Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

keutamaan mu'awiyah bin abu sufyan (bantahan untuk syiah)

9 tahun yang lalu
baca 13 menit

Jangan Mencela Sahabat Nabi Shollallohu 'Alaihi Wasallam


Tubuh tinggi, kulit putih, dan tampan, itulah sosok Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu, seorang sahabat nan mulia. Dia memeluk agama islam sebelum sang ayah, Abu Sufyan bi Harb, berislam. Walaupun untuk itu ia harus menyembunyikan keislamannya hingga Fathu Makkah.

Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu  adalah saudara seayah Ummul Mukminin Ummu Habibah Ramlah bintu Abi Sufyan Rodhiyallohu 'anha. Ayahnya (Abu Sufyan) termasuk pemuka Quraisy. Begitupun ibunya, Hindun bintu Utbah bin Rabi'ah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawiyah al Qurasyiyah adalah sosok wanita pejuang dimasa jahiliyah dan dimasa setelah masuk islam.

Abu Abdirrahman Mu'awiyah digelari Amirul Mukminin, Malikul Islam. Begitulah sosok Mu'awiyah bin Abu Sufyan Shakhr bin Harb bin Umayyah bin abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawi al Quraisy.

Aslam, maula Umar, bercerita, Mu'awiyah berkunjung ketempat kami. Dia adalah pria berkulit halus, bertubuh gempal berisi. Dia yang paling gagah dan elok. Di ungkapkan pula tentang kebagusan fisiknya oleh Abi Abdi Rabb. Katanya, Saya pernah melihat Mu'awiyah memakai semir rambut berwarna kuning, seakan janggutnya adalah emas.

Ibnu Abi Ad Dunya Rodhiyallohu 'anhu menyebutkan, Sungguh, Mu'awiyah adalah sosok bertubuh jangkung, Bekulit putih, dan tampan. Jika tertawa, bergeraklah bibir atasnya. Dia pria bersemir rambut (Siyar A'lami an Nubala', Al Imam Adz Dzahabi, 3/380).

Mu'awiyah adalah orang yang pandai menulis, ahli hisab, dan fasih berbahasa. Dia memiliki kecerdasan dan sifat wibawa. Tak mengherankan apabila Khalifah Umar bin Khaththab Rodhiyallohu 'anhu  Menetapkan Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu sebagai penguasa Syam setelah saudaranya, Yazid bin Abu Sufya Rodhiyallohu 'anhu, meninggal dunia. Penetapan ini terus berlanjut hingga masa kekhalifaan Beralih kepada Utsman bin Affan Rodhiyallohu 'anhu.

Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu memangku keamiran selama dua puluh tahun dan dua puluh tahun pula memangku jabatan khalifah. Dia senantiasa melakukan Shalat witir satu Raka'at. Dia seorang yang Fakih. Al Ishabah di tamyizi ash Shahabah, al Hafidzh Ibnu Hajar Al Asqolani, 5/164).

Semasa Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam hidup, Zaid bin Tsabit Rodhiyallohu 'anhu adalah penulis wahyu dan Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu  adalah sekertaris untuk urusan Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam dengan kalangan orang Arab. Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu menuliskan urusan urusan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam. Beliau adalah sosok sahabat yang dekat dengan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas Rodhiyallohu 'anhu terungkap bentuk kedekatan tersebut. Kata Ibnu Abbas Rodhiyallohu 'anhu, Saat aku bermain bersama anak anak, Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam datang. Aku pun bersembunyi di balik pintu. Lantas Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam menyentuh punggungku seraya berkata,

اذهب  وادع  لي  معاوية 

Pergilah. Panggilah Mu'awiyah untuk (menghadap) saya.

Setelah itu, aku pun datang (menghadap Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam setelah memanggil Mu'awiyah). Aku katakan, Dia sedang makan. Lantas Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam menyuruh saya kembali untuk memanggil Mu'awiyah untuk kali kedua. Sabda Nabi, Pergilah. Panggilkan Mu'awiyah untuk (menghadap) saya. Setelah saya memanggil Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu, saya pun mendatangi Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam dan menyampaikan bahwa dia sedang makan. Lantas Rasulullah bersabda,

لا أشبع اللّٰه بطنه 

Semoga Allah tak mengenyangkan perutnya. (HR.Muslim, no.2064).

Terkait hadits diatas, ada yang berpendapat bahwa pernyataan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam yang artinya Semoga Allah ta'ala tak akan mengenyangkan perutnya mengandung pengertian bahwa pada hari kiamat kelak dia bukanlah termasuk orang yang lapar. Ini didasarkan pada pernyataan Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam,

أطول الناس سبعا في الدنيا أطولهم جوعا يوم القيامة 

Manusia yang paling lama kenyang didunia, mereka adalah yang paling lama lapar pada hari kiamat nanti. (Dinyatakan hasan oleh asy Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani dalam Shahih al Jami' no.1199, 1577, 4491. Hadits dari Salman al Farisi Rodhiyallohu'anhu

Menurut al Imam adz Dzahabi Rohimahullah , pendapat tersebut tidaklah benar. Memberi takwil (penafsiran) kepada makna itu adalah sesuatu yang lemah. (syiar A'lami an Nubala', 3/382.

