karena saking banyaknya tamu yang diundang.
Pesan sang istri benar-benar diperhatikan Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما. Dengan sangat pelan, Jabir mendatangi Rasulullah ﷺ sebagaimana beliau kisahkan sendiri, "Aku pun menemui beliau dengan rahasia. Aku membisiki beliau. Aku katakan:
یَارَسُوْلَ اللهِ ذَ بَحْنَا بُهَيْمَةً لَنَا وَطَحَنَّاصَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ كَانَ عِنْدَنَا، فَتَعَالَ أَنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ
'Wahai Rasulullah, kami sudah menyembelih seekor kambing kecil dan mengadon satu sha' gandum yang kami punyai. Jadi, kemarilah engkau dan beberapa orang sahabatmu saja.'
Cukup berat sebenarnya bagi Jabir hanya mengundang beberapa orang tanpa shahabat yang lain. Mereka pun lapar. Mereka pun tidak mendapatkan makanan yang cukup di hari paceklik, di tengah pekerjaan berat, berlomba dengan perjalanan pasukan Ahzab. Namun apa daya, Jabir tidak memiliki kecuali makanan yang sangat sedikit.
Tidak disangka oleh Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما, ternyata Rasulullah ﷺ berseru mengundang semua penggali parit, Rasulullah ﷺ berteriak:
يَا أَھْلَ الْخَنْدَقِ، إِنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُوْرًا فَحَيَّ ھَلاً بِهَلِّكُمْ
'Wahai para penggali parit, sesungguhnya Jabir sudah menyiapkan hidangan. Marilah segera, kalian semua!'
Kemudian Rasulullah ﷺ berpesan:
لاَ تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلاَ تَخْبِزُنَّ عَجِيْنَكُمْ حَتَّى أَجِيْءَ
'Jangan turunkan burmah dan adonan roti kalian sampai aku datang.'
Aku pun pulang, datang pula Rasulullah ﷺ mendahului kaum muslimin. Lalu aku menemui istriku, mengabarkan kedatangan pasukan dalam jumlah besar. Dia berkata, 'Ini gara-gara kamu, gara-gara kamu!'
Aku katakan, 'Sebenarnya sudah aku lakukan pesan yang kamu katakan.'
Lalu dia pun mengeluarkan adonan itu dan menyerahkannya kepada
Rasulullah ﷺ. Beliau pun memercikinya dengan sedikit ludah dan mendoakan agar diberkahi, kemudian menuju periuk kami, melakukan hal yang sama, meludahi lalu mendoakan keberkahan.
Kemudian beliau berkata, 'Panggil pembuat roti agar dia buat roti bersamaku dan ciduklah lauknya dari periuk kalian, tapi jangan diturunkan.' kenang Jabir رضي الله عنه.
Pembaca, jumlah mereka waktu itu seribu orang. Sementara adonan roti hanya terbuat dari satu sha' gandum, mustahil tentunya untuk mencukupi seluruh pasukan perang. Tetapi ternyata makanan yang sedikit Allah berkahi.
Jabir melanjutkan kisahnya, 'Aku bersumpah demi Allah, sungguh semuanya makan sampai mereka tinggalkan dan kembali pulang, sementara kuali kami benar-benar masih mendidih sebagaimana awalnya, dan adonan itu juga masih seperti sedia kala." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir bin 'Abdillah رضي الله عنهما).
1. Keutamaan para shahabat sebagai generasi yang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk membela Islam, menegakkan kalimat Allah dan mengiringi perjuangan Rasulullah ﷺ.
2. Rasulullah ﷺ merasa lapar
sebagaimana manusia lainnya.
3. Teladan yang sangat indah bagi para pemimpin, untuk membaur dengan masyarakatnya dan merasakan apa yang mereka rasakan.
4. Kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada umatnya.
5. Bolehnya mengambil manfaat dari ilmu yang bersumber dari orang kafir selama hal tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Rasulullah ﷺ menerima usulan Salman yang sesungguhnya strategi perang yang dikenal di Persia, para penyembah api.
6. Disyariatkannya musyawarah.
7. Tawadhu' Rasulullah ﷺ dalam perang Khandaq beliau ikut menyingsingkan lengan baju menggali parit tidak kemudian berpangku tangan.
8. Inilah salah satu mukjizat Rasulullah ﷺ.
9. Bolehnya mengkhususkan undangan jika makanan terbatas.
10. Doa adalah sebab keberkahan.
11. Bolehnya berbisik dengan seseorang tanpa yang lain jika mereka jamaah. Adapun jika bertiga, dilarang untuk berbisik antara dua orang tanpa melibatkan orang ketiga. Rasulullah ﷺ mengatakan:
إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ صَاحِبِهِمَا فَإِنَّ ذَلِكَ يُحْزِنُهُ
"Jika kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik tanpa orang yang ketiga. Karena hal itu akan membuatnya sedih." (HR. Al-Bukhari dan Muslim, lafal ini dari riwayat Muslim)
12. Kerja sama antara suami dan istri dalam berbuat kebaikan.
13. Kesahajaan para shahabat.
Catatan Kaki:
1) Ukuran volume. Satu sha' adalah empat tangkupan kedua tangan manusia dewasa. Kurang lebihnya setara dengan 3 kg beras.
Sumber || Majalah Qudwah Edisi 14
t.me/majalah_qudwah