Oleh karena itu, pendapat tersebut dinyatakan tidak kuat. Adapun al Imam an Nawawi Rohimahullah saat memberi penjelasan terhadap hadits diatas (HR.Muslim, no. 2604), beliau menyebutkan bahwa (al Imam) Muslim Rohimahullah telah memahami perihal hadits tersebut.

Sesungguhnya  Mu'awiyah bukanlah orang yang berhak mendapatkan doa kejelekan. Karena itu, beliau memasukkan hadits ini dalam pembahasan Bab Man La'nahu an Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam au Sabbahu au Da'a 'alaih wa Laisa Ahlan li Dzalika Kana Zakatan wa Ajran wa Rahmatan (Bab Siapa yang dilaknat atau dicerca oleh Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam padahal dia tidak pantas mendapatkannya maka hal ini adalah penyuci, pahala, dan rahmat baginya).

Disamping itu, beliau menjadikan hadits ini sebagai dalil yang menunjukkan kedudukan terpuji Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu  karena, hakikat dari pernyataan Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam pada hadits Abdullah bin Abbas Rodhiyallohu 'anhu  adalah doa kebaikan untuk Mu'awiyah. (Lihat al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16/371).

Dalam hadits yang dituturkan oleh al Irbadh bin Sariyah dan lainnya Rodhiyallohu 'anhum, ia pernah mendengar Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam berdo'a tatkala sahur pada bulan ramadhan, Do'a yang dipanjatkan berkenaan dengan Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu,

اللّٰهم علم معاوية الكتاب والحساب وقه العذاب

Ya Allah, Karuniakanlah Ilmu al Kitab dan al Hisab kepada Mu'awiyah serta selamatkan dari siksa (Neraka). (Majmu' az Zawaid, 9/356 dinyatakan sahih oleh asy Syaikh al Albani dalam Ash Shahihah, no.3227).

Rabi'ah bin Yazid Rodhiyallohu 'anhu menyebutkan bahwa dirinya telah mendengar seorang sahabat bernama Abdurrahman bin Abi 'Amirah Rodhiyallohu 'anhu berkata, Saya telah mendengar Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam berdo'a untuk Mu'awiyah,

اللّٰهم اجعله هاديا مهتديا واهد به

Ya Allah, Jadikanlah dia  sebagai orang yang memberi petunjuk, yang diberi petunjuk, dan berilah dia hidayah (petunjuk) kepadanya. (HR.At Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Asy Syaikh al Albani dalam Shahihah, No.1969. Lihat Siyar A'lam an Nubala,3/382).

Segenap ungkapan yang telah disebutkan dimuka menunjukkan manqabah (kedudukan terpuji) Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu. Sosok sahabat yang dipercaya oleh Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam menjadi juru tulis dalam urusan dengan bangsa Arab.

Namun, ada segolongan yang tidak menyukainya. Diantara orang orang yang mencela Mu'awiyah adalah kalangan Saba'iyah. Mereka adalah pengikut Ajaran Abdullah bin Saba. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang masyhur, Abdullah bin Saba adalah Sosok Yahudi yang lahir dikota Shan'a, Yaman. Dia adalah seorang munafik, berpura pura memeluk islam, tetapi hatinya penuh permusuhan dan kedengkian terhadap Islam dan Kaum Muslimin.


Abdullah bin Saba' adalah sosok provokator. Dia mengerahkan masa untuk mengepung kediaman Khalifah Utsman bin Affan Rodhiyallohu 'anhu. Dari aksi demonstrasi yang digagas Abdullah bin Saba' al Yahudi ini, terbunuhlah sahabat mulia, Khalifah Utsman bin Affan Rodhiyallohu 'anhu. Khalifah terbunuh melalui tikaman senjata tajam dari massa yang melakukan aksi demontrasi di kediamannya. Perjalanan sejarah umat islam telah ditulis dengan darah. Semua ini lantaran ulah Abdullah bin Saba' yang menumpahkan nafsu amarah.

Kelompok Saba'iyah mengklaim sebagai pengikut setia ahlul bait. Seakan akan mereka adalah kumpulan orang orang yang mencintai Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu dan keturunannya. Ternyata, pengakuan mereka ditampik dan dibantah oleh ahlul bait sendiri. Sikap berlepas diri dari ahlul bait kalangan Saba'iyah (Yang kemudian lebih dikenal dengan kaum Syi'ah Rafidhah) diungkapkan oleh al Hasan bin Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu anhu. Kata Al Hasan, Demi Allah, jika Allah menghendaki, sungguh kami akan memotong tangan dan kaki kalian serta tidak akan menerima tobat kalian. Rafidhah telah menusuk kami sabagaimana Kaum Haruriyah (Khawarij) telah menusuk Ali bin Abi Thalib. (Asy Syariah, al Imam al Ajurri Rohimahullah. Lihat Taudhihu an Naba'an Mu'assis asy Syi'ah Abdullah bin Saba', Ali bin Ahmad ar Razihi, hlm. 30).'

Saat sekelompok orang Rafidhoh datang kepada Zaid bin Ali Rohimahullah (salah seoang ahlul bait) untuk meminta Zaid bin Ali Rohimahullah berlepas diri dari Abu Bakr dan Umar Rodhiyallohu 'anhuma, Zaid berucap,

إنهما وزيرا جدي

 Sesungguhnya Keduanya (Abu Bakr dan Umar) adalah Wazir (pendamping) kakekku (Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu).

Lantas mereka menimpali,

إذا نرفضك

Kalau demikian, Kami menolakmu (sebagai pemimpin).

Jawab Zaid bin Ali Rohimahullah,

اذهبوا فأنتم الرافضة

Pergilah, Karena kalian adalah kaum Rafidhah.

Sejak itulah nama Rafidhah mencuat dan disematkan kepada orang orang yang segaris dan sepemahaman dengan mereka. Diantara pemahaman mereka adalah keyakinan bahwa MENCACI MAKI PARA SAHABAT ADALAH SEBUAH KEBAJIKAN. Mereka sangat bernafsu mencaci maki Abu Bakr, Umar, Utsman, Abu Hurairah, Mu'awiyah, dan Para sahabat lainnya Rodhiyallohu 'anhum. Begitulah keyakinan (i'tiqod) yang bersemayam dalam dada mereka. Mencela para sahabat adalah agama mereka.

Diantara i'tiqod mereka, Barang siapa yang melaknat Abu Bakr dan Umar satu kali pada setiap pagi, tidak akan ditulis dosanya pada hari itu hingga sore hari. Barang siapa melaknat keduanya pada sore hari dengan satu kali laknat, tidak akan ditulis dosa untuknya pada malam hari hingga subuh. (Taudhihul an Naba', hlm.123).

Mereka juga menafsirkan ayat semau mereka. Firman Allah,

يأيها الذين ءامنوا لا تبطلوا صدقتكم بالمن والأذى

Hai orang orang beriman janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahnya dengan menyebut nyebut dan menyakiti (perasaan sipenerima).(al Baqarah: 264).

Menurut Al Iyasyi, seorang pengikut Syi'ah, dalam tafsir (1/148, ayat tersebut diturunkan terkait Utsman bin Affan Rodhiyallahu 'anhum. Dalam kitab Tafsir yang sama (2/116 cetakan teheran) dan Biharu al Anwar karya al Majlisi (7/37) disebutkan, siapakah musuh Allah? Ia menjawab, Berhala yang empat. Ditanyakan kepadanya, siapakah berhala yang empat itu? Jawabnya, Abu Fashil (Abu Bakr), Rama (Umar), Na'tsal (Utsman), Mu'awiyah dan siapapun yang memeluk agama mereka. Barang siapa memusuhi mereka, sungguh telah memusuhi Allah Ta'ala. (Taudhihu an Naba', hlm.123).

Kaum syi'ah Rafidhoh tak semata mata mencaci maki Mu'awiyah. Mereka pun mencela dan melaknat pula para sahabat lain. Perbuatan mencela dan Melaknat tak akan pernah berhenti, bahkan akan terus mereka lakukan. Ini karena apa yang mereka perbuat diyakini sebagai ibadah. Padahal perbuatan mereka sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah Sholallahu 'alaihi Wasallam. Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam telah melarang mencela seorang pun dari para sahabatnya. Sabda beliau,

لا تسبوا أصحابي، فإن أدكم لو أنفق مثل أحد ذهبا، مابلغ مد أحدهم ولا نصيفه

Janganlah Kalian mencela salah seorang pun dari sahabatku. Sungguh, andai salah seorang dari kalian menginfakan emas semisal gunung uhud, Niscaya tidak akan bisa menyamai salah seorang dari sahabat satu Mud pun dan tidak pula bisa menyamai setengahnya. (HR.Muslim, no. 2541 hadits dari Abu Hurairah Rodhiyallahu 'anhu dan lainnya).

Jika mereka mencintai Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam dan ahlul bait, semestinya mereka mengikuti perintah Rasul Nya Sholallohu 'Alaihi Wasallam. Oleh karena itu, bukti seseorang taat dan mencintai Rasulullah Sholallohu 'Alaihi Wasallam adalah dengan menunaikan sunnah beliau dan apa yang beliau perintahkan. Allah berfirman:

قل إن كنتم تحبون اللّٰه فاتبعوني يحببكم اللّٰه ويغفر لكم ذنوبكم، و اللّٰه غفور رحيم

Katakanlah, Jika kamu (benar benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni Dosa dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31).

Kebaikan adalah setiap yang baik dalam hal Ittiba' (mengikuti) beliau, berhukum pada syariat dan sunnah beliau. Adapun kejelekan adalah setiap yang jelek dalam hal menyelisihi petunjuk Nabi Nya dan menjauh dari Sunnah Rasul Nya Sholallohu 'Alaihi Wasallam. (Haqqu an Nabi, asy Syaikh Dr. Abdullah bin Abdirrahim al Bukhari, hlm. 26).

Rasulullah Sholallohu'Alaihi Wasallam bersabda,

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى. قالوا: يا رسول اللّٰه، من يأبى؟ قال: من أطاعني دخل الجنة ، ومن عصاني فقد أبى

Semua Umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. Mereka (Para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu? Jawab Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam, Barang siapa yang menaatiku, ia akan masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat (durhaka) kepadaku, sungguh dia telah enggan. (HR.al Bukhari, no.7280).

Itulah Syi'ah rafidhoh. Kebencian terhadap Mu'awiyah Rodhiyallohu 'anhu begitu mendalam, Perintah Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam pun dicampakkan, namun hawa nafsu yang membumbung tinggi justru diikuti. Kebencian itu pun dialamatkan kepada para sahabat lainnya, terutama Abu Bakr ash Shidiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Abu Hurairah, dan istri Nabi 'Aisyah Rodhiyallohu 'anha.

Kemunculan Syi'ah Rafidhah tidak lepas dari kiprah tangan Abdullah bin Saba'. Kehadiran Abdullah bin Saba' dalam lintasan sejarah Islam tak bisa dilepaskan dari latar belakang pemikiran dan keyakinannya yang busuk terhadap Islam dan Kaum Muslimin. Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi. Allah telah memperingatkan permusuhan Yahudi (Dan Nashrani) terhadap kaum muslimin. Firman Nya,

ولن ترضى عنك اليهود ولا النصرى حتى تتبع ملتهم

Orang orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti Agama mereka. (Al Baqarah: 120).

Abdullah bin Saba' tak hanya disebutkan oleh para ulama Ahlus Sunnah. Abdullah bin Saba' diakui pula sepak terjangnya oleh kaum syi'ah, seperti Al Mahdi, yaitu Ahmad bin Yahya al Murtadha. Dia adalah salah seorang ulama sepuh dari kalangan Zaidiyah di Yaman, wafat 840 H.

Al Mahdi menyatakan bahwa as Saba'iyah para pengikut Abdullah bin Saba' meyakini Ali adalah Tuhan, kemudian Ali mengusir Abdullah bin Saba' kebeberapa kota. Para pengikut Abdullah bin Saba' tetap berkeyakinan bahwa Ali Rodhiyallohu 'anhu berada di awan. Guntur adalah suara Ali dan petir adalah cemetinya.

Salah seorang ulama mereka lainnya al Qumi (wafat 301 H) menyebutkan kelompok ini dinamakan Saba'iyah, yaitu para pengikut Abdullah bin saba'. Abdullah bin Saba' adalah orang pertama yang melancarkan celaan terhadap Abu Bakr, Umar, Utsman, dan para sahabat lainnya Rodhiyallohu 'anhum. Abdullah bin Saba' berlepas diri dari para sahabat.


Memuliakan para sahabat Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Adapun mencela mereka termasuk perbuatan yang menyalahi syariat. Para sahabat adalah orang orang yang telah mendapat Ridha Allah Ta'ala. Allah Ta'ala Berfirman:

والسبقون الأولون من المهجرين والأنصار والذين اتبعو هم بإحسن رضى اللّٰه عنهم ورضوا عنه وأعدلهم جنت تجرى تحتها الأنهار خلدين فيها أبداذلك الفوز العظيم

Orang orang yang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk islam) diantara orang orang Muhajirin dan Anshar serta orang orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Ridha kepada mereka dan mereka Ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir sungai sungai di dalamnya, mereka kekal didalamnya selama lamanya, itulah kemenangan yang besar. (at Taubah: 100).

Memuliakan orang Mulia adalah sikap Mulia. Semua ini dititahkan dalam Islam sebagai Ajaran mulia. Wallahu'alam.

Selesai.

Sumber, Asy Syariah no, 78/VII/1433H/2011
Penulis Al Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin Hafizhohullah.
Klik Join telegram
http://bit.ly/FadhlulIslam
www.salafymedia.com
Publikasi :
WA Fadhlul Islam Bandung

Sumber gambar: http://masjidrsudza.com